Ibu-ibu PKK Pentaskan Rejang Giri Putri Secara Kolosal
TP PKK Badung
Tari Wali Rejang Giri Putri
Pura Lingga Bhuwana
Pura Beji
Puspem Badung
Seniasih Giri Prasta
MANGUPURA, NusaBali - Sebanyak 2.500 ibu-ibu pentaskan Tari Wali Rejang Giri Putri secara kolosal di Jaba Sisi Pura Lingga Bhuwana Puspem Badung serangkaian piodalan di Pura setempat pada Purnamaning Kasa, Soma Kliwon Wariga, Senin (3/7).
Para penari merupakan gabungan dari TP PKK tingkat desa/kelurahan, kecamatan, hingga kabupaten.
Pementasan tari sakral yang melibatkan 2.500 orang penari tersebut dipimpin langsung oleh Ketua TP PKK Badung Nyonya Seniasih Giri Prasta bersama Ketua DWP Badung Nyonya Rasniathi Adi Arnawa. Nyonya Seniasih Giri Prasta mengatakan Tari Wali Rejang Giri Putri merupakan tarian sakral milik masyarakat Kabupaten Badung. Tarian ini terinspirasi dari cerita Itihasa, mengisahkan Dewa Siwa dan Dewi Parwati/Giri Putri melakukan tapa brata semadi di Gunung Kailasa demi keselamatan, kesejahteraan, dan kemakmuran alam semesta beserta isinya.
"Dalam rangka mengenalkan tarian ini kepada masyarakat luas, khususnya generasi muda di Kabupaten Badung, maka hari ini (kemarin) dalam upacara Nyatur Rebah di Pura Lingga Bhuwana, TP PKK Kabupaten Badung bekerja sama dengan TP PKK tingkat desa/kelurahan se-Badung ngayah menari Rejang Giri Putri melibatkan 2.500 penari," ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskan, Dewi Parwati disebut juga Giri Putri. Giri merupakan sebuah gunung yang kuat dan kokoh serta agung yang mampu memberikan sumber kehidupan kepada semua makhluk. Sedangkan Putri merupakan sebutan seorang Dewi Parwati sebagai saktinya Dewa Siwa yang begitu anggun, lemah lembut, dan berwibawa. Dewi Parwati melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan. Seorang Dewi yang mengayomi dan melindungi seisi alam semesta (Stitining Bhuwana Langgeng).
"Dari filosofi ini munculah ide garapan Tari Rejang Giri Putri. Tarian yang sangat lemah lembut dan indah, dipadukan dengan iringan gamelan dengan tatanan alunan melodi yang mengambil filosofi makna daksina. Terdiri dari tiga unsur, yaitu lingkaran sebagai simbol windu, segi empat sebagai simbol Catur Pada dan segitiga sebagai simbol Tri Kona," jelas Nyonya Seniasih Giri Prasta.
Dikatakan lebih lanjut, Tari Rejang Giri Putri hanya boleh dipentaskan pada saat pelaksanaan upacara Dewa Yadnya. Karena tari ini merupakan tarian sakral, simbol sebuah persembahan yang tulus ikhlas kepada Sang Pencipta, melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan seorang Dewi yang mengayomi dan melindungi seisi alam semesta (Stitiming Bhuwana Langgeng).
"Tari ini hanya boleh dipentaskan pada saat pelaksanaan upacara Dewa Yadnya di Pura, baik itu di Pura Desa Adat, di Pura Dang Kahyangan, maupun di Pura Kahyangan Jagat yang ada di luar Bali. Tari ini tidak boleh dipentaskan dalam perlombaan karena bersifat sakral," tegasnya.
Untuk pementasan tarian ini, Nyonya Seniasih Giri Prasta mengaku tidak ada kesulitan. Terlebih telah dilakukan latihan sekitar sebulan di setiap desa/kelurahan. "Rasanya tidak kesulitan, karena semua ibu-ibu happy. Begitu diinfokan oleh Dinas Kebudayaan, semua ibu-ibu sangat senang dan antusias, karena ini punya beliau semua," katanya seraya menambahkan untuk seragam dianggaran pada masing-masing desa/kelurahan dan Dinas Kebudayaan Badung.
Selain tarian sakral Rejang Giri Putri, ke depan pihaknya berharap Dinas Kebudayaan Badung dapat mencetuskan tari sakral lainnya. "Mudah-mudahan akan ada lagi tari sakral lain yang dicetuskan di Kabupaten Badung ini," harapnya. 7 ind
1
Komentar