Tingkat Hunian Hotel di Sanur 85-90 Persen
Wisatawan Membeludak
DENPASAR, NusaBali - Pulihnya pariwisata Bali memberi dampak positif bagi kalangan industri pariwisata. Khususnya industri perhotelan seperti di kawasan DTW Sanur, Denpasar.
Tingkat hunian kamar di destinasi yang terkenal dengan Sunrise-nya itu diatas 80 persen. Dengan rata-rata tingkat hunian diatas 80 persen, jumlah kamar di Sanur dianggap sudah ‘habis’.
Peningkatan hunian kamar di Bali, khususnya di kawasan Sanur, menyusul sejak dibukanya kembali pariwisata Bali atau open border pasca pandemi Covid-19, mulai 4 Februari 2022. Mulai saat itu tingkat hunian membaik. Terakhir hingga mencapai 85-90 persen.
“Bicara tentang okupansi hotel, sebenarnya sejak dibukanya pariwisata Bali (pasca Covid-19) tidak ada low season,” ujar Ida Bagus Gede Sidharta Putra atau Gusde Sidharta, pengusaha pariwisata asal Sanur, Senin (17/7).
Disampaikan Gusde Sidharta, sebelum pariwisata Bali dibuka kembali, tingkat hunian kamar hotel biasanya langsung drop setelah bulan Januari. Selanjutnya menunggu pemulihan kembali mulai bulan Maret, April dan bulan- bulan seterusnya.
Namun tidak demikian, pasca pandemi. Tingkat hunian kamar terus membaik, hingga kondisi terakhir dengan tingkat hunian antara 85-90 persen.
Karena itu, target okupansi menurut Gusde Sidharta akan naik sedikit sekali. Karena totality kamar hotel sudah mulai penuh. Karena alasan mengantisipasi full tingkat hunian kamar, kata Gusde Sidharta pelaksanaan Sanur Village Festival 2023 (salah satu event budaya dan pariwisata Bali-red) digeser dimajukan penyelenggaraannya dari awalnya pada bulan Agustus ke Juli.
“Agustus itu ‘kan ramai sekali,” terang pria yang juga Ketua Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPC PHRI) Kota Denpasar. Namun ternyata pada bulan Juli ini sudah mulai penuh juga.
Namun demikian, penyelenggara event kata Gusde Sidharta tetap mengundang orang datang (wisatawan). Hal itu mengingat paket-paket wisata sudah dipromosikan oleh hotel. Contoh dari Jakarta, bisa mengoder salah satu maskapai, kemudian tinggal di official hotel yang ada. Itulah tambahan buat Sanur Village Festival.
“Jadi 2 sampai 5 persen peningkatan okupansi,” terangnya.
Sementara jumlah kamar hotel di Sanur dan sekitarnya antara 8.000 -10.000 kamar. Namun belum semua hotel buka. Hal itu diperkirakan terkait faktor keuangan akibat dampak pandemi Covid-19.
“Kalau properti tak maintanance, bocor, kelupas, itu bangkit lagi duitnya gila…,” ujarnya menggambarkan.
Dia menyebut perlengkapan lain seperti peralatan elektronik, televisi dan lain yang juga harus diadakan karena rusak akibat tak terpakai selama pandemi, mengingat hotel tak beroperasi. Sedangkan wisman yang dominan menginap di Sanur adalah wisman Australia, disusul Eropa dan kemudian yang lainnya. k17.
Komentar