Ultah ke-66, Pastika Kembali Luncurkan 2 Buku
Pastika
Alit Putra
Percikan Perenungan dari Jaya Sabha 2
Jejak Derita Jenderal Bintang Tiga
The Asian Star
Gubernur Bali Made Mangku Pastika merayakan ulang tahun (Ultah) ke-66 di Rumah Jabatan Gedung Jaya Sabha Denpasar, 22 Juni 2017 malam.
DENPASAR,NusaBali
Sama seperti saat Ultah ke-64 pada 2015 lalu, tadi malam tokoh kelahiran Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, 22 Juni 1951 ini juga menandai Ultahnya dengan peluncuran dua buku sekaligus.
Dua buku yang diluncurkan dalam acara Ultah ke-66 Gubernur Pastika tadi malam, masing-masing berjudul ‘Percikan Perenungan dari Jaya Sabha 2’ dan ‘Jejak Derita Jenderal Bintang Tiga’. Buku ‘Percikan Perenungan dari Jaya Sabha 2’ merupakan rangkuman peristiwa yang dialami Gubernur Pastika. Sedangkan buku ‘Jejak Derita Jenderal Bintang Tiga’ yang ditulis jurnalis Emanuel Dewata Oja (Edo), berisi perjalanan panjang penderitaan Made Mangku Pastika, yang lahir dari keluarga miskin di Desa Sanggalangit.
Acara peluncuran dan bedah dua buku yang dipandu Wayan ‘Jun’ Juniarta semalam dihadiri Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta, Wakil Ketua DPRD Bali Nyoman Sugawa Korry (Fraksi Golkar), Wakil Ketua DPRD Bali I Gusti Bagus Alit Putra (Fraksi Demokrat), sejumlah anggota DPRD Bali, para pejabat Pemprov Bali, pimpinan media, dan para pemangku kepentingan lainnya.
Dalam bedahnya, Ida Pandita Mpu Jaya Premananda, sulinggih yang mantan wartawan Tempo dengan nama walaka I Putu Setia, memuji buku ‘Jejak Derita Jenderal Bintang Tiga’ sebagai sebuah buku yang ditulis dengan pendekatan jurnalistik. "Biasanya, buku biografi kebanyakan isinya sanjungan, merupakan pesanan tokoh dan dibayar mahal hanya untuk diletakkan di lemari. Tapi, ini saya lihat ditulis apa adanya, mengalir begitu saja dan bagus untuk dibaca," ujar sulinggih dari Desa Pujungan, Kecamatan Penebel, Tabanan ini.
Menurut Mpu Jaya Premananda, buku autobiografi harus ditulis sejujurnya dan sejelek-jeleknya, mengungkap perjuangan dan kehidupan seorang tokoh. "Buku ‘Jejak Derita Jenderal Bintang Tiga’ ini bercerita, kita baru tahu bagaimana menderitanya Mangku Pastika. Termasuk Mangku Pastika yang sebelumnya punya nama kecil, lalu karena sakit-sakitan, namanya diganti," ujarnya.
Mpu Jaya Premananda berharap, tahun depan Gubernur Pastika bisa hadir kembali dalam Utlah ke-67 Jaya Sabha dengan buku yang disempurnakan. Artinya, jika sekarang meluncurkan buku soal derita, tahun depan diluncurkan buku soal sukses dan kehebatan seorang Mangku Pastika. “Pilgub digelar Juli 2018, berarti 22 Juni 2018 mendatang Mangku Pastika masih Gubernur Bali dan hadir di Jaya Sabha," tandas Mpu Jaya Premananda.
Sementara itu, Gubernur Pastika dalam sambutan singkatnya mengatakan, selain buku yang merangkum cerita perjalanannya, juga ada buku yang merupakan goresan tentang kesehariannya, yakni ‘Percikan Perenungan dari Jaya Sabha 2’. Buku yang sama sudah pernah terbit tahun 2015.
Dalam buku ‘Percikan Perenungan dari Jaya Sabha 2’ ini, mencatatkan fenomena sosial sampai fenomena politik yang terjadi di Bali. Termasuk di dalamnya ada mengupas ‘kalah’ dalam politik. "The Truth Belong to The Winner. Kalau sudah kalah, jangan bicara kebenaran. Kebenaran itu milik yang menang. Kebenaran adalah milikku, bukan milikmu. Itu kalau yang menang," ujar mantan Kapolda Bali dan Kalakhar BNN berpangkat Komisaris Jenderal Polisi (Purn) yang pernah mendapat predikat ‘The Asian Star’ dari majalah Time ini.
Bukan sekali ini Gubernur Pastika merayakan Ultah dengan peluncuran buku. Saat perayaan Ultah ke-64 di Jaya Sabha, 22 Juni 2015 lalu, Pastika juga meluncurkan tiga buku sekaligus. Pertama, buku berjudul ‘Menjawab Hak Jawab’ yang ditulis Prof Dr H Samsul Wahidin SH MH, dengan editor I Ketut Ngastawa. Buku tersebut merangkum rentetan peristiwa sengketa tentang Pers antara Gubernur Pastika dengan Harian Bali Post. Prof Samsul Wahidin, penulis yang Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang, juga membedah sekilas buku tersebut.
Kedua, buku berjudul ‘Percikan Perenungan dari Jaya Sabha’. Buku ini berisi buah pikiran Pastika yang dituangkan ke dalam catatan harian. Buku ini juga dibedah akademisi, kalangan media, dan tokoh spiritual (sulinggih). Sedangkan yang ketiga, buku berjudul ‘Apa Kata Mereka’, yang isinya pendapat orang tentang Made Mangku Pastika. 7 nat
Komentar