Dekatkan Siswa dengan Lingkungan dan Adat
Praktik Profil Pelajar Pancasila di SMPN 3 Ubud
GIANYAR, NusaBali - SMPN 3 Ubud terletak di Banjar Silungan, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar, Bali. Meskipun baru berumur 17 tahun atau usia ‘remaja’, sekolah yang berdiri pada 6 Nopember 2006 ini terus berupaya untuk membangun jati diri.
Salah satunya, mendekatkan warga sekolah dengan lingkungan sekitar.
Kepala SMPN 3 Ubud Anak Agung Gde Ardika SPD MPd mengakui, lingkungan cukup menentukan keberhasilan sekolah dalam menjalankan proses pembelajaran sekolah. Proses pembelajaran juga harus dibangun dengan lingkungan sekitar sekolah sebagai modal sosial atau sinergi yang sehat dan kuat. Bentuk sinergi dimaksud, antara lain, dengan seizin atasan, sekolah membuka pintu lebar-lebar kepada lingkungan terutama banjar adat untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi sekolah.
Misal, sekolah punya anak-anak yang pintar menari tarian Bali. Anak-anak tersebut dibukakan ruang oleh sekolah dan banjar untuk ngayah menari baik dalam hajatan formal di desa atau ngayah untuk upacara keagamaaan dan adat. Contoh lain, sekolah mempraktikkan pembelajaran tentang kepekaan terhadap lingkungan. Bentuknya, antara lain, anak-anak bersma para guru bergotong royong untuk kebersihan lingkungan.
Pentingnya dukungan tersebut karena dirinya menyadari sekolah ini dibangun berkat perjuangan para tokoh di Banjar/Desa Adat Silungan, perangkat desa, dan lain-lain. Dari cerita para tokoh desa yang didengarnya, sekolah ini dibangun karena lokasi dua SMPN sebelumnya, sangat jauh dari wilayah zona sekolah ini dibangun.
‘’Hal terpenting, kami di sekolah selalu menjaga komunikasi yang sedemikian bagus dengan prajuru desa adat di sini,’’ jelas kasek asal Banjar Badung, Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar ini.
Dengan sinergi sekolah dan desa adat, proses pembelajaran anak-anak berjalan tertib, lancar dalam lingkungan yang nyaman. Kenyamanan ini juga ditopang oleh lokasi sekolah yang agak jauh dari keramaian pemukiman penduduk.
Menurutnya praktik pembelajaran melalui lingkungan merupakan bagian dari membentuk siswa berkarakter menuju profil Pelajar Pancasila. Dengan itu, maka sekolah akan dapat melahirkan lulusan dengan dimensi keimanan yang kuat, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Desa Lodtunduh dan sekitarnya adalah desa parwisata hingga amat mungkin anak-anak yang berkebhinekaan global. ‘’Dengan sinergi lingkungan yang sehat dan berkualitas, anak-anak juga dapat mengeksplorasi kemandirian, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif,’’ jelas kasek yang penghobi olahraga catur dan bola voli ini.
Untuk diketahui, sebelum dibangun SMPN 3 Ubud, anak-anak tamatan SD dari sekitar Desa Lodtunduh, terutama Banjar Silungan, sebagian dari Desa Mas, Kecamatan Ubud, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, dan beberapa kelompok lainnya, kesulitan untuk menjangkau dua SMP negeri yang ada sebelumnya. Belum lagi, anak-anak harus rebutan mendaftar SMPN dalam setiap musim PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). SMPN 1 Ubud terletak di jantung kota destinasi wisata Ubud, Kelurahan Ubud. SMPN 2 Ubud di Banjar Tebongkang, Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, dan SMPN 4 Ubud (eks SMP PGRI Ubud) di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud.
Pada PPDB Tahuan ajaran 2023/2024, SMPN 3 Ubud menerima 233 siswa klas 7 dalam 8 rombel (rombongan belajar). Sekolah ini juga punya kelas 8 dalam 8 rombel, dan kelas 9 dalam 8 rombel .
