Kriya Jadi Branding Unggulan Ekraf Buleleng
SINGARAJA, NusaBali - Pemerintah Kabupaten Buleleng bersama sejumlah stakeholder terkait akhirnya menyepakati kriya sebagai branding unggulan ekonomi kreatif (ekraf).
Keputusan penentuan branding ekraf Buleleng itu diambil melalui Focus Group Discussion (FGD) Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I) di Gedung Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Buleleng, Kamis (20/7).
Dalam kesempatan ini hadir sejumlah pelaku 17 subsektor ekraf di Buleleng. Pertemuan yang difasilitasi Kementerian Pariwisata dan Ekraf (Kemenparekraf) ini menentukan sub sektor yang menjadi penarik ekraf. Dari 17 sub sektor yang ada akhirnya disepakati sub sektor kriya menjadi branding unggulan ekraf Buleleng.
Sub sektor ini pun disepakati seluruh peserta FGD yang hadir, karena Buleleng memang memiliki potensi yang sangat besar di bidang kriya. Mulai di kriya anyaman bambu dari Desa Bali Aga, kain tenun, kriya kayu, lukis wayang kaca hingga kerajinan perak dan emas.
Analisis Kebijakan Ahli Madya Kemenparekraf RI Elizabeth Tioria Gurning mengatakan, dari 17 subsektor ekraf yang dikenal di seluruh Indonesia, paling tidak ada 3 sub sektor unggulan yang menjadi fokus pengembangan. “Tim kami sudah mengunjungi pelaku kuliner, seni pertunjukan, fashion, musik dan kriya. Hasil yang dilihat teman-teman ini membuat tim kita kebingungan karena semua sama kuatnya dan kita harus menemukan mana yang mempunyai nilai kreativitas lebih tinggi,” ujar Elizabeth.
Sementara itu Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa mengatakan Buleleng dikenal sebagai daerah produksi ekonomi kreatif. Ada Sumber Daya Alam (SDA) dan budaya yang dimiliki. Dia pun berharap agar ekonomi kreatif dalam mendorong UMKM di Buleleng yang semakin berkualitas, dan kuantitas dapat diwujudkan.
“Semakin kreatif daerahnya, makin bangkit ekonomi kreatifnya dan semakin bangkit UMKMnya yang tentu ketahanan ekonomi daerah juga semakin bagus,” kata birokrat asal Desa/Kecamatan Tejakula Buleleng ini.
Menurutnya, saat ini pertumbuhan ekonomi Buleleng cukup stabil. Salah satu sektor yang menjadi tumpuan ekonomi Buleleng selain pertanian dan pariwisata juga mulai menguat sektor ekonomi kreatif khususnya di bidang UMKM.
Sedangkan ekonomi kreatif di Kabupaten Buleleng terserap sekitar 37 sampai 40 persen di sektor pariwisata. Meskipun Suyasa mengakui pariwisata di Buleleng belum dapat mengimbangi Bali Selatan. Namun di sektor ekonomi kreatif cukup memberikan kontribusi menjaga ekonomi daerah. 7k23
Dalam kesempatan ini hadir sejumlah pelaku 17 subsektor ekraf di Buleleng. Pertemuan yang difasilitasi Kementerian Pariwisata dan Ekraf (Kemenparekraf) ini menentukan sub sektor yang menjadi penarik ekraf. Dari 17 sub sektor yang ada akhirnya disepakati sub sektor kriya menjadi branding unggulan ekraf Buleleng.
Sub sektor ini pun disepakati seluruh peserta FGD yang hadir, karena Buleleng memang memiliki potensi yang sangat besar di bidang kriya. Mulai di kriya anyaman bambu dari Desa Bali Aga, kain tenun, kriya kayu, lukis wayang kaca hingga kerajinan perak dan emas.
Analisis Kebijakan Ahli Madya Kemenparekraf RI Elizabeth Tioria Gurning mengatakan, dari 17 subsektor ekraf yang dikenal di seluruh Indonesia, paling tidak ada 3 sub sektor unggulan yang menjadi fokus pengembangan. “Tim kami sudah mengunjungi pelaku kuliner, seni pertunjukan, fashion, musik dan kriya. Hasil yang dilihat teman-teman ini membuat tim kita kebingungan karena semua sama kuatnya dan kita harus menemukan mana yang mempunyai nilai kreativitas lebih tinggi,” ujar Elizabeth.
Sementara itu Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa mengatakan Buleleng dikenal sebagai daerah produksi ekonomi kreatif. Ada Sumber Daya Alam (SDA) dan budaya yang dimiliki. Dia pun berharap agar ekonomi kreatif dalam mendorong UMKM di Buleleng yang semakin berkualitas, dan kuantitas dapat diwujudkan.
“Semakin kreatif daerahnya, makin bangkit ekonomi kreatifnya dan semakin bangkit UMKMnya yang tentu ketahanan ekonomi daerah juga semakin bagus,” kata birokrat asal Desa/Kecamatan Tejakula Buleleng ini.
Menurutnya, saat ini pertumbuhan ekonomi Buleleng cukup stabil. Salah satu sektor yang menjadi tumpuan ekonomi Buleleng selain pertanian dan pariwisata juga mulai menguat sektor ekonomi kreatif khususnya di bidang UMKM.
Sedangkan ekonomi kreatif di Kabupaten Buleleng terserap sekitar 37 sampai 40 persen di sektor pariwisata. Meskipun Suyasa mengakui pariwisata di Buleleng belum dapat mengimbangi Bali Selatan. Namun di sektor ekonomi kreatif cukup memberikan kontribusi menjaga ekonomi daerah. 7k23
1
Komentar