Kantor Desa Adat Karyasari, Pupuan, Tergerus Longsor
Kantor BUMDes, Mobil Pick Up, dan Kuburan Juga Tergerus
TABANAN, NusaBali - Hujan deras disertai angin memporak-porandakan fasilitas umum di Desa Karyasari, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.
Bangunan BUMDes dan Kantor Desa Adat Karyasari amblas ke Sungai Yeh Mada dengan kedalaman sekitar 25 meter, akibat tergerus longsor. Bahkan dampak dari longsor itu, kantor LPD juga miring hingga tak ada yang berani menempati.
Imbas bangunan BUMDes yang hilang tersebut membuat satu unit kendaraan pick up terbawa longsor nyaris masuk sungai. Selain itu produk gula semut dan gula batokan yang bakal dijadikan gula merah milik BUMDes Karyasari terbawa longsor beserta mesin peralatan pembuat gula merah. Akibat bencana ini kerugian diperkirakan mencapai Rp 2,3 miliar.
Perbekel Karyasari I Wayan Muliastra menerangkan peristiwa ini terjadi Jumat (7/7) siang sekitar pukul 12.00 Wita saat kawasan Desa Karyasari dilanda hujan lebat. Saat itu dia yang sedang berada di kantor desa atau berjarak 100 meter arah utara kantor yang amblas, hendak keluar kantor mengecek rumah warga yang terkena longsor. Dan saat keluar itu didengar adanya suara gemuruh, ternyata kantor BUMDes dan Kantor Desa Adat yang posisinya berdampingan, amblas terbawa longsor.
“Saat kejadian di kantor BUMDes ini ada dua orang karyawan, namun berhasil selamat karena diteriaki orang dari arah utara. Jadi mereka ini sempat lari, sehingga selamat,” ungkap Muliastra, Sabtu (8/7).
Dampak dari longsor itu, menurut Muliastra, membuat dua bangunan tersebut hilang. Rincian bangunan yang tergerus tersebut adalah bangunan BUMDes dua unit, satu bangunan adat, serta kamar mandi umum. Selain itu seluruh peralatan utamanya peralatan BUMDes mulai dari mesin pengolahan gula aren, printer hingga komputer terbawa longsor.
Termasuk satu unit mobil pick up terbawa material longsor. Beruntung mobil ini tak sampai jatuh ke Sungai Yeh Mada, hanya tersangkut di bagian atas dan sudah diupayakan untuk dilakukan penderekan.
“Gula siap dipasarkan, seperti gula semut 50 kilogram dan gula batokan 25 kilogram, juga terbawa longsor,” imbuh Muliastra.
Dia tak menyangka hujan tersebut membawa dampak sebesar itu di desanya. Penyebab dari longsornya dua bangunan tersebut karena senderan di belakang bangunan sarat air hujan yang menyebabkan dua bangunan hilang jatuh di kedalaman 25 meter.
Imbas bangunan BUMDes yang hilang tersebut membuat satu unit kendaraan pick up terbawa longsor nyaris masuk sungai. Selain itu produk gula semut dan gula batokan yang bakal dijadikan gula merah milik BUMDes Karyasari terbawa longsor beserta mesin peralatan pembuat gula merah. Akibat bencana ini kerugian diperkirakan mencapai Rp 2,3 miliar.
Perbekel Karyasari I Wayan Muliastra menerangkan peristiwa ini terjadi Jumat (7/7) siang sekitar pukul 12.00 Wita saat kawasan Desa Karyasari dilanda hujan lebat. Saat itu dia yang sedang berada di kantor desa atau berjarak 100 meter arah utara kantor yang amblas, hendak keluar kantor mengecek rumah warga yang terkena longsor. Dan saat keluar itu didengar adanya suara gemuruh, ternyata kantor BUMDes dan Kantor Desa Adat yang posisinya berdampingan, amblas terbawa longsor.
“Saat kejadian di kantor BUMDes ini ada dua orang karyawan, namun berhasil selamat karena diteriaki orang dari arah utara. Jadi mereka ini sempat lari, sehingga selamat,” ungkap Muliastra, Sabtu (8/7).
Dampak dari longsor itu, menurut Muliastra, membuat dua bangunan tersebut hilang. Rincian bangunan yang tergerus tersebut adalah bangunan BUMDes dua unit, satu bangunan adat, serta kamar mandi umum. Selain itu seluruh peralatan utamanya peralatan BUMDes mulai dari mesin pengolahan gula aren, printer hingga komputer terbawa longsor.
Termasuk satu unit mobil pick up terbawa material longsor. Beruntung mobil ini tak sampai jatuh ke Sungai Yeh Mada, hanya tersangkut di bagian atas dan sudah diupayakan untuk dilakukan penderekan.
“Gula siap dipasarkan, seperti gula semut 50 kilogram dan gula batokan 25 kilogram, juga terbawa longsor,” imbuh Muliastra.
Dia tak menyangka hujan tersebut membawa dampak sebesar itu di desanya. Penyebab dari longsornya dua bangunan tersebut karena senderan di belakang bangunan sarat air hujan yang menyebabkan dua bangunan hilang jatuh di kedalaman 25 meter.
Parahnya lagi, lanjut Muliastra, longsor ini juga berdampak terhadap Setra (kuburan) Desa Adat Karyasari. Namun krama belum berani mengecek ke bawah lantaran tanahnya masih labil. Diperkirakan jenazah yang dikubur di setra tersebut ikut terbawa longsor.
“Kami belum berani cek, apa ada jenazah yang dikubur ikut tergerus. Namun jika dilihat secara kasat mata kemungkinan ada yang tergerus,” ucapnya sembari menyebutkan di Desa Adat Karyasari dalam proses pengabenan tidak melaksanakan proses ngangkid (ngangkat) jenazah.
Saat ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan BPBD Tabanan untuk membantu proses evakuasi. Sebab secara lisan kejadian tersebut telah dilaporkan di tingkat kecamatan dan BPBD, terutama untuk menghancurkan bangunan kantor LPD yang posisinya sudah miring dan tidak ada yang berani menempati. “Kalau kerugian jika ditotal mencapai Rp 2,3 miliar. Mudah-mudahan ini kejadian terakhir dan sementara untuk kantor desa posisinya masih aman,” tandas Muliastra.
Sementara itu, tiga perumahan yang sempat terendam banjir di Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri kondisinya belum stabil. Warga masih was-was ketika air Sungai Yeh Dati kembali meluap, karena curah hujan belum landai.
Di sisi lain banjir ini sudah diatensi jajaran aparat Pemkab Tabanan bersama Polisi dan TNI, yang sudah sigap memberikan bantuan evakuasi hingga makanan.
Camat Kediri I Wayan Budi Artana menegaskan akibat banjir di tiga perumahan itu, khususnya warga Perumahan Panorama sebanyak 26 kepala keluarga (KK) yang sempat mengungsi ke SDN 6 Banjar Anyar telah kembali ke rumahnya untuk membersihkan rumah. “Tapi kalau nanti airnya kembali naik, tak menutup kemungkinan mereka bermalam lagi di SDN 6 Banjar Anyar,” kata Budi Artana.
Sementara dari sisi bantuan makanan mereka telah diatensi jajaran polisi dan Pemkab Tabanan. 7 des
1
Komentar