Gerakan Tanam Bawang Merah Berlanjut di Subak Munggu
MANGUPURA, NusaBali - Bawang merah seringkali menjadi salah satu komoditas pemicu inflasi. Di Badung, luas tanam bawang merah sangat kecil, sedangkan kebutuhan bawang sangat besar.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Wayan Wijana di sela melakukan penanaman bawang merah di Subak Munggu, Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Jumat (14/7), sebagai bagian dari Gerakan Tanam Bawang Merah yang dicanangkan Pemkab Badung.
Wijana membeberkan, pada 2022 luas tanam bawang merah di Badung hanya 0,75 hektar dengan produksi 250 kilogram, sehingga dapat dikatakan jauh sekali dari kebutuhan bawang merah di Badung yang mencapai 1.400 ton. Oleh karena itu pihaknya mencoba mendorong petani untuk menanam bawang merah. “Kami sudah lakukan demplot di BPP Petang dan Subak Segempel, Bongkasa. Dari hasil demplot itu ternyata memang bawang merah cocok ditanam di Badung, asalkan mendapatkan perawatan yang baik dari petani,” ujar Wijana.
Karena keberhasilan tersebut, tahun ini Dinas Pertanian dan Pangan Badung mencoba mengembangkan Bawang Merah seluas 1 hektar di Subak Munggu. Komoditas yang ditanam yaitu Super Philip yang cocok dengan kondisi lahan di Munggu dan hasil lebih menguntungkan. Selain di Munggu, nantinya akan dikembangkan juga di daerah lain.
“Nanti di perubahan kita juga akan tambahkan 1 hektar lagi di Mengwi untuk mengurangi minus neraca pangan. Dan pada 2024 kami sudah usulkan penambahan luas tanam bawang merah 5 hektar, karena kebutuhan bawang merah terus meningkat,” jelas mantan Kabag Organisasi Setda Badung ini.
Namun tak dapat dipungkiri, ada beberapa kendala dalam budidaya bawang merah. Wijana menyebutkan, pertama terkait biaya produksi yang mahal, sehingga petani merasa berat dan enggan membudidayakan bawang merah. Kedua, faktor cuaca, di mana bawang merah juga sangat tidak toleransi dengan hujan.
“Contoh demplot di BPP Petang, tiga hari diguyur hujan, coklat daunnya. Ini tantangan kenapa petani kita takut menanam bawang merah. Karena itu kita mencoba mengembangkan bawang merah dari pemerintah. Kalau ini berhasil tentunya kami harapkan para petani lain agar termotivasi untuk menanam bawang merah,” harap Wijana. 7 ind
Wijana membeberkan, pada 2022 luas tanam bawang merah di Badung hanya 0,75 hektar dengan produksi 250 kilogram, sehingga dapat dikatakan jauh sekali dari kebutuhan bawang merah di Badung yang mencapai 1.400 ton. Oleh karena itu pihaknya mencoba mendorong petani untuk menanam bawang merah. “Kami sudah lakukan demplot di BPP Petang dan Subak Segempel, Bongkasa. Dari hasil demplot itu ternyata memang bawang merah cocok ditanam di Badung, asalkan mendapatkan perawatan yang baik dari petani,” ujar Wijana.
Karena keberhasilan tersebut, tahun ini Dinas Pertanian dan Pangan Badung mencoba mengembangkan Bawang Merah seluas 1 hektar di Subak Munggu. Komoditas yang ditanam yaitu Super Philip yang cocok dengan kondisi lahan di Munggu dan hasil lebih menguntungkan. Selain di Munggu, nantinya akan dikembangkan juga di daerah lain.
“Nanti di perubahan kita juga akan tambahkan 1 hektar lagi di Mengwi untuk mengurangi minus neraca pangan. Dan pada 2024 kami sudah usulkan penambahan luas tanam bawang merah 5 hektar, karena kebutuhan bawang merah terus meningkat,” jelas mantan Kabag Organisasi Setda Badung ini.
Namun tak dapat dipungkiri, ada beberapa kendala dalam budidaya bawang merah. Wijana menyebutkan, pertama terkait biaya produksi yang mahal, sehingga petani merasa berat dan enggan membudidayakan bawang merah. Kedua, faktor cuaca, di mana bawang merah juga sangat tidak toleransi dengan hujan.
“Contoh demplot di BPP Petang, tiga hari diguyur hujan, coklat daunnya. Ini tantangan kenapa petani kita takut menanam bawang merah. Karena itu kita mencoba mengembangkan bawang merah dari pemerintah. Kalau ini berhasil tentunya kami harapkan para petani lain agar termotivasi untuk menanam bawang merah,” harap Wijana. 7 ind
1
Komentar