Tarif Penyeberangan akan Naik, Pengusaha Handicraft Teriak
DENPASAR, NusaBali - Asosiasi Eksortir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) Bali meminta rencana pemberlakuan tarif baru lintasan penyeberangan oleh PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan) ditunda.
Alasannya, kenaikan tarif baru lintasan penyeberangan tersebut dinilai memberatkan eksportir handicraft. Padahal ekonomi Bali baru saja mulai membaik dan bisnis handicraft, khususnya ekspor masih sulit.
Kenaikan tarif penyeberangan tersebut dipastikan akan berdampak pada biaya produksi, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi daya beli buyer dari luar negeri. “Daya saing produk kerajinan Bali jelas akan menurun,” ujar Ketua DPD ASEPHI Bali, I Ketut Darma Siadja, Senin (24/7). Karena itulah, sebagai Ketua ASEPHI Bali, Darma Siadja meminta penerapann tarif baru lintas penyeberangan oleh ASDP ditunda. Diminta penundaannya selama setahun. Harapannya dalam rentang waktu 1 tahun itu kondisi ekonomi pasar utama handicraft Bali di luar negeri membaik.
Pasar utama handicraft Bali adalah Amerika Serikat dan Eropa. “Ada ketidakpastian, karena pengaruh ekonomi global, ekor dari pandemi Covid-19 maupun krisis susulan lainnya seperti dampak perang Rusia-Ukraina,” ujar pengusaha handicraft asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar ini sembari menggambarkan suasana pasar handicraft di Amerika Serikat dan Eropa saat ini.
Kata dia, terjadi pelemahan permintaan produk handicraft Bali dari Amerika dan Eropa. “Ekspor memang masih tetap ada, namun sedikit. Tidak seramai sebelum pandemi Covid-19,” ungkapnya. Menurut Darma Siadja, produk kerajinan yang mengambil ruang besar, karena masa dan volumenya besar yang akan paling terpengaruh akibat kenaikan tarif ASDP. Produk kerajinan tersebut di antaranya gerabah, kayu, khususnya funiture, juga kerajinan barang kayu lainnya dengan dimensi yang besar. “Saya rasa produk-produk itu yang akan paling terdampak,” ujarnya menekankan.
Dikatakan Darma Siadja, banyak produk ekspor Bali, termasuk kerajinan diekspor melalui Pelabuhan di Pulau Jawa, seperti Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. “Dari Bali biasanya kita kirim ke Jawa, menyeberang dari Gilimanuk menuju Banyuwangi,” terangnya. Karena tarif penyeberangan akan dinaikkan, ongkos lain diperkirakan juga akan terimbas, sehingga tentu menyulitkan pelaku ekspor handicraft, karena mau tidak mau harus menyesuaikan harga. ”Karena itu kami berharap tundalah dulu kenaikan tarif itu,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan PT Persero ASDP Indonesia Ferry menyosialisasikan tarif baru pada 29 lintasan penyeberangan di seluruh Indonesia yang mulai berlaku pada 3 Agustus 2023. Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry, Shelvy Arifin dalam keterangannya di Serang, Banten, Minggu (23/7) mengatakan penyesuaian tarif ini sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 61 Tahun 2023 tentang Tarif Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan Kelas Ekonomi Lintas Antarprovinsi dan Lintas Antarnegara. Adapun besaran penyesuaian tarif angkutan secara nasional hingga sebesar 5 persen. 7 k17
Kenaikan tarif penyeberangan tersebut dipastikan akan berdampak pada biaya produksi, sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi daya beli buyer dari luar negeri. “Daya saing produk kerajinan Bali jelas akan menurun,” ujar Ketua DPD ASEPHI Bali, I Ketut Darma Siadja, Senin (24/7). Karena itulah, sebagai Ketua ASEPHI Bali, Darma Siadja meminta penerapann tarif baru lintas penyeberangan oleh ASDP ditunda. Diminta penundaannya selama setahun. Harapannya dalam rentang waktu 1 tahun itu kondisi ekonomi pasar utama handicraft Bali di luar negeri membaik.
Pasar utama handicraft Bali adalah Amerika Serikat dan Eropa. “Ada ketidakpastian, karena pengaruh ekonomi global, ekor dari pandemi Covid-19 maupun krisis susulan lainnya seperti dampak perang Rusia-Ukraina,” ujar pengusaha handicraft asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar ini sembari menggambarkan suasana pasar handicraft di Amerika Serikat dan Eropa saat ini.
Kata dia, terjadi pelemahan permintaan produk handicraft Bali dari Amerika dan Eropa. “Ekspor memang masih tetap ada, namun sedikit. Tidak seramai sebelum pandemi Covid-19,” ungkapnya. Menurut Darma Siadja, produk kerajinan yang mengambil ruang besar, karena masa dan volumenya besar yang akan paling terpengaruh akibat kenaikan tarif ASDP. Produk kerajinan tersebut di antaranya gerabah, kayu, khususnya funiture, juga kerajinan barang kayu lainnya dengan dimensi yang besar. “Saya rasa produk-produk itu yang akan paling terdampak,” ujarnya menekankan.
Dikatakan Darma Siadja, banyak produk ekspor Bali, termasuk kerajinan diekspor melalui Pelabuhan di Pulau Jawa, seperti Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. “Dari Bali biasanya kita kirim ke Jawa, menyeberang dari Gilimanuk menuju Banyuwangi,” terangnya. Karena tarif penyeberangan akan dinaikkan, ongkos lain diperkirakan juga akan terimbas, sehingga tentu menyulitkan pelaku ekspor handicraft, karena mau tidak mau harus menyesuaikan harga. ”Karena itu kami berharap tundalah dulu kenaikan tarif itu,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan PT Persero ASDP Indonesia Ferry menyosialisasikan tarif baru pada 29 lintasan penyeberangan di seluruh Indonesia yang mulai berlaku pada 3 Agustus 2023. Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry, Shelvy Arifin dalam keterangannya di Serang, Banten, Minggu (23/7) mengatakan penyesuaian tarif ini sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 61 Tahun 2023 tentang Tarif Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan Kelas Ekonomi Lintas Antarprovinsi dan Lintas Antarnegara. Adapun besaran penyesuaian tarif angkutan secara nasional hingga sebesar 5 persen. 7 k17
Komentar