Arsjad Rasjid soal Digitalisasi: Peluang Sekaligus Tantangan
Arsjad Pemeriksaan
Arsjad BTS
Arsjad Kejagung
BTS
Suami Puan
Arsjad Rasjid
Digitalisasi
KADIN Indonesia
JAKARTA, NusaBali.com - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid mengingatkan, digitalisasi yang saat ini berkembang pesat menjadi peluang sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan ekonomi.
“Perkembangan ini jangan sampai jadi bumerang, terutama dari sisi ketersediaan kapangan kerja,” tegasnya dalam sebuah seminar di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut dia, digitalisasi berpotensi membawa perubahan pada peta industri dan bisnis, termasuk dalam hal penyerapan tenaga kerja. Perubahan tersebut, jika tidak diikuti dengan keterampilan tenaga kerja yang memadai, akan menjadi bumerang, yakni memicu peningkatan pengangguran di Indonesia.
Seperti diketahui, bersamaan dengan pesatnya perkembangan digital di Tanah Air, Indonesia saat ini masih kekurangan tenaga sumber daya manusia (SDM) di sektor teknologi, informasi, dan komunikasi. Tenaga kerja yang tersedia diperkirakan hanya sekitar 430 ribu lulusan. Sedangkan kebutuhannya dapat mencapai 1,23 juta orang dan akan naik menjadi 1,74 juta orang pada 2024.
Karena itulah, Arsjad mengungkapkan, dia bersama KADIN memberikan perhatian serius dalam peningkatan SDM agar mampu menyesuaikan dengan tuntutan industri.
Bagi dia, pengembangan ekonomi digital harus berjalan secara inklusif, tanpa meninggalkan siapa pun.
Artinya, antisipasi terhadap transformasi tersebut harus dilakukan sejalan dengan bonus demografi yang dimiliki Indonesia.
Arsjad Rasjid kerap kali mengingatkan masalah digitalisasi ini, bahkan mendorong organisasi dunia usaha yang dipimpinnya untuk mengampanyekannya di daerah-daerah.
Dia mengingatkan, pengembangan digitalisasi telah terbukti membuat banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) bertahan serta berkembang. Hingga saat ini, katanya, baru sekitar 20,9 juta UMKM yang tergabung dalam ekosistem digital.
Dengan demikian, masih ada separuh lebih yang perlu mendapat perhatian dunia usaha besar dan pemerintah agar UMKM di Indonesia bisa berkembang, bahkan hingga ke tingkat regional dan global.
Saat berkunjung ke pergelaran Solo Great Sale (SGS) beberapa waktu lalu, Arsjad menyambut baik perkembangan event tersebut yang beralih ke platform digital. Namanya adalah SGS GO.
“Melalui pemerataan digitalisasi, ke depannya dapat meningkatkan perekonomian serta pendapatan devisa negara,” jelas Arsjad.
Dia menambahkan, digitalisasi dapat membawa perubahan signifikan pada dunia bisnis, termasuk dalam hal peningkatan produktivitas dan
penyerapan tenaga kerja.
Untuk mendukung transformasi tersebut, Arsjad mengingatkan agar seluruh Kadin provinsi, kabupaten, dan kota dapat meningkatkan literasi digital. Tujuannya, agar seluruh daerah Indonesia dapat bersaing di era global.
Terlebih lagi, Indonesia mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah ASEAN-BAC (Business Advisory Council) dalam KTT ASEAN 2023.
"Digitalisasi menjadi salah satu aspek yang terus dikembangkan mengingat kawasan ASEAN saat ini sudah menerapkan ASEAN QR-Code. Transformasi digital menjadi aspek penting dalam sinergi ekonomi daerah serta nasional," tegasnya.
Pemerintah juga memberikan perhatian serius pada literasi digital ini. Bahkan Presiden Joko Widodo telah meluncurkan Program Literasi Digital Nasional pada momentum Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 2021.
Komitmen pemerintah itu, antara lain dengan mendukung pemerataan akses internet melalui pembangunan Base Tranceiver Station (BTS) di daerah-daerah terpencil.
Program pemerintah yang bernilai triliunan ini mendapatkan perhatian serius, mengingat ada dugaan penyimpangan dalam pelaksanaannya. Bahkan nama Arsjad Rasjid terkadang dikaitkan dengan kasus BTS tersebut, walaupun tidak ada relevansinya.
Maklum, kasus ini sedang diusut oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). Selain itu, kasus ini menarik perhatian lantaran banyak nama besar yang disebut. Antara lain, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, Happy Hapsoro yang merupakan suami Ketua DPR Puan Maharani.
Komentar