Animasi dan Kartun Jadi Peluang di Era Industri Kreatif
DENPASAR, NusaBali - Di era industri kreatif saat ini skill membuat animasi dan kartun tidak bisa diremehkan potensinya.
Dua karya desain komunikasi visual tersebut menghadirkan peluang, meski juga sekaligus tantangan, khususnya untuk generasi muda yang belakangan banyak berkecimpung di industri kreatif.
Festival Seni Bali Jani (FSBJ) ke-5 Tahun 2023 pada Rabu (19/7) menghadirkan aguron-guron (lokakarya) membahas peluang sekaligus tantangan animasi dan kartun bertempat di Gedung Citta Kelangen Kampus ISI Denpasar.
Dua narasumber berkompeten di bidangnya hadir dalam kesempatan tersebut yakni Anak Agung Oka Sudarsana (animator animasi Jepang) dan I Wayan Nuriarta (kartunis, dosen desain komunikasi visual ISI Denpasar).
Agung Oka mengungkapkan potensi ekonomi sebagai seorang animator sangat menjanjikan jika kita memiliki skill yang baik dalam animasi. Pria asal Jembrana ini menyebut, peluang proyek animasi bertebaran di internet.
“Kerjaan animasi banyak sekali di internet. Siapapun bisa mendapatkan kerja di sana asalkan CV-nya bagus,” ujar pria yang dikenal sebagai animator Doraemon ini.
Sayangnya masih sedikit generasi muda Bali yang memiliki skill cukup untuk meraup peluang mengerjakan proyek-proyek animasi. Dia mendorong mereka untuk terus disiplin melatih diri dan bersabar. Lebih jauh dia menuturkan generasi muda yang tertarik dapat mulai membuat start up kecil-kecilan minimal sebanyak lima orang untuk menangkap peluang pekerjaan.
Start up ini bisa mengembangkan CV dari proyek-proyek kecil sehingga lambat laun mendapat kepercayaan mengerjakan proyek-proyek besar dari perusahaan post production seperti Cartoon Network yang bisa mendatangkan bayaran hingga ratusan juta rupiah.
“Tantangannya memulai satu hal akan sangat berat sekali. Berawal dari hobi dulu selanjutnya akan berubah menjadi pekerjaan,” tuturnya.
Selain peluang yang berseliweran di internet, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian saat ini juga melirik para animator muda untuk mendapat bimbingan mengembangkan dirinya. Pendampingan yang diberikan selain ilmu juga meliputi fasilitas dan pendanaan. Mereka yang lolos kualifikasi akan dikumpulkan untuk menyelesaikan proyek-proyek yang disodorkan.
“Kalian akan di-challenge membuat project dan diberikan dana dan camp, dan itu dibiayai (satu tim) minimal 5 orang,” ungkap Agung Oka yang turut menjadi mentor dalam program tersebut.
Sementara itu peluang yang sama juga ada dalam dunia kartun. Kartunis I Wayan Nuriarta mengatakan kartun bukan saja sebuah tiruan dari kenyataan (memesis). Lebih dari itu, menurutnya kartun mampu memberikan pesan. Terkhusus kartun opini, mampu mengkritisi fenomena keseharian yang kita alami sehari-hari.
“Ada beberapa jenis kartun. Kartun kritik atau kartun editorial lebih tajam dari kartun humor, pembaca tidak hanya berhenti pada tawa tapi berefleksi,” ungkap Nuriarta.
Untuk itu seorang kartunis tidak hanya dituntut piawai menggambar namun juga paham dengan isu-isu yang berkembang di sekitarnya. “Kartun itu serius, tidak cukup skill menggambar. Perlu paham isu sehingga tidak kering, semangat banyak membaca harus dimiliki seorang kartunis,” tandas Nuriarta.
Selain di surat kabar tradisional maupun media baru (online), karya-karya seorang kartunis dapat dipamerkan melaui platform-platform media sosial. Nuriarta mendorong para kartunis untuk mengangkat tokoh-tokoh lokal yang memiliki identitas yang kuat sehingga menarik perhatian masyarakat.
