Puluhan Anak Diajari Cara Ecoprint Menggunakan Pewarna Alami
DENPASAR, NusaBali.com - Menyambut Hari Mangrove Sedunia, Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI melalui Balai Pengelolaan dan Perairan Sungai (BPDAS) Unda Anyar berbagi ilmu soal pembuatan ecoprint di Mangrove Information Center, Denpasar Selatan, Sabtu (29/7/2023) siang.
Ketua Panitia Mangrove Festival 2023 BPDAS Unda Anyar, Emmy Gratiana menerangkan setidaknya ada 85 peserta dari 22 TK dan SD se-Kota Denpasar yang tertarik untuk mengetahui cara pembuatan ecoprint atau teknik mencetak pada kain dengan menggunakan pewarna alami.
Ecoprint sendiri, menurutnya merupakan satu di antara teknik alternatif yang menggunakan bahan alami, seperti dedaunan maupun bunga yang dicetak pada media kain.
Ecoprint sendiri, menurutnya merupakan satu di antara teknik alternatif yang menggunakan bahan alami, seperti dedaunan maupun bunga yang dicetak pada media kain.
Lebih lanjut ia jelaskan, tujuan dari pelatihan pembuatan ecoprint ini adalah untuk memberikan edukasi kepada anak-anak sekolah dari TK dan SD.
“Kami ingin memberi tahu memanfaatkan yang ada di sekitar mereka bisa menghasilkan suatu hal. Jadi mereka tahu ini salah satu cara untuk menyelamatkan lingkungan,” terang Emmy ditemui di lokasi acara, Jalan Bypass Ngurah Rai, Suwung Kauh Nomor 21 Pemogan.
“Kami ingin memberi tahu memanfaatkan yang ada di sekitar mereka bisa menghasilkan suatu hal. Jadi mereka tahu ini salah satu cara untuk menyelamatkan lingkungan,” terang Emmy ditemui di lokasi acara, Jalan Bypass Ngