Padukan Kelucuan dan Pesan Segara Kerthi
Pentas Dramatari Bondres Paguyuban Seniman Bali
Jika kita ingin membersihkan teben/pesisir, terlebih dahulu yang dibersihkan adalah hulu.
DENPASAR, NusaBali - Paguyuban Seniman Bali (PSB) menampilkan dramatari bondres berjudul 'Ulu Teben', serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 Tahun 2023, di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Kamis (13/7) malam. Gabungan dari seniman berbagai jenis kesenian ini tak ayal mengocok perut penonton. Tak hanya lucu, penampilan mereka juga sarat pesan segara kerthi, yakni menjaga lingkungan.
Dramatari bondres yang ditampilkan tidak lepas dari bingkaian sebuah cerita/legenda dan mampu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga alam dari hulu sampai hilir (Ulu Teben). Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan Kertaning Idep, Kertaning Sarira (sadar akan pikiran, sadar akan diri sendiri) dari kesadaran itu akan terwujud yang disebut dengan Kerta Raharja (kedamaian dunia).
Foto: Pementasan dramatari bondres 'Ulu Teben' serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 Tahun 2023 di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), Kamis (13/7) malam. -IST
Mewujudkan kedamaian dalam hidup, banyak rintangan yang harus kita lewati, pertengkaran, perselisihan, perbedaan pendapat itu semua tidak terlepas dari kelalaian kita mengenal batasan-batasan kehidupan. Seperti apa yang dialami oleh putra-putra dari Sang Hyang Pasupati yakni Hyang Putran Jaya, Dewi Danu dan Hyang Geni Jaya. Dari perselisihan beliau menimbulkan berbagai macam bencana yang terjadi di muka bumi ini.
Ketua Paguyuban Seniman Bali I Komang Dedy Diana mengungkapkan, konsep Ulu Teben yang diambil berkaitan erat dengan konsep menjaga lingkungan, di mana jika di hulu bersih maka di hilir juga akan bersih. “Jika kita ingin membersihkan teben/pesisir, terlebih dahulu yang dibersihkan adalah hulu. Karena hulu ada pusat dari sumber segala apa yang ada di hilir nantinya,” ungkapnya.
Seniman bondres yang dikenal dengan nama panggung I Tompel ini menambahkan, meski garapan yang disajikan adalah dramatari bondres, namun bondres tidaklah mendominasi. Keduanya ditampilkan dengan kadar yang sama dan saling melengkapi. Sehingga kesan bondresnya tidak hilang, dan pesan Ulu Teben juga tidak bias.
“Kalau banyolan kan di manapun kita bisa selipkan. Tapi dalam hal ini, kita tidak ingin semuanya menjadi membias. Jadi antara mana yang menjadi poin pesan yang harus kita sampaikan, di situ kita minimkan lawakannya. Tapi pada celah-celah tertentu, kita full keluarkan lawakan,” katanya. Dia menyebutkan, Paguyuban Seniman Bali berdiri sejak tahun 2021 saat ngayah serangkaian upacara Pamelehpeh Jagat di Pura Dalem Ped, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, dan hingga kini masih aktif ngayah-ngayah di pura.
Disinggung mengenai pengucapan kalimat vulgar atau porno pada pementasan bondres, menurut Dedy Diana, seniman tetap memiliki batasan dalam memberikan lawakan di atas panggung. “Kalau segi porno, yang penting tidak vulgar, tetap ada kulitnya. Walaupun arahnya memang ke sana dan penonton sudah paham. Rata-rata penari bondres yang sudah memiliki pengalaman di atas panggung mereka tahu batasannya,” kata Dedy.
Penata Karawitan I Wayan Sudiarsa menuturkan, penggarapan tabuh pihaknya menggabungkan, meramu ide dasar dari karya ini menjadi terkesan serius namun dikemas santai. Sudiarsa berusaha menggabungkan karakter kocak dan wacak agar proporsional. “Penggabungan karakter kocak dan wacak ini biar bisa meluber jadi satu tanpa mengurangi makna atau esensi. Pendukung musiknya memang dari beberapa komunitas dan berbagai daerah di Bali. Kita mencoba untuk bersatu menjadi kelompok pendukung musik dalam karya ini,” imbuh Sekretaris Paguyuban Seniman Bali tersebut.7cr78
1
Komentar