KNPI Tabanan Undang Kaum Milenial Berikan Pemahaman Esensi Politik
TABANAN, NusaBali - Menjelang pesta demokrasi tahun 2024, Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Tabanan melaksanakan kegiatan bincang dengan tema ‘Potensi Pemilih Muda 2024’, Minggu (23/7).
Acara serangkaian HUT ke-50 KNPI yang digelar di Kantor Bupati Tabanan ini mengundang kaum milenial berbagai unsur.
Pada intinya bincang santai dengan menghadirkan narasumber dari KPU Tabanan, Bawaslu Tabanan, dan akademisi ini memberikan pemahaman esensi politik supaya tak sekadar datang ke TPS atau lebih memilih golput.
Ketua KNPI Tabanan I Made Agung Dwi Sastrawan, mengatakan kegiatan tersebut bagian dari upaya memberikan pemahaman terhadap kaum milenial tentang politik. Sehingga peserta yang dihadirkan adalah dari kelompok pelajar SMA/SMK, organisasi kepemudaan, dan duta demokrasi. “Tema ini kami pilih karena hasil Musyawarah Agung KNPI 2023, salah satunya adalah penguatan pemilih pemula,” kata Sastrawan.
Dia menyebutkan, pemilih pemula pada Pemilu 2024 diperkirakan jumlahnya berkisar 60 persen dari total jumlah pemilih di Indonesia. Sehingga ini akan menjadi sasaran yang potensial dari partai politik. “Terlepas dari kepentingan politik saat pemilu, mereka perlu memahami apa itu esensi dari politik. Itu yang kami ingin dorong,” imbuh Sastrawan.
Pada pemaparannya, Komisioner KPU Tabanan Ni Putu Suaryani menjelaskan bagaimana pentingnya anak muda melek politik, terutama untuk terselenggaranya pemerintahan. Sehingga proses demokrasi berjalan dengan ideal. "Pemilu adalah bagian dari proses demokrasi. Dan kaum muda memegang peranan penting di sana,” ucap Suaryani.
Ketua Bawaslu Tabanan I Ketut Narta menjelaskan soal sistem pemilu yang masih rentan dengan politik uang. Saat ini, menurutnya, masyarakat dan politisi masih tersandera kepentingan pragmatis menjelang hajatan pemilu.
“Forum seperti ini sangat penting untuk menggali dan menumbuhkan kesadaran akan politik. Politik bukan hanya uang, tapi bagaimana mewujudkan tata kelola pemerintahan hingga kepentingan masyakat luas,” kata Narta.
Akademisi Universitas Udayana Gede Kamajaya memberikan kritik terhadap situasi yang hanya menjadikan pemuda atau kelompok pemilih muda sebagai komoditas jelang pemilu. Menurutnya, persoalan anak muda saat ini sangat kompleks dan pendekatannya juga membutuhkan cara yang berbeda.
“Zaman sudah berubah, pendekatan pada kelompok milenial atau gen Z berbeda, harus mengikuti gaya mereka. Jika tidak bisa, pasti politisi akan gagal meraih suara mereka,” tandasnya. 7 des
Pada intinya bincang santai dengan menghadirkan narasumber dari KPU Tabanan, Bawaslu Tabanan, dan akademisi ini memberikan pemahaman esensi politik supaya tak sekadar datang ke TPS atau lebih memilih golput.
Ketua KNPI Tabanan I Made Agung Dwi Sastrawan, mengatakan kegiatan tersebut bagian dari upaya memberikan pemahaman terhadap kaum milenial tentang politik. Sehingga peserta yang dihadirkan adalah dari kelompok pelajar SMA/SMK, organisasi kepemudaan, dan duta demokrasi. “Tema ini kami pilih karena hasil Musyawarah Agung KNPI 2023, salah satunya adalah penguatan pemilih pemula,” kata Sastrawan.
Dia menyebutkan, pemilih pemula pada Pemilu 2024 diperkirakan jumlahnya berkisar 60 persen dari total jumlah pemilih di Indonesia. Sehingga ini akan menjadi sasaran yang potensial dari partai politik. “Terlepas dari kepentingan politik saat pemilu, mereka perlu memahami apa itu esensi dari politik. Itu yang kami ingin dorong,” imbuh Sastrawan.
Pada pemaparannya, Komisioner KPU Tabanan Ni Putu Suaryani menjelaskan bagaimana pentingnya anak muda melek politik, terutama untuk terselenggaranya pemerintahan. Sehingga proses demokrasi berjalan dengan ideal. "Pemilu adalah bagian dari proses demokrasi. Dan kaum muda memegang peranan penting di sana,” ucap Suaryani.
Ketua Bawaslu Tabanan I Ketut Narta menjelaskan soal sistem pemilu yang masih rentan dengan politik uang. Saat ini, menurutnya, masyarakat dan politisi masih tersandera kepentingan pragmatis menjelang hajatan pemilu.
“Forum seperti ini sangat penting untuk menggali dan menumbuhkan kesadaran akan politik. Politik bukan hanya uang, tapi bagaimana mewujudkan tata kelola pemerintahan hingga kepentingan masyakat luas,” kata Narta.
Akademisi Universitas Udayana Gede Kamajaya memberikan kritik terhadap situasi yang hanya menjadikan pemuda atau kelompok pemilih muda sebagai komoditas jelang pemilu. Menurutnya, persoalan anak muda saat ini sangat kompleks dan pendekatannya juga membutuhkan cara yang berbeda.
“Zaman sudah berubah, pendekatan pada kelompok milenial atau gen Z berbeda, harus mengikuti gaya mereka. Jika tidak bisa, pasti politisi akan gagal meraih suara mereka,” tandasnya. 7 des
Komentar