Koster Potong Impor Benih Gemitir
Geber Penelitian Gemitir di Sidang Paripurna DPRD Bali
DENPASAR, NusaBali - Sukses panen bunga gemitir di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan bersama profesor Tim Peneliti Sudamala dari IPB (Institut Pertanian Bogor), Gubernur Bali Wayan Koster berjanji akan memperluas gerakan memajukan pertanian melalui budidaya gemitir di Bali.
Orang nomor satu di Bali ini akan memotong arus impor benih gemitir dari Thailand yang selama ini membanjiri Bali.
Hal itu diungkapkan Koster saat berbicara di sidang paripurna dengan agenda penyampaian jawaban kepala daerah terhadap pandangan umum Fraksi-fraksi DPRD Bali terhadap lima Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Kamis (20/7) siang. Ada 5 Ranperda yang dibahas DPRD Bali saat ini, yakni Ranperda tentang Pungutan Bagi Wisatawan Asing untuk Pelindungan Kebudayaan dan Lingkungan Bali, Ranperda tentang Kontribusi Pelindungan Kebudayaan dan Lingkungan Alam Bali dari Sumber Lainnya yang Sah dan Tidak Mengikat, Ranperda tentang Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan, Ranperda tentang Penambahan Penyertaan Modal Daerah di PT Penjaminan Kredit Daerah Provinsi Bali dan Ranperda tentang Penyertaan Modal di Perseroan Daerah Pusat Kebudayaan Bali.
Sebelum menyampaikan paparan inti terkait jawaban kepala daerah terkait pandangan umum fraksi-fraksi, Koster menggeber kondisi perdagangan bunga gemitir di Bali. Bunga yang identik dengan kegiatan upacara Umat Hindu ini memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun tidak dikembangkan dengan maksimal. Dalam sidang yang dipimpin Ketua DPRD Bali dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Nyoman Adi Wiryatama, Koster bertekad memutus arus impor gemitir dari luar Bali.
Kata dia, kalau gemitir tidak diputus arus impornya, secara ekonomi akan dinikmati negara lain. Sementara masyarakat Bali hanya menjadi penonton. “Benih gemitir awalnya diimpor dari Thailand. Padahal gemitir Thailand sekali panen saja pohonnya mati. Ini ditengarai politik ekonomi yang membuat kita ketergantungan. Akhirnya saya dorong agar dilakukan riset tahun 2020 silam. Hasilnya, panen kemarin (di Baturiti, Tabanan,red) membuktikan kita bisa hasilkan gemitir bagus, bahkan dengan berbagai warna,” ujar Koster.
“Bayangkan, kalau kita biarkan impor ini terus berlanjut tidak kita potong, kita tergantung dengan orang luar. Nilai ekonominya dinikmatin orang luar,” imbuh Ketua DPD PDIP Bali yang juga akademisi ini. Kata Koster, saat panen raya di Baturiti, Tabanan ada 5 jenis gemitir. Ada warna oranye, gold, kuning, putih dan merah. “Awalnya tidak bisa, ternyata bisa. Saya sudah tugaskan para profesor peneliti agar ada warna hitam. Ini penting, untuk menciptakan gemitir untuk kepentingan upacara, untuk tridatu (warna putih, hitam, merah),” ujar Koster seraya mengaku saat panen di Baturiti langsung diborong dan dibagikan gratis kepada masyarakat.
Menurut Koster, bulan depan akan dilakukan penanaman benih gemitir yang diperluas di seluruh kabupaten/kota.
Yang ditanam adalah hasil stek pohon dan bijinya. “Saya minta diperluas di seluruh Bali dengan berbagai potensi daerah, dengan ketinggian daerah masing-masing. Jadi kita tahu gemitir itu bisa tumbuh dalam cuaca bagaimana? Akan dicoba bulan depan oleh Kadis Pertanian. Kalau ini bisa, kita akan bisa hentikan impor benih gemitir dari Thailand. Benih ini akan diberi nama Benih Sudamala,” ujar Koster disambut tepuk tangan.
Angka mencengangkan diungkap Koster terkait dengan perputaran uang dari perdagangan benih dan bunga gemitir di Bali. Tak main-main bisa menembus Rp 200 miliar per tahun. Belum lagi bunga mawar dan jenis lainnya. “Selama ini kita tergantung daerah luar. Benih mawar didatangkan dari luar. Buah juga begitu. Punya profesor kok nggak bisa menciptakan yang bagus. Saya sampai tantang para profesor itu. Kalau nggak bisa ya kembali jadi doktor, bukan profesor,” ujar Koster.
