BMKG: Waspadai Gelombang Hingga 3,5 Meter di Nusa Dua
DENPASAR, NusaBali - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta nelayan dan pelaku wisata bahari mewaspadai potensi ketinggian gelombang laut hingga 3,5 meter di perairan Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, diperkirakan pada 12-13 Juli 2023.
"Masyarakat diimbau tetap waspada dan berhati-hati," kata Kepala BMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho, di Denpasar, Selasa (11/7).
Berdasarkan pengamatan BMKG, diperkirakan ketinggian gelombang laut di Nusa Dua mulai menguat pada 12 Juli 2023 mencapai hingga 3 meter kemudian meningkat diperkirakan hingga 3,5 meter pada 13 Juli 2023.
Selain sebagai kawasan wisata bahari, perairan itu juga merupakan jalur nelayan melaut.
Wilayah perairan wisata lain yang juga tergolong tinggi gelombang lautnya di antaranya perairan Kuta, Kabupaten Badung diperkirakan hingga 2,5 meter.
Selain di Tanah Lot, Kabupaten Tabanan diperkirakan hingga 2,5 meter dan di Sanur, Denpasar diperkirakan hingga 2 meter.
Dia menjelaskan peningkatan kecepatan angin mendorong peningkatan gelombang laut baik di wilayah perairan utara dan selatan Bali.
BMKG memperkirakan kecepatan angin di Bali secara umum diperkirakan hingga 45 kilometer per jam atau kisaran hingga 25 knot.
Ada pun arah angin diperkirakan bergerak dari timur-tenggara atau berasal dari Australia, yang bergerak konstan menuju daratan Asia seiring perkiraan puncak musim kemarau di Bali pada Juli-Agustus 2023.
Sementara itu, ketinggian gelombang laut lainnya juga masih tergolong tinggi yakni di jalur penyeberangan Selat Bali dan Selat Lombok mencapai hingga 4 meter.
Sedangkan di Perairan Selatan Bali diperkirakan mencapai hingga 5 meter. Menurut BMKG, kondisi angin dan gelombang laut yang berisiko tinggi terhadap keselamatan berlayar, yakni perahu nelayan apabila kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter.
Kapal tongkang apabila kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter, kapal ferry apabila kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter.
Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya menyatakan konsentrasi massa udara basah menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya hujan saat periode musim kemarau di Bali.
"Sekarang ini musimnya kemarau dan ada potensi dampak El Nino seperti pada dasarian pertama 1-10 (Juli), itu gangguan sebentar saja," ujarnya.
Sesuai pengamatan BMKG, hingga 20 Juni 2023 seluruh wilayah di Bali yang terbagi dalam 20 zona musim (ZOM), seluruhnya sudah memasuki kemarau.
Namun pada 1-10 Juli 2023, sebagian besar wilayah di Bali turun hujan berkelanjutan dengan distribusi curah hujan diperkirakan mencapai nol hingga 846 milimeter atau masuk kategori sangat tinggi/ekstrem.
Ada pun beberapa wilayah yang mengalami curah hujan ekstrem, yakni di atas batas 150 milimeter per hari yakni di Sulahan, Kabupaten Bangli mencapai 260 milimeter dan di Negara, Kabupaten Jembrana 177 milimeter.
Sedangkan BMKG memperkirakan pada 11-20 Juli 2023 sejumlah wilayah di Bali masih berpeluang terjadi hujan di atas 50 milimeter yakni di Kabupaten Tabanan, Gianyar, Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Banjarangkan, Klungkung, Dawan, Bangli, Susut, Tembuku, Rendang, Selat, Sidemen, Manggis, Bebandem, Karangasem, dan Abang.
Pihaknya juga memperkirakan El Nino yang sudah terjadi tapi masih dalam intensitas lemah dengan nilai 0,86 pada Juni 2023.
"Nanti begitu di angka satu ke atas itu sudah mulai intensitas moderat, kalau sudah mulai tinggi itu kering," imbuhnya.
BMKG memperkirakan intensitas El Nino lemah hingga moderat pada semester II-2023. Ada pun rinciannya, kondisi El Nino diperkirakan mencapai 1,01 pada periode Juni Juli Agustus (JJA) 2023 kemudian meningkat lagi pada periode Juli Agustus September 2023 (JAS) dan Agustus September Oktober (ASO) mencapai 1,10.
Kemudian diperkirakan berangsur menurun hingga November Desember Januari (NDJ) mencapai 0,92. 7 ant
1
Komentar