357 Guru SD Ikuti Pelatihan Kurikulum Muatan Lokal
AMLAPURA, NusaBali - 357 guru SD di Karangasem mengikuti pelatihan penyusunan kurikulum muatan lokal. Tujuan kurikulum ini untuk melestarikan budaya local, pelestarian kebudayaan, hingga siswa lebih dekat dengan kebudayaan daerahnya.
Kadis Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Karangasem I Wayan Sutrisna mengatakan itu saat membuka pelatihan itu di Aula Sabha Widya Praja Kantor Disdikpora Karangasem, Selasa (11/7).
Pelatihan dibagi lima gelombang. Gelombang I melibatkan 67 guru kelas dari Kecamatan Abang dan Kubu. Gelombang II sebanyak 72 guru dari Kecamatan Karangasem dan Rendang. Gelombang III sebanyak 73 guru dari Kecamatan Manggis dan Rendang, gelombang IV sebanyak 72 guru dari Kecamatan Sidemen dan Kecamatan Kubu. Gelombang V sebanyak 73 guru dari Kecamatan Bebandem dan Selat. "Semua peserta kegiatan ini adalah guru kelas," jelas Sutrisna.
Kepala Bidang Kurikulum Disdikpora Karangasem I Gusti Lanang Sangkan menambahkan pentingnya menggelar pelatihan kurikulum ini agar setiap guru kelas di SD mampu menyusun bahan ajar muatan lokal. Berdasarkan Permendikbud Nomor : 79 Tahun 2014, muatan lokal adalah mata pelajaran pada satuan pendidikan yang proses pembelajarannya tentang potensi dan keunikan local. Harapannya, agar peserta didik terbentuk pemahamannya terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya.
Kata Gusti Sangkan, muatan lokal ini untuk memberikan bekal pengetahuan ketrampilan pembentukan sikap dan perilaku siswa agar memiliki wawasan yang luas tentang lingkungan dan kebutuhan masyarakat. Sehingga siswa mampu melestarikan sumber daya alam, dan kebudayaan yang mendukung kebutuhan masyarakat.
Sejumlah narasumber dari tenaga pengawas SD memberikan materi secara bergantian, I Wayan Seriawan memberikan materi implementasi kurikulum merdeka. I Ketut Nerima tentang budaya dan keunggulan lokal Bali, Ngakan Putu Suarjana memberikan analisis capaian pembelajaran, Ni Made Sumerti tentang assessment kurikulum merdeka, dan lain-lain.
I Ketut Nerima memaparkan adanya regulasi yang mengatur tentang budaya agar kebudayaan lebih bermanfaat dan tertata. "Asasnya toleransi, partisipasi, manfaat dan gotong royong," jelas I Ketut Nerima.
Dia mengajak seluruh peserta pelatihan berinteraksi. Sebab, guru-guru yang hadir, dari daerah berbeda-beda sehingga setiap guru memiliki budaya berbeda-beda. "Di situlah peran toleransi kita butuhkan, menghargai kebudayaan dari daerah lain," jelas dia.7k16
Komentar