Sekjen PDIP Hasto Beri Kuliah di Unand, Tantang Mahasiswa Bikin Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika
JAKARTA, NusaBali - Dosen Ilmu Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) yang juga Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengajak para mahasiswa Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat (Sumbar) agar meneladani dan menghidupi jiwa kepemimpinan negarawan para pendiri bangsa, yang mayoritas berasal dari Sumbar.
Hasto juga menantang mereka untuk berani melaksanakan Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika, seperti pernah dilaksanakan oleh para mahasiswa Indonesia pada tahun 1956 dengan mendatangkan peserta dari 29 negara.
Hal itu disampaikan Hasto saat mengisi kuliah umum di Unand, Kota Padang, Sumbar, Rabu (5/7) di hadapan ratusan civitas akademika berbagai kampus di Padang, serta tokoh masyarakat yang hadir. "Kami tantang bagaimana Universitas Andalas ini, mahasiswanya, senatnya, mampu mengadakan konferensi mahasiswa Asia-Afrika untuk diulang kembali dan diadakan di Padang ini," kata Hasto dalam keterangan tertulisnya.
Konferensi Mahasiswa tahun 1956 saat itu, dipimpin oleh Emil Salim yang menjadi tokoh nasional. "Jadi, kalau menghormati perjuangan pahlawan bangsa, maka tahun depan 18 April itu ada peringatan Konferensi Asia-Afrika. Maka dari Andalas ini, kalau dulu yang memimpin Prof. DR. Emil Salim, ditantang untuk diadakan konferensi internasional mahasiswa Asia-Afrika, dengan yang diundang adalah 29 negara dan itu diadakan di Andalas," ungkap Hasto.
Menurut Hasto, di konferensi itu, para mahasiswa bisa membahas isu penguasaan teknologi yang berkeadilan, green and blue economy, dan lain-lain. "Karena menjadi mahasiswa sekarang harus going global. Itu yang kita harapkan jika kita belajar dari teori geopolitik Soekarno," imbuh Hasto.
Ditegaskan Hasto, teori geopolitik Soekarno mengajarkan pentingnya kemampuan intelektual dengan banyak membaca, pentingnya ide dan imajinasi kemajuan masa depan. "Jadi cara berpikir kita mau membangun Indonesia, sering menunggu ada dana dulu. Kalau tidak ada dana sepertinya tidak bisa. Padahal Bung Karno, Bung Hatta, KH Agus Salim, Prof. Mohamad Yamin selalu berpikir the power of idea. Ini yang paling penting memerdekakan Indonesia," ulas Hasto.
Tanpa ada ide, kata Hasto, imajinasi akan kehilangan spirit dalam mencapai masa depan. Di acara itu, jajaran civitas akademika Unand dipimpin sang Rektor Prof Dr Yuliandri. Para tokoh masyarakat hadir pula seperti Gubernur Sumbar Datuak Marajo Mahyeldi Ansharullah, Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Ketua DPD PDIP Sumbar Alex Indra Lukman, dan lain-lain.
Prof Yuliandri, dalam pidatonya menceritakan sejarah pendirian Unand yang diresmikan oleh Wakil Presiden Pertama RI Moh. Hatta. "Sosok Bung Hatta sebagai seorang nasionalis yang kemudian beliau menyampaikan bahwa sebelum saya mendirikan Unand, lebih dulu mendirikan Universitas Hasanuddin. Bung Hatta ini sosok nasionalisme di tokoh kita yang dwitunggal bersama Bung Karno," kata Prof Yuliandri.
Dia lalu menceritakan capaian-capaian Unand hingga saat ini, baik secara nasional maupun internasional. Dijelaskannya juga bahwa Unand menyasar expertise di bidang riset. Prof Yuliandri juga secara khusus memberikan penjelasan mengenai kontribusi Presiden Kelima RI Prof.Dr.(HC) Megawati Soekarnoputri untuk Unand.
Diantaranya memberikan bantuan penelitian, kepada dosen untuk penelitian bahan alam, dan sampai saat ini terus dikembangkan. Kedua, kontribusi Megawati yang meresmikan Pusat Kegiatan Mahasiswa Unand. Ketiga, memberikan bantuan Mobil Bus Kampus untuk mendukung transportasi bagi civitas akademika Unand. "Dan alhamdulilah dalam kapasitas beliau sebagai Dewan Pengarah BRIN, Unand juga mendapat kesempatan kerjasama penelitian dengan BRIN, untuk mendukung pusat studi serta riset bagi dosen Unand," kata Yuliandri.
Sementara Gubernur Sumbar Mahyeldi menjelaskan bahwa saat ini Indonesia membutuhkan keteladanan-keteladanan dari para pemimpin masa lalu. Contoh terutama adalah Proklamator RI Bung Karno-Bung Hatta. "Maka marilah melihat dan belajar dari pemimpin kita di masa lalu. Bagaimana negara Indonesia yang besar, luas dan heterogen, dapat terjaga dengan baik dalam kerangka NKRI," kata Mahyeldi. K22
1
Komentar