Agung Ardika menambahkan, pasca seminggu pelaksanaan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah), sekolah langsung memberlakukan pembelajaran secara efektif. Sebab, sekolah akan segera menghadapi liburan cukup panjang, selama dua minggu ke depan. Liburan ini serangkaian perayaan Galungan, Buda Kliwon Dungulan, Rabu (2/8) dan Kuningan, Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu/S (12/8).7lsa
Kepala SMPN 3 Ubud Anak Agung Gde Ardika SPD MPd mengakui, lingkungan cukup menentukan keberhasilan sekolah dalam menjalankan proses pembelajaran sekolah. Proses pembelajaran juga harus dibangun dengan lingkungan sekitar sekolah sebagai modal sosial atau sinergi yang sehat dan kuat. Bentuk sinergi dimaksud, antara lain, dengan seizin atasan, sekolah membuka pintu lebar-lebar kepada lingkungan terutama banjar adat untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi sekolah.
Misal, sekolah punya anak-anak yang pintar menari tarian Bali. Anak-anak tersebut dibukakan ruang oleh sekolah dan banjar untuk ngayah menari baik dalam hajatan formal di desa atau ngayah untuk upacara keagamaaan dan adat. Contoh lain, sekolah mempraktikkan pembelajaran tentang kepekaan terhadap lingkungan. Bentuknya, antara lain, anak-anak bersma para guru bergotong royong untuk kebersihan lingkungan.
Pentingnya dukungan tersebut karena dirinya menyadari sekolah ini dibangun berkat perjuangan para tokoh di Banjar/Desa Adat Silungan, perangkat desa, dan lain-lain. Dari cerita para tokoh desa yang didengarnya, sekolah ini dibangun karena lokasi dua SMPN sebelumnya, sangat jauh dari wilayah zona sekolah ini dibangun.
‘’Hal terpenting, kami di sekolah selalu menjaga komunikasi yang sedemikian bagus dengan prajuru desa adat di sini,’’ jelas kasek asal Banjar Badung, Desa Melinggih, Kecamatan Payangan, Gianyar ini.
Dengan sinergi sekolah dan desa adat, proses pembelajaran anak-anak berjalan tertib, lancar dalam lingkungan yang nyaman. Kenyamanan ini juga ditopang oleh lokasi sekolah yang agak jauh dari keramaian pemukiman penduduk.
Menurutnya praktik pembelajaran melalui lingkungan merupakan bagian dari membentuk siswa berkarakter menuju profil Pelajar Pancasila. Dengan itu, maka sekolah akan dapat melahirkan lulusan dengan dimensi keimanan yang kuat, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Desa Lodtunduh dan sekitarnya adalah desa parwisata hingga amat mungkin anak-anak yang berkebhinekaan global. ‘’Dengan sinergi lingkungan yang sehat dan berkualitas, anak-anak juga dapat mengeksplorasi kemandirian, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif,’’ jelas kasek yang penghobi olahraga catur dan bola voli ini.
Untuk diketahui, sebelum dibangun SMPN 3 Ubud, anak-anak tamatan SD dari sekitar Desa Lodtunduh, terutama Banjar Silungan, sebagian dari Desa Mas, Kecamatan Ubud, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, dan beberapa kelompok lainnya, kesulitan untuk menjangkau dua SMP negeri yang ada sebelumnya. Belum lagi, anak-anak harus rebutan mendaftar SMPN dalam setiap musim PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). SMPN 1 Ubud terletak di jantung kota destinasi wisata Ubud, Kelurahan Ubud. SMPN 2 Ubud di Banjar Tebongkang, Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, dan SMPN 4 Ubud (eks SMP PGRI Ubud) di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud.
Pada PPDB Tahuan ajaran 2023/2024, SMPN 3 Ubud menerima 233 siswa klas 7 dalam 8 rombel (rombongan belajar). Sekolah ini juga punya kelas 8 dalam 8 rombel, dan kelas 9 dalam 8 rombel .
Agung Ardika menambahkan, pasca seminggu pelaksanaan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah), sekolah langsung memberlakukan pembelajaran secara efektif. Sebab, sekolah akan segera menghadapi liburan cukup panjang, selama dua minggu ke depan. Liburan ini serangkaian perayaan Galungan, Buda Kliwon Dungulan, Rabu (2/8) dan Kuningan, Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu/S (12/8).7lsa
Komentar