Di samping itu dia pun mengingatkan kepada kartunis khususnya yang baru memulai untuk memperhatikan beberapa etika yang patut diikuti. “Jangan masuk isu SARA atau peristiwa tragedi. Ada bencana alam jangan dijadikan sebuah humor,” tandasnya. 7 cr78
Festival Seni Bali Jani (FSBJ) ke-5 Tahun 2023 pada Rabu (19/7) menghadirkan aguron-guron (lokakarya) membahas peluang sekaligus tantangan animasi dan kartun bertempat di Gedung Citta Kelangen Kampus ISI Denpasar.
Dua narasumber berkompeten di bidangnya hadir dalam kesempatan tersebut yakni Anak Agung Oka Sudarsana (animator animasi Jepang) dan I Wayan Nuriarta (kartunis, dosen desain komunikasi visual ISI Denpasar).
Agung Oka mengungkapkan potensi ekonomi sebagai seorang animator sangat menjanjikan jika kita memiliki skill yang baik dalam animasi. Pria asal Jembrana ini menyebut, peluang proyek animasi bertebaran di internet.
“Kerjaan animasi banyak sekali di internet. Siapapun bisa mendapatkan kerja di sana asalkan CV-nya bagus,” ujar pria yang dikenal sebagai animator Doraemon ini.
Sayangnya masih sedikit generasi muda Bali yang memiliki skill cukup untuk meraup peluang mengerjakan proyek-proyek animasi. Dia mendorong mereka untuk terus disiplin melatih diri dan bersabar. Lebih jauh dia menuturkan generasi muda yang tertarik dapat mulai membuat start up kecil-kecilan minimal sebanyak lima orang untuk menangkap peluang pekerjaan.
Start up ini bisa mengembangkan CV dari proyek-proyek kecil sehingga lambat laun mendapat kepercayaan mengerjakan proyek-proyek besar dari perusahaan post production seperti Cartoon Network yang bisa mendatangkan bayaran hingga ratusan juta rupiah.
“Tantangannya memulai satu hal akan sangat berat sekali. Berawal dari hobi dulu selanjutnya akan berubah menjadi pekerjaan,” tuturnya.
Selain peluang yang berseliweran di internet, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian saat ini juga melirik para animator muda untuk mendapat bimbingan mengembangkan dirinya. Pendampingan yang diberikan selain ilmu juga meliputi fasilitas dan pendanaan. Mereka yang lolos kualifikasi akan dikumpulkan untuk menyelesaikan proyek-proyek yang disodorkan.
“Kalian akan di-challenge membuat project dan diberikan dana dan camp, dan itu dibiayai (satu tim) minimal 5 orang,” ungkap Agung Oka yang turut menjadi mentor dalam program tersebut.
Sementara itu peluang yang sama juga ada dalam dunia kartun. Kartunis I Wayan Nuriarta mengatakan kartun bukan saja sebuah tiruan dari kenyataan (memesis). Lebih dari itu, menurutnya kartun mampu memberikan pesan. Terkhusus kartun opini, mampu mengkritisi fenomena keseharian yang kita alami sehari-hari.
“Ada beberapa jenis kartun. Kartun kritik atau kartun editorial lebih tajam dari kartun humor, pembaca tidak hanya berhenti pada tawa tapi berefleksi,” ungkap Nuriarta.
Untuk itu seorang kartunis tidak hanya dituntut piawai menggambar namun juga paham dengan isu-isu yang berkembang di sekitarnya. “Kartun itu serius, tidak cukup skill menggambar. Perlu paham isu sehingga tidak kering, semangat banyak membaca harus dimiliki seorang kartunis,” tandas Nuriarta.
Selain di surat kabar tradisional maupun media baru (online), karya-karya seorang kartunis dapat dipamerkan melaui platform-platform media sosial. Nuriarta mendorong para kartunis untuk mengangkat tokoh-tokoh lokal yang memiliki identitas yang kuat sehingga menarik perhatian masyarakat.
Di samping itu dia pun mengingatkan kepada kartunis khususnya yang baru memulai untuk memperhatikan beberapa etika yang patut diikuti. “Jangan masuk isu SARA atau peristiwa tragedi. Ada bencana alam jangan dijadikan sebuah humor,” tandasnya. 7 cr78
Komentar