Anas: PKN Belum Tentukan Arah Koalisi
Tak Permasalahkan Pihak Pertanyakan soal ‘Gantung di Monas’
JAKARTA, NusaBali - Ketua Umum Partai Kebangkitan Nasional (PKN) Anas Urbaningrum menyatakan PKN saat ini belum menentukan arah koalisinya di Pilpres 2024.
Mereka akan membahas dan mempersiapkan pertimbangan-pertimbangan yang matang sebelum menentukan hal tersebut.
Hal itu disampaikan Anas usai wartawan menyinggung mengenai potensi komunikasi politik antara PKN dan Partai Demokrat, mengingat Anas merupakan mantan Ketua Umum Partai Demokrat.
Anas menegaskan bahwa PKN terbuka dengan semua partai politik (parpol). Termasuk dengan Partai Demokrat.
“Semua partai buat PKN tidak ada yang musuh. Jadi buat PKN tidak ada partai manapun yang musuh,” kata Anas kepada wartawan di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (15/7/2023).
Meski begitu, Anas menekankan pihaknya tentu saja akan berpihak pada pihak yang mengutamakan kebaikan atau maslahat bagi Indonesia.
“Pertimbangan yang matang adalah mana yang paling maslahat di Indonesia. Jadi kalau nanti, kami terlibat dalam urusan, misalnya urusan Pilpres 2024, pertimbangan utamanya mana yang paling maslahat bagi Indonesia di masa depan,” ujar dia seperti dikutip dari Antara.
Anas juga berbicara tentang kemungkinan dirinya bersilaturahmi dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut Anas yang merupakan mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini, silaturahmi tersebut tak perlu dipaksakan.
“Begini, jadi silaturahmi itu sesuatu yang baik. Tetapi silaturahmi itu juga tidak harus dipaksakan,” ujar Anas seperti dilansir dari kompas.com.
“Silaturahmi itu hal yang baik tapi itu juga tidak bisa dipaksakan waktunya, tempatnya kan begitu ya,” tegasnya.
Selain itu, Anas juga tidak mempermasalahkan pihak-pihak yang mempertanyakan perihal kapan dia menepati ucapannya, “satu rupiah saja Anas korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas”.
“Tidak apa-apa karena itu digerakkan oleh grup yang memang punya kepentingan politik tersendiri. Itu hal yang silakan saja,” ujar Anas.
Dia kemudian mengatakan sesuatu yang lebih patut untuk digantungkan di Monas adalah harapan.
“Makanya itu, harapannya adalah gantungkan harapanmu di atas langit. Di bawah langit, ada Monas,” imbuhnya.
Sebelumnya, Anas merupakan terpidana kasus korupsi proyek Hambalang. Dia resmi bebas dari Lapas Kelas IA Sukamiskin, Kota Bandung, Jawa Barat, pada 11 April 2023.
Pada saat itu, Anas bebas dengan status cuti menjelang bebas (CMB). Dengan status tersebut Anas masih perlu wajib lapor ke Balai Pemasyarakatan selama tiga bulan ke depan.
Setelah bebas, beberapa pihak mulai mempertanyakan ucapan Anas mengenai digantung di Monas apabila melakukan korupsi satu rupiah saja dalam proyek Hambalang itu.
Saat ini, Anas kembali terjun ke dunia politik. Dia resmi menjadi Ketua Umum PKN pada Jumat (14/7/2023). Anas mengatakan terjun ke dunia politik itu merupakan wujud kesediaannya menjadi petugas publik.
Hal itu pun, tambah dia, dapat dikatakan sebagai balasan dari dia atas kebaikan bangsa dan negara Indonesia yang telah memberikannya beberapa hal, seperti pendidikan.
“Saya pernah mendapatkan fasilitas berupa kebaikan-kebaikan Indonesia, bisa sekolah, bisa belajar apa saja, bisa agak mengerti tentang keadaan Indonesia. Nah cara saya untuk membalasnya adalah dengan apa? Saya harus berani dan bersiap menjadi petugas publik. Jadi, itulah kenapa saya kembali berpolitik,” jelas dia.
Anas menambahkan dalam berpolitik itu, dia tidak memiliki target apa pun. Dia hanya berkomitmen untuk menjalankan kewajibannya sebagai petugas publik dengan sebaik-baiknya.
