Supadma Putuskan Maju Lagi ke Senayan
Sempat Ragu karena Khawatir Sistem Pemilu Berganti
JAKARTA, NusaBali - Satu-satunya anggota DPR RI dari Partai Demokrat daerah pemilihan (Dapil) Bali, Putu Supadma Rudana mengaku hampir tidak mencalonkan diri kembali sebagai calon anggota legislatif (Caleg) DPR RI di Pemilu 2024 mendatang.
Hal itu lantaran saat itu ada kemungkinan Pemilu 2024 akan menggunakan sistem proposional tertutup atau coblos partai saja. Namun setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) menggugurkan uji materi sistem pemilu tersebut, sehingga pada Pemilu 2024 tetap memakai sistem proposional terbuka, Supadma Rudana pun memastikan maju lagi ke Senayan.
"Saya akan maju kembali melalui partai tempat saya bernaung, yaitu Demokrat. Pastinya saya maju melalui daerah pemilihan Bali. Saya maju lagi karena pertama putusan MK sudah proposional terbuka," ujar Supadma Rudana ditemui usai diskusi bertajuk ‘Parlemen yang Responsif untuk Stabilitas dan Kejesahteraan ASEAN’ di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (21/7).
Alasan kedua, kata Supadma, dia maju lagi ke Senayan, karena banyak masyarakat di dapilnya, yakni Bali mendorongnya mengabdi kembali sebagai anggota DPR RI di tingkat pusat. Aspirasi itu disampaikan kepada Supadma ketika bertemu masyarakat secara langsung. Mereka menilai, Supadma adalah sosok pekerja keras. Kemudian memiliki potensi dan bisa melakukan diplomasi, baik di dalam dan luar negeri guna membantu mengatasi pandemi Covid-19. Antara lain, dia memperjuangkan pariwisata Indonesia, khususnya di Bali dibuka kembali ketika sedang bertugas ke luar negeri.
Tak ketinggalan kerap membawa program CSR (Corporate Social Responsibility) ke Bali, karena dia duduk di Komisi VI DPR RI yang salah satu mitra kerjanya adalah BUMN. Oleh karena itu, putra dari mantan Senator Nyoman Rudana ini dianggap berkontribusi ke masyarakat. Lantaran apa yang telah dilakukannya dirasakan langsung oleh masyarakat. Aspirasi dari masyarakat Bali yang menginginkannya maju lagi direspon dengan baik oleh Supadma Rudana. Bagi dia jika rakyat menghendaki, otomatis 50 persen sebetulnya kans terpilih kembali sangat terbuka.
Terlebih mereka menghendaki dan membutuhkan anggota parlemen yang punya komitmen dan tidak sekadar bicara saja, melainkan berbuat untuk masyarakat. "Dan mereka menghendaki saya maju. Saya hanya sekadar pelayan masyarakat serta sebagai jembatan dari daerah pemilihan akan berusaha berjuang maksimal," ucap Putu Supadma. Meski sudah mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, Supadma mengaku belum mengetahui nomor urut berapa.
Menurutnya itu akan diketahui setelah DCT (Daftar Calon Tetap) dikeluarkan KPU RI. Dia pun, tidak masalah dengan nomor urut. Sebab, saat ini menggunakan sistem pemilu terbuka sehingga yang terpilih adalah peraih suara terbanyak. Di daerah pemilihan Bali, Putu Supadma bakal bersaing dengan caleg incumbent lainnya.
Mereka adalah Gde Sumarjaya Linggih atau Demer dan AA Bagus Adhi Mahendra Putra atau Gus Adhi dari Partai Golkar. Kemudian dari PDIP ada Wayan Sudirta, IGN Alit Kesuma Kelakan, Nyoman Parta dan Ketut Kariyasa Adnyana. Ada pula new comer seperti Ketua Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry dan Ketua DPRD Provinsi Bali Nyoman Adi Wiryatama.
Melihat persaingan tersebut, kata pria yang menjadi Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI ini, daerah pemilihan Bali selalu ketat. Pada Pemilu 2019 lalu, PDIP mendapatkan enam kursi, Partai Golkar dua kursi dan Partai Demokrat satu kursi. Komposisi itu, lanjut Supadma, tidak akan beda jauh dengan hasil Pemilu 2024 nanti.
"Intinya, semua harus kerja keras. Lantaran partai lain semisal Partai Gerindra dan Partai NasDem juga ingin mendapatkan kursi dan ini sah-sah saja," papar Supadma. Partai Gerindra dan Partai NasDem menargetkan satu kursi, Partai Golkar tiga kursi dan PDIP tujuh kursi. Sedangkan di Bali, ada sembilan kursi. Partai Demokrat, kata Supadma, tidak muluk-muluk. "Kami hanya ingin mempertahankan satu kursi. Kalau dua kursi seperti sebelumnya, perlu waktu di pemilu berikutnya sehingga kami tidak perlu mimpi di siang bolong," jelas Supadma. Dia pun menyerahkan keputusan itu kepada rakyat Bali pada pemilihan yang berlangsung 14 Februari 2024 nanti.
