Cuaca Ekstrem, Warga Pebuahan Dihantui Gelombang Tinggi
NEGARA, NusaBali - Cuaca ekstrem belakang ini memicu terjadinya gelombang tinggi di kawasan pantai selatan Kabupaten Jembrana. Selain membahayakan aktivitas nelayan, gombang tinggi juga memperparah abrasi di Pantai Banjar Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara.
Bahkan sejumlah warga setempat tidak berani tidur hingga ada yang memilih mengungsi ke keluarga terdekat.
Beberapa warga Pebuahan saat ditemui pada Selasa (4/7), mengaku, gelombang tinggi kembali terjadi sejak dua hari lalu atau sejak Minggu (2/7). Gelombang tinggi biasanya terjadi pada tengah malam antara pukul 24.00 hingga 03.00 Wita. Karena itu, tiap musim gelombang tinggi yang juga biasa terjadi dekat bulan purnama, warga harus siaga.
“Setiap musim gelombang tinggi, kami pasti tidak bisa tidur nyenyak. Hampir semua terjaga karena khawatir ombak masuk ke dalam rumah. Apalagi gelombang besar kadang terjadi pas tengah malam,” ujar warga setempat, Susianto, 50.
Salah seorang warga lainnya, Agus, 43, mengaku sejak terjadi abrasi mulai sekitar tahun 2013 lalu, sudah ada ratusan bangunan rumah maupun warung lesehan yang hancur digempur ombak. Termasuk saat ini, ada beberapa rumah warga yang kembali terancam roboh karena sudah sangat dekat dengan rongrongan abrasi.
Saat musim gelombang besar seperti saat ini, warga yang rumahnya sudah terancam roboh, memilih mengungsi ke rumah saudara ataupun kerabat terdekat. “Saya bersama keluarga juga sementara tinggal sama saudara di utara. Tidak berani di rumah karena abrasi sudah sangat dekat. Takut rumah roboh,” ucap Agus.
Agus menyebut gelombang tinggi juga membuat warga Pebuahan yang sebagian besar adalah nelayan, juga tidak berani melaut. Saat musim gelombang tinggi, warga yang kehilangan mata pencaharian utama sebagai nelayan, biasanya menjadi buruh serabutan. “Kerja serabutannya macam-macam. Ada yang cari kelapa. Ada juga yang biasa ikut jadi kuli bangunan,” ujar Agus.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Putu Agus Artana Putra, mengatakan sesuai prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem diperkirakan masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Di samping curah hujan dengan intensitas tinggi yang bisa terjadi sewaktu-waktu, juga ada ancaman gelombang tinggi.
Sebagai langkah antisipasi terjadinya bencana yang mengakibatkan korban jiwa, Agus terus memberikan informasi perkembangan cuaca kepada jajaran desa/kelurahan se-Jembrana. Termasuk imbauan kepada warga pesisir untuk mewaspadai ancaman gelombang tinggi yang juga terjadi di wilayah pantai selatan Jembrana.
“Anggota TRC (Tim Reaksi Cepat) kami juga selalu siaga di kantor. Selain anggota piket, jika ada laporan bencana yang membutuhkan tambahan personel, kami siap menerjunkan anggota tambahan,” tandas Agus. 7 ode
Komentar