Rayakan 11 Tahun, PlastikDetox Bahas Upaya Pelaku Usaha untuk Cegah Plastik Sekali Pakai
Gelar Seminar Pemulihan Bumi dan Ekonomi
DENPASAR, NusaBali.com – Menyambut HUT ke-11, PlastikDetox menyelenggarakan ‘Seminar Pemulihan Bumi: Upaya Pelaku Usaha dalam Mencegah Sampah Plastik Sekali Pakai Pada Era Economic Recoveries’ yang dilangsungkan pada Selasa (25/7/2023).
Seminar Pemulihan Bumi dan Ekonomi digelar secara hybrid di Dharma Negara Alaya, Jalan Mulawarman Denpasar dan secara online melalui zoom meeting mulai pukul 08.00 - 11.30 WITA.
Acara dihadiri oleh pelaku usaha (praktisi), akademisi, dan juga pemerintah sebagai peserta seminar serta pembicara yang mampu membantu mencapai tujuan dari seminar ini.
“Tujuan seminar ini adalah berbagi best practice pengurangan plastik sekali pakai, dan menginspirasi pelaku usaha lain untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,” kata Anna Sutanto selaku Co-Founder PlastikDetox.
Selama sebelas tahun bersama PlastikDetox, ia mengaku takjub saat menyaksikan bagaimana pelaku usaha kecil turut menjaga keselarasan bisnis dan lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Aksi ini dilakukan bahkan sebelum ada kewajiban dari pemerintah.
“Munculnya Pergub Bali Nomor 97 Tahun 2018 yang memberlakukan pelarangan sempat meningkatkan aksi pengurangan plastik sekali pakai, yang kembali porak poranda selama pandemi 2020-2022 di mana plastik sekali pakai untuk hal dan situasi tertentu dibutuhkan sebagai tambahan keamanan,” ujar Anna Sutanto yang juga keynote speaker dalam acara ini.
Namun Anna Sutanto juga menyayangkan keberlanjutan penggunaan plastik pada level yang berlebihan.
“Sayangnya, penggunaan plastik demi keamanan kemudian berlanjut hingga level berlebihan. Padahal untuk kesehatan lingkungan yang berujung pada kesehatan kita juga, kita harus bisa membedakan kapan kemasan itu diperlukan, kapan bisa dikurangi,” tambahnya.
Pembahasan seminar pun dimulai dari owner Isi Ulang Bali dan The Lauk Pauk, I Gusti Ayu Dian Asri Utami yang menceritakan kisah kedua usaha yang dimilikinya dalam mencegah plastik sekali pakai di rumah dan tempat usaha.
“Isi Ulang Bali lahir dari kekhawatiran akan banyaknya sampah, terutama plastik sekali pakai di rumah tinggal dan tempat usaha,” tutur I Gusti Ayu Dian Asri Utami.
Sementara itu, The Lauk Pauk lahir dari kebutuhan akan makanan sehat tanpa MSG dengan harga terjangkau dan keinginan untuk memulai usaha makanan minim sampah sekali pakai
Selain itu, ada pembahasan materi dari Inkubator Usaha Lestari (INKURI) yang disampaikan oleh Chairperson Pratisara Bumi Foundation, Saniy Amalia Priscila mengenai cara untuk menjadi
pengusaha lestari dan pemahaman mengenai model bisnis usaha lestari serta kaitannya dengan usaha berkelanjutan.
“Gimana Indonesia mau ‘sustainable’ kalau masyarakatnya tidak terhubung dengan esensi dari ‘sustainability’ itu sendiri?” kata Saniy Amalia mempertanyakan.
Dalam presentasinya, Saniy Amalia menyebutkan bahwa terdapat dua hal yang perlu diperhatikan pemilik usaha ketika menjadi pemilik bisnis usaha lestari.
Pertama, menghitung dampak lingkungan dan sosial, dan kedua adalah melakukan kegiatan untuk mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif.
Sementara itu Ni Putu Yayuk Puspita Yanti sebagai pengelola Inkubator Bisnis LPPM Universitas Udayana menyampaikan perspektif dari akademisi. Ia menyampaikan materi mengenai upaya untuk bisa meminimalisir sampah plastik, potensi usaha minim sampah plastik di masa depan, dan peran serta Inkubator Bisnis LPPM Universitas Udayana untuk mendukung usaha minim plastik berkelanjutan.
Yayuk Puspita mengungkapkan keyakinannya bahwa sinergi pentahelix adalah pendekatan yang sangat relevan dan diperlukan dalam mengatasi permasalahan sampah secara efektif. Melalui kolaborasi antara pemerintah, akademisi, industri, media, dan komunitas dapat menciptakan ekosistem yang berdaya guna dalam menghadapi tantangan sampah, serta merancang strategi yang holistik dan berkelanjutan.
“Dalam permasalahan sampah ini juga sebetulnya ada potensi usaha baru yang bisa dikembangkan yaitu terkait dengan waste management,” kata Yayuk.
Yayuk menyebut kerja sama antara produsen dan konsumen dalam hal pengelolaan limbah juga merupakan hal yang sangat penting yang tentunya juga sejalan dengan Sustainable Development Goal (SDG) Nomor 12 yang berfokus pada ‘Ensure sustainable consumption and production patterns’ dengan tujuan meminimalkan pembuangan limbah, dan menerapkan praktik ramah lingkungan di seluruh sektor masyarakat.”
Para panelis yang menghadiri seminar ini adalah kawan baik PlastikDetox yang saling membantu dalam aksi mencegah plastik sekali pakai di era pemulihan ekonomi. Seminar ini diharapkan dapat menginspirasi undangan dan peserta yang hadir untuk memulihkan bumi, rumah kita bersama.
PlastikDetox sendiri sejak 2012 telah dipercaya usaha kecil sebagai teman seperjalanan aktivitas usaha yang minim plastik. Dalam pergerakannya, PlastikDetox menyediakan pelatihan, mengajak dan menginspirasi usaha untuk memilih dan menerapkan strategi yang aplikatif sesuai kondisi dan kemampuan masing-masing usaha.
Komentar