Putri Bungsu Soekarno Revitalisasi Posyandu di Bangli, Selamatkan Seribu Hari Pertama Anak
Songan
Kintamani
BANGLI
Stunting
Posyandu
Buta Aksara
Charity
Amal
Kartika Soekarno Foundation
Kartika Soekarno
Dewi Soekarno
Bali Children Foundation
GIANYAR, NusaBali.com - Putri Bungsu Presiden Soekarno, Karina Kartika Sari Dewi Soekarno bersama Bali Children Foundation (BCF) telah merevitalisasi posyandu-posyandu di wilayah miskin Kabupaten Bangli sejak tahun 2021.
Kegiatan amal di wilayah Songan, Kecamatan Kintamani ini dilakukannya lewat Kartika Soekarno Foundation (KSF) yang juga didukung penuh sang ibu, Naoko Nemoto atau lebih dikenal sebagai Ratna Sari Dewi Soekarno.
"Seribu hari pertama kehidupan merupakan waktu yang krusial bagi tumbuh kembang anak-anak, yang akan berdampak sampai mereka dewasa," jelas Kartika Soekarno saat jumpa pers di Bambu Indah Resort, Desa Sayan, Ubud pada Minggu (23/7/2023) sore.
Lanjut Kartika, apabila seribu hari pertama ini terlewatkan maka anak-anak akan tumbuh dengan 'kekurangan'. Saat memasuki usia sekolah, anak-anak yang terlewat seribu hari pertama kehidupannya bakal lebih terbelakang.
Hal ini dikarenakan kebutuhan nutrisi untuk perkembangan anak-anak tidak terpenuhi dengan baik pada seribu hari pertama. Penyebab utamanya adalah kondisi ekonomi orangtua dan ketidaktahuan orangtua di daerah terpecil soal pemenuhan kebutuhan awal anak.
Di lain sisi, Pendiri BCF Margaret Barry menjelaskan, salah satu alasan wilayah Songan dipilih untuk kegiatan amal jangka panjang dan berkelanjutan ini karena tergolong wilayah miskin. Sehingga menjadi sasaran yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan amal ini.
"Songan juga memiliki masalah besar soal kalangan dewasa yang masih buta huruf. Untuk itu, kami ingin mendukung program posyandu agar bisa sukses," ujar Margaret dalam kesempatan yang sama.
Kegiatan amal yang dilakukan oleh Kartika dan Margaret adalah pemberdayaan perempuan untuk perempuan. KSF lebih berfokus pada ibu hamil dan bayi. Sedangkan BCF lebih condong ke literasi anak-anak usia sekolah dasar.
Perempuan di wilayah Songan dilatih keterampilan dan pengetahuan terkait kesehatan dan pemenuhan nutrisi anak. Ibu-ibu yang tidak memiliki anak usia belia lagi, diberdayakan untuk membantu ibu-ibu muda dan yang memiliki bayi dan anak-anak usia belia.
"Kami berangkat dari filosofi tradisional Indonesia yakni gotong-royong, saling membantu satu sama lain. Sudah terkumpul 30 ribu pengasuh untuk program ini di Indonesia," beber Kartika yang juga ibu dari Frederik Kiran Soekarno Seegers.
Sementara itu, Dewi Soekarno mengaku sangat bangga dengan pencapaian putrinya. Ia juga menekankan, gotong-royong merupakan salah satu filosofi politik yang digaungkan ayah Kartika, Presiden Soekarno.
"Sangat penting memang tiga tahun pertama anak-anak untuk tersedia pemenuhan kebutuhan yang baik dari segi kesehatan, nutrisi, dan pendidikan dasar," kata Dewi Soekarno dalam kesempatan yang sama.
Bersama sang ibu Dewi Soekarno, putranya Kiran Soekarno, dan BCF, Kartika akan menjangkau lebih banyak daerah terpencil di Bali dan Indonesia. Khususnya Kiran, ia turut membantu mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak-anak sekolah dasar.
Lebih jauh lagi, permasalahan kehamilan di usia terlalu muda dan rendahnya pengetahuan ibu soal kebutuhan awal dan dasar anak akan direduksi melalui pelatihan, bantuan alat dan barang, juga penggalangan dana. Di mana, hulunya adalah revitalisasi Posyandu.
Di lain sisi, Presiden Jokowi menargetkan angka stunting harus sudah di bawah 14 persen pada 2024. Di mana, kunci dari penurunan angka stunting ini adalah memastikan seribu hari pertama kehidupan terjaga. Mulai dari kandungan hingga lahir dan bertumbuh.
Terkait hal ini, Kartika menyebut bakal fokus menggalakkan revitalisasi posyandu sesuai jangkauan dan kemampuan KSF. Sebab, tidak mungkin semua daerah bisa dijangkau dengan wilayah Indonesia yang begitu besar.
