Ngeroras ke Pertiwi, Tanpa Upacara Nganyut
AMLAPURA, NusaBali - PSAK (Pretisentana Sira Arya Kanuruhan) Karangasem menggelar upacara Ngeroras ke pertiwi. Ngeroras ini tanpa ada upacara Nganyut ke segara (pantai), sebagakmana dilakukan sameton PSAK di Tempek Bangkak, Banjar Mumbul, Desa Jungutan, kecamatan Bebandem, Sukra Pon Julungwangi, Jumat (21/7).
Ngeroras ini Mengupacarai 18 pitra dari tujuh dadia. Usai tuntas prosesi Ngeroras di pertiwi, berlanjut Mendem Sekah di setiap Palinggih Sanggah Kamulan.
Dua sulinggih muput upacara tersebut. Mereka yakni Ida Rsi Agung Wayahan dari Griya Agung Munduk Dawa, Banjar Punduk Dawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung, dan Ida Pandita Nabe Rsi Agung Siddhi Yoga dari Griya Agung Singosari, Jalan Pulau Madura IV, Nomor 9 Banjar Pokas, Desa/Kecamatan Blahbatuh, Gianyar.
Prawartaka Karya I Komang Kisid dan Panglingsir PSAK Pusat I Nengah Sumardi, memaparkan upacara Ngeroras dibagi dua tahap. Tahap I untuk Ngeroras ke pertiwi dan tahap II Ngeroras massal pada umumnya.
"Ngeroras ke pertiwi ini mesti segera dilaksanakan. Karena terikat waktu atau 12 hari setelah Ngaben, sedangkan Ngaben pada Minggu (9/7)," jelas Sumardi.
Ngeroras massal secara umum, lanjut dia, puncaknya pada Anggara Paing Pujut, Selasa (29/8). Ngeroras ini mengupacarai 485 pitra dari 72 dadia.
Ngeroras ke pertiwi, jelas Sumardi, lebih praktis, tanpa sangge dan tidak ada upacara Nganyut. Prosesinya dimulai Mapurwadaksina, Ngayab Banten Ke Puspa Lingga, Ngayab Banten Tarpana, berlanjut muspa untuk mendoakan sang roh menuju alam nirwana.
Di akhir acara, dari 18 pitra itu, upacara untuk 14 pitra berlanjut mendem di setiap Sanggah Kamulan. Dua pitra kageseng (dibakar), bersama satu lingga dan satu sangge. Lokasi kegiatan di luar areal tempat upacara Ngeroras ke pertiwi di Tempek Bangkak.
Ngeroras, kata Sumardi, merupakan prosesi pemanggilan roh yang sebelumnya telah diaben. Ngeroras untuk penyucian kembali agar menjadi Ida Bhatara Hyang Kompyang. Nantinya bisa malinggih di Pura Paibon.
Dari tujuh dadia yang mengikuti upacara ngeroras massal ke pertiwi, yakni tiga dadia dari Kecamatan Selat, tiga dadia dari Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem dan satu dadia dari Kecamatan Abang.
Hadir Ketua PSAK Pusat I Wayan Geredeg. Dia turut memotivasi krama yang datang mendoakan sang pitra. "Tujuan kami menggelar upacara, mulai dari ngaben hingga ngeroras massal, untuk meringankan beban sosial krama," jelas mantan Bupati Karangasem 2005-2010 dan 2010-2015.
Baik krama yang memiliki biaya maupun tidak, katanya, bisa melaksanakan upacara ngaben dan ngeroras bersama karena pengerjaannya bersama-sama.
Ngeroras massal ini yang keenam sejak tahun 2000, tahun 2005, tahun 2007, tahun 2013, tahun 2018 dan terakhir tahun 2023. Krama yang ikut upacara kena biaya Rp 2,5 juta, untuk satu paket mulai dari Ngaben, Ngeroras hingga Nuntun.7k16
Komentar