Menurut Koster, gemitir bukan saja dijadikan sarana upacara, hiasan. Gemitir juga bisa dimakan. “Bisa dipakai lalapan. Juga bisa dipakai skin care. Industri olahan bisa juga. Maka harus didorong. Jangan dikit-dikit impor. Banyak itu impor kita, Mangga Bangkok, Duren Bangkok. Apel Bangkok. Pokoknya ke depan yang Bangkok-bangkok itu harus kita hentikan,” tegas Anggota Komisi X DPR RI tiga periode 2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2018 ini. 7 nat
Hal itu diungkapkan Koster saat berbicara di sidang paripurna dengan agenda penyampaian jawaban kepala daerah terhadap pandangan umum Fraksi-fraksi DPRD Bali terhadap lima Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Kamis (20/7) siang. Ada 5 Ranperda yang dibahas DPRD Bali saat ini, yakni Ranperda tentang Pungutan Bagi Wisatawan Asing untuk Pelindungan Kebudayaan dan Lingkungan Bali, Ranperda tentang Kontribusi Pelindungan Kebudayaan dan Lingkungan Alam Bali dari Sumber Lainnya yang Sah dan Tidak Mengikat, Ranperda tentang Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan, Ranperda tentang Penambahan Penyertaan Modal Daerah di PT Penjaminan Kredit Daerah Provinsi Bali dan Ranperda tentang Penyertaan Modal di Perseroan Daerah Pusat Kebudayaan Bali.
Sebelum menyampaikan paparan inti terkait jawaban kepala daerah terkait pandangan umum fraksi-fraksi, Koster menggeber kondisi perdagangan bunga gemitir di Bali. Bunga yang identik dengan kegiatan upacara Umat Hindu ini memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun tidak dikembangkan dengan maksimal. Dalam sidang yang dipimpin Ketua DPRD Bali dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Nyoman Adi Wiryatama, Koster bertekad memutus arus impor gemitir dari luar Bali.
Kata dia, kalau gemitir tidak diputus arus impornya, secara ekonomi akan dinikmati negara lain. Sementara masyarakat Bali hanya menjadi penonton. “Benih gemitir awalnya diimpor dari Thailand. Padahal gemitir Thailand sekali panen saja pohonnya mati. Ini ditengarai politik ekonomi yang membuat kita ketergantungan. Akhirnya saya dorong agar dilakukan riset tahun 2020 silam. Hasilnya, panen kemarin (di Baturiti, Tabanan,red) membuktikan kita bisa hasilkan gemitir bagus, bahkan dengan berbagai warna,” ujar Koster.
“Bayangkan, kalau kita biarkan impor ini terus berlanjut tidak kita potong, kita tergantung dengan orang luar. Nilai ekonominya dinikmatin orang luar,” imbuh Ketua DPD PDIP Bali yang juga akademisi ini. Kata Koster, saat panen raya di Baturiti, Tabanan ada 5 jenis gemitir. Ada warna oranye, gold, kuning, putih dan merah. “Awalnya tidak bisa, ternyata bisa. Saya sudah tugaskan para profesor peneliti agar ada warna hitam. Ini penting, untuk menciptakan gemitir untuk kepentingan upacara, untuk tridatu (warna putih, hitam, merah),” ujar Koster seraya mengaku saat panen di Baturiti langsung diborong dan dibagikan gratis kepada masyarakat.
Menurut Koster, bulan depan akan dilakukan penanaman benih gemitir yang diperluas di seluruh kabupaten/kota.
Yang ditanam adalah hasil stek pohon dan bijinya. “Saya minta diperluas di seluruh Bali dengan berbagai potensi daerah, dengan ketinggian daerah masing-masing. Jadi kita tahu gemitir itu bisa tumbuh dalam cuaca bagaimana? Akan dicoba bulan depan oleh Kadis Pertanian. Kalau ini bisa, kita akan bisa hentikan impor benih gemitir dari Thailand. Benih ini akan diberi nama Benih Sudamala,” ujar Koster disambut tepuk tangan.
Angka mencengangkan diungkap Koster terkait dengan perputaran uang dari perdagangan benih dan bunga gemitir di Bali. Tak main-main bisa menembus Rp 200 miliar per tahun. Belum lagi bunga mawar dan jenis lainnya. “Selama ini kita tergantung daerah luar. Benih mawar didatangkan dari luar. Buah juga begitu. Punya profesor kok nggak bisa menciptakan yang bagus. Saya sampai tantang para profesor itu. Kalau nggak bisa ya kembali jadi doktor, bukan profesor,” ujar Koster.
Menurut Koster, gemitir bukan saja dijadikan sarana upacara, hiasan. Gemitir juga bisa dimakan. “Bisa dipakai lalapan. Juga bisa dipakai skin care. Industri olahan bisa juga. Maka harus didorong. Jangan dikit-dikit impor. Banyak itu impor kita, Mangga Bangkok, Duren Bangkok. Apel Bangkok. Pokoknya ke depan yang Bangkok-bangkok itu harus kita hentikan,” tegas Anggota Komisi X DPR RI tiga periode 2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2018 ini. 7 nat
1
Komentar