Selama ini program KSF dan BCF banyak dibantu pendanaan luar negeri dari Pemerintah Jepang, Norwegia, Selandia Baru, Australia, dan Jerman. Margaret pun mengungkapkan akan fokus dulu terhadap permasalahan yang sedang dihadapi di lapangan.
"Kami fokus pada beberapa permasalahan dan melihatnya secara komprehensif. Tidak soal pelatihan saja, tapi bagaimana kebutuhan nutrisi itu bisa terpenuhi dengan adanya akses kepada sumber nutrisi itu sendiri," tandas Margaret. *rat
"Seribu hari pertama kehidupan merupakan waktu yang krusial bagi tumbuh kembang anak-anak, yang akan berdampak sampai mereka dewasa," jelas Kartika Soekarno saat jumpa pers di Bambu Indah Resort, Desa Sayan, Ubud pada Minggu (23/7/2023) sore.
Lanjut Kartika, apabila seribu hari pertama ini terlewatkan maka anak-anak akan tumbuh dengan 'kekurangan'. Saat memasuki usia sekolah, anak-anak yang terlewat seribu hari pertama kehidupannya bakal lebih terbelakang.
Hal ini dikarenakan kebutuhan nutrisi untuk perkembangan anak-anak tidak terpenuhi dengan baik pada seribu hari pertama. Penyebab utamanya adalah kondisi ekonomi orangtua dan ketidaktahuan orangtua di daerah terpecil soal pemenuhan kebutuhan awal anak.
Di lain sisi, Pendiri BCF Margaret Barry menjelaskan, salah satu alasan wilayah Songan dipilih untuk kegiatan amal jangka panjang dan berkelanjutan ini karena tergolong wilayah miskin. Sehingga menjadi sasaran yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan amal ini.
"Songan juga memiliki masalah besar soal kalangan dewasa yang masih buta huruf. Untuk itu, kami ingin mendukung program posyandu agar bisa sukses," ujar Margaret dalam kesempatan yang sama.
Kegiatan amal yang dilakukan oleh Kartika dan Margaret adalah pemberdayaan perempuan untuk perempuan. KSF lebih berfokus pada ibu hamil dan bayi. Sedangkan BCF lebih condong ke literasi anak-anak usia sekolah dasar.
Perempuan di wilayah Songan dilatih keterampilan dan pengetahuan terkait kesehatan dan pemenuhan nutrisi anak. Ibu-ibu yang tidak memiliki anak usia belia lagi, diberdayakan untuk membantu ibu-ibu muda dan yang memiliki bayi dan anak-anak usia belia.
"Kami berangkat dari filosofi tradisional Indonesia yakni gotong-royong, saling membantu satu sama lain. Sudah terkumpul 30 ribu pengasuh untuk program ini di Indonesia," beber Kartika yang juga ibu dari Frederik Kiran Soekarno Seegers.
Sementara itu, Dewi Soekarno mengaku sangat bangga dengan pencapaian putrinya. Ia juga menekankan, gotong-royong merupakan salah satu filosofi politik yang digaungkan ayah Kartika, Presiden Soekarno.
"Sangat penting memang tiga tahun pertama anak-anak untuk tersedia pemenuhan kebutuhan yang baik dari segi kesehatan, nutrisi, dan pendidikan dasar," kata Dewi Soekarno dalam kesempatan yang sama.
Bersama sang ibu Dewi Soekarno, putranya Kiran Soekarno, dan BCF, Kartika akan menjangkau lebih banyak daerah terpencil di Bali dan Indonesia. Khususnya Kiran, ia turut membantu mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak-anak sekolah dasar.
Lebih jauh lagi, permasalahan kehamilan di usia terlalu muda dan rendahnya pengetahuan ibu soal kebutuhan awal dan dasar anak akan direduksi melalui pelatihan, bantuan alat dan barang, juga penggalangan dana. Di mana, hulunya adalah revitalisasi Posyandu.
Di lain sisi, Presiden Jokowi menargetkan angka stunting harus sudah di bawah 14 persen pada 2024. Di mana, kunci dari penurunan angka stunting ini adalah memastikan seribu hari pertama kehidupan terjaga. Mulai dari kandungan hingga lahir dan bertumbuh.
Terkait hal ini, Kartika menyebut bakal fokus menggalakkan revitalisasi posyandu sesuai jangkauan dan kemampuan KSF. Sebab, tidak mungkin semua daerah bisa dijangkau dengan wilayah Indonesia yang begitu besar.
Selama ini program KSF dan BCF banyak dibantu pendanaan luar negeri dari Pemerintah Jepang, Norwegia, Selandia Baru, Australia, dan Jerman. Margaret pun mengungkapkan akan fokus dulu terhadap permasalahan yang sedang dihadapi di lapangan.
"Kami fokus pada beberapa permasalahan dan melihatnya secara komprehensif. Tidak soal pelatihan saja, tapi bagaimana kebutuhan nutrisi itu bisa terpenuhi dengan adanya akses kepada sumber nutrisi itu sendiri," tandas Margaret. *rat
1
Komentar