“Saya tidak pernah merumuskan target yang sangat khusus, yang penting apa yang di depan mata ditugaskan diamanahkan kepada saya, saya tunaikan dengan sebaik-baiknya,” ucap dia. 7
Hal itu disampaikan Anas usai wartawan menyinggung mengenai potensi komunikasi politik antara PKN dan Partai Demokrat, mengingat Anas merupakan mantan Ketua Umum Partai Demokrat.
Anas menegaskan bahwa PKN terbuka dengan semua partai politik (parpol). Termasuk dengan Partai Demokrat.
“Semua partai buat PKN tidak ada yang musuh. Jadi buat PKN tidak ada partai manapun yang musuh,” kata Anas kepada wartawan di kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (15/7/2023).
Meski begitu, Anas menekankan pihaknya tentu saja akan berpihak pada pihak yang mengutamakan kebaikan atau maslahat bagi Indonesia.
“Pertimbangan yang matang adalah mana yang paling maslahat di Indonesia. Jadi kalau nanti, kami terlibat dalam urusan, misalnya urusan Pilpres 2024, pertimbangan utamanya mana yang paling maslahat bagi Indonesia di masa depan,” ujar dia seperti dikutip dari Antara.
Anas juga berbicara tentang kemungkinan dirinya bersilaturahmi dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut Anas yang merupakan mantan Ketua Umum Partai Demokrat ini, silaturahmi tersebut tak perlu dipaksakan.
“Begini, jadi silaturahmi itu sesuatu yang baik. Tetapi silaturahmi itu juga tidak harus dipaksakan,” ujar Anas seperti dilansir dari kompas.com.
“Silaturahmi itu hal yang baik tapi itu juga tidak bisa dipaksakan waktunya, tempatnya kan begitu ya,” tegasnya.
Selain itu, Anas juga tidak mempermasalahkan pihak-pihak yang mempertanyakan perihal kapan dia menepati ucapannya, “satu rupiah saja Anas korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas”.
“Tidak apa-apa karena itu digerakkan oleh grup yang memang punya kepentingan politik tersendiri. Itu hal yang silakan saja,” ujar Anas.
Dia kemudian mengatakan sesuatu yang lebih patut untuk digantungkan di Monas adalah harapan.
“Makanya itu, harapannya adalah gantungkan harapanmu di atas langit. Di bawah langit, ada Monas,” imbuhnya.
Sebelumnya, Anas merupakan terpidana kasus korupsi proyek Hambalang. Dia resmi bebas dari Lapas Kelas IA Sukamiskin, Kota Bandung, Jawa Barat, pada 11 April 2023.
Pada saat itu, Anas bebas dengan status cuti menjelang bebas (CMB). Dengan status tersebut Anas masih perlu wajib lapor ke Balai Pemasyarakatan selama tiga bulan ke depan.
Setelah bebas, beberapa pihak mulai mempertanyakan ucapan Anas mengenai digantung di Monas apabila melakukan korupsi satu rupiah saja dalam proyek Hambalang itu.
Saat ini, Anas kembali terjun ke dunia politik. Dia resmi menjadi Ketua Umum PKN pada Jumat (14/7/2023). Anas mengatakan terjun ke dunia politik itu merupakan wujud kesediaannya menjadi petugas publik.
Hal itu pun, tambah dia, dapat dikatakan sebagai balasan dari dia atas kebaikan bangsa dan negara Indonesia yang telah memberikannya beberapa hal, seperti pendidikan.
“Saya pernah mendapatkan fasilitas berupa kebaikan-kebaikan Indonesia, bisa sekolah, bisa belajar apa saja, bisa agak mengerti tentang keadaan Indonesia. Nah cara saya untuk membalasnya adalah dengan apa? Saya harus berani dan bersiap menjadi petugas publik. Jadi, itulah kenapa saya kembali berpolitik,” jelas dia.
Anas menambahkan dalam berpolitik itu, dia tidak memiliki target apa pun. Dia hanya berkomitmen untuk menjalankan kewajibannya sebagai petugas publik dengan sebaik-baiknya.
“Saya tidak pernah merumuskan target yang sangat khusus, yang penting apa yang di depan mata ditugaskan diamanahkan kepada saya, saya tunaikan dengan sebaik-baiknya,” ucap dia. 7
Komentar