Pasalnya, mereka lah yang memiliki suara untuk memilih dan menentukan wakil rakyatnya. Menurut pria yang sudah dua periode menjadi anggota DPR RI ini, rakyat sekarang sudah cerdas-cerdas. Mereka tahu mana yang sudah terbukti dan mana yang hanya sekedar bicara saja, karena adanya keterbukaan. "Jadi, saya kembalikan kepada rakyat yang punya suara dan memutuskan. Saya juga serahkan semua kepada yang kuasa yang menentukan pergerakan alam semesta ini. Kalau keduanya mendukung, siapa pun yang menghalangi dan mengganggu tidak bisa," tegas Putu Supadma. 7 k22
"Saya akan maju kembali melalui partai tempat saya bernaung, yaitu Demokrat. Pastinya saya maju melalui daerah pemilihan Bali. Saya maju lagi karena pertama putusan MK sudah proposional terbuka," ujar Supadma Rudana ditemui usai diskusi bertajuk ‘Parlemen yang Responsif untuk Stabilitas dan Kejesahteraan ASEAN’ di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (21/7).
Alasan kedua, kata Supadma, dia maju lagi ke Senayan, karena banyak masyarakat di dapilnya, yakni Bali mendorongnya mengabdi kembali sebagai anggota DPR RI di tingkat pusat. Aspirasi itu disampaikan kepada Supadma ketika bertemu masyarakat secara langsung. Mereka menilai, Supadma adalah sosok pekerja keras. Kemudian memiliki potensi dan bisa melakukan diplomasi, baik di dalam dan luar negeri guna membantu mengatasi pandemi Covid-19. Antara lain, dia memperjuangkan pariwisata Indonesia, khususnya di Bali dibuka kembali ketika sedang bertugas ke luar negeri.
Tak ketinggalan kerap membawa program CSR (Corporate Social Responsibility) ke Bali, karena dia duduk di Komisi VI DPR RI yang salah satu mitra kerjanya adalah BUMN. Oleh karena itu, putra dari mantan Senator Nyoman Rudana ini dianggap berkontribusi ke masyarakat. Lantaran apa yang telah dilakukannya dirasakan langsung oleh masyarakat. Aspirasi dari masyarakat Bali yang menginginkannya maju lagi direspon dengan baik oleh Supadma Rudana. Bagi dia jika rakyat menghendaki, otomatis 50 persen sebetulnya kans terpilih kembali sangat terbuka.
Terlebih mereka menghendaki dan membutuhkan anggota parlemen yang punya komitmen dan tidak sekadar bicara saja, melainkan berbuat untuk masyarakat. "Dan mereka menghendaki saya maju. Saya hanya sekadar pelayan masyarakat serta sebagai jembatan dari daerah pemilihan akan berusaha berjuang maksimal," ucap Putu Supadma. Meski sudah mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, Supadma mengaku belum mengetahui nomor urut berapa.
Menurutnya itu akan diketahui setelah DCT (Daftar Calon Tetap) dikeluarkan KPU RI. Dia pun, tidak masalah dengan nomor urut. Sebab, saat ini menggunakan sistem pemilu terbuka sehingga yang terpilih adalah peraih suara terbanyak. Di daerah pemilihan Bali, Putu Supadma bakal bersaing dengan caleg incumbent lainnya.
Mereka adalah Gde Sumarjaya Linggih atau Demer dan AA Bagus Adhi Mahendra Putra atau Gus Adhi dari Partai Golkar. Kemudian dari PDIP ada Wayan Sudirta, IGN Alit Kesuma Kelakan, Nyoman Parta dan Ketut Kariyasa Adnyana. Ada pula new comer seperti Ketua Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry dan Ketua DPRD Provinsi Bali Nyoman Adi Wiryatama.
Melihat persaingan tersebut, kata pria yang menjadi Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI ini, daerah pemilihan Bali selalu ketat. Pada Pemilu 2019 lalu, PDIP mendapatkan enam kursi, Partai Golkar dua kursi dan Partai Demokrat satu kursi. Komposisi itu, lanjut Supadma, tidak akan beda jauh dengan hasil Pemilu 2024 nanti.
"Intinya, semua harus kerja keras. Lantaran partai lain semisal Partai Gerindra dan Partai NasDem juga ingin mendapatkan kursi dan ini sah-sah saja," papar Supadma. Partai Gerindra dan Partai NasDem menargetkan satu kursi, Partai Golkar tiga kursi dan PDIP tujuh kursi. Sedangkan di Bali, ada sembilan kursi. Partai Demokrat, kata Supadma, tidak muluk-muluk. "Kami hanya ingin mempertahankan satu kursi. Kalau dua kursi seperti sebelumnya, perlu waktu di pemilu berikutnya sehingga kami tidak perlu mimpi di siang bolong," jelas Supadma. Dia pun menyerahkan keputusan itu kepada rakyat Bali pada pemilihan yang berlangsung 14 Februari 2024 nanti.
Pasalnya, mereka lah yang memiliki suara untuk memilih dan menentukan wakil rakyatnya. Menurut pria yang sudah dua periode menjadi anggota DPR RI ini, rakyat sekarang sudah cerdas-cerdas. Mereka tahu mana yang sudah terbukti dan mana yang hanya sekedar bicara saja, karena adanya keterbukaan. "Jadi, saya kembalikan kepada rakyat yang punya suara dan memutuskan. Saya juga serahkan semua kepada yang kuasa yang menentukan pergerakan alam semesta ini. Kalau keduanya mendukung, siapa pun yang menghalangi dan mengganggu tidak bisa," tegas Putu Supadma. 7 k22
1
Komentar