Purwa Daksina Ngeroras Sameton Ki Mantri Tutuan
AMLAPURA, NusaBali - Sameton Maha Semaya Ki Mantri Tutuan Pratisentana Sira Dalem Mangori Karangasem, menggelar upacara Mapurwa Daksina serangkaian Ngeroras massal untuk 143 pitra. Prosesi ini tanpa menggunakan sarana Lembu.
Seperti biasa, prosesi Mapurwa Daksina tersebut mengikuti arah Lembu dari arah timur ke selatan sebanyak tiga kali. Dengan itu, diyakini sang pitra nantinya lebih mudah menuju surga.
"Kami baru pertama kali menggelar upacara ngeroras massal. Lagi pula bantennya menggunakan Catur Rebah, dengan kurban Kambing dan Angsa," jelas Pangrajeg Karya Ngeroras Massal Sameton Maha Semaya Ki Mantri Tutuan Pratisentana Sira Dalem Mangori, I Gede Sandhi, di lokasi upacara Banjar/Desa Adat Susuan, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Soma Umanis Sungsang, Senin (24/7).
Banten Catur Rebah, kata Sandhi, banten yang dalam kemasannya terdiri empat tanding dengan warna berbeda-beda, putih, merah, hitam dan campuran, kemudian keempat tandingan itu, disatukan menjadi satu kemasan. Beda dengan catur niri, tandingannya terbagi empat warna secara terpisah.
"Nantilah untuk Ngeroras massal berikutnya, bisa jadi upacara mapurwa daksina menggunakan lembu," tambah Ketua Sameton Maha Semaya Ki Mantri Tutuan Pratisentana Sira Dalem Mangori Karangasem ini.
"Kami baru pertama kali menggelar upacara ngeroras massal. Lagi pula bantennya menggunakan Catur Rebah, dengan kurban Kambing dan Angsa," jelas Pangrajeg Karya Ngeroras Massal Sameton Maha Semaya Ki Mantri Tutuan Pratisentana Sira Dalem Mangori, I Gede Sandhi, di lokasi upacara Banjar/Desa Adat Susuan, Kelurahan/Kecamatan Karangasem, Soma Umanis Sungsang, Senin (24/7).
Banten Catur Rebah, kata Sandhi, banten yang dalam kemasannya terdiri empat tanding dengan warna berbeda-beda, putih, merah, hitam dan campuran, kemudian keempat tandingan itu, disatukan menjadi satu kemasan. Beda dengan catur niri, tandingannya terbagi empat warna secara terpisah.
"Nantilah untuk Ngeroras massal berikutnya, bisa jadi upacara mapurwa daksina menggunakan lembu," tambah Ketua Sameton Maha Semaya Ki Mantri Tutuan Pratisentana Sira Dalem Mangori Karangasem ini.
Upacara Ngeroras massal itu diikuti empat dadia, yakni Dadia Tutuan Jemeluk, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Dadia Culik Merta, Kecamatan Abang, Dadia Gunung Sari, Desa Adat Susuan, Kecamatan Karangasem, dan Dadia Tutuan Banjar Uma, Desa/Kecamatan Selat.
Dua sulinggih yang muput upacara itu, yakni Ida Pedanda Istri Nyoman Keniten dari Griya Keniten, Lingkungan Pendem, Kelurahan/Kecamatan Karangasem dan Ida Pedanda Wayan Demung dari Griya Demung, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem. Bertindak sebagai Ketua Panitia Jro Mangku Made Giri, turut mengkoordinasikan jalannya upacara.
Sandhi menambahkan, krama yang ikut upacara ngeroras massal tiap pitra kena biaya Rp 7 juta, biaya itu hingga nuntun, dan langsung ngalinggihang. "Khusus untuk upacara Potong Gigi, Potong Rambut, dan Otonan, tidak lagi kena biaya," tambahnya.
Kelian Dadia Gunung Sari Desa Adat Susuan I Ketut Catur Tirta mengatakan, dari 143 pitra itu, dari Dadia Gunung Sari mengupacarai 105 pitra. "Kami bersyukur ada upacara ngeroras massal, selama ini belum pernah melaksanakan upacara itu, sehingga utang untuk sang pitra tuntas," jelas.
Upacara Nganyut yang merupakan rangkaian terakhir terlaksana pada Anggara Paing Sungsang, Selasa (25/7) ke Pantai Jasri, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem.7k16
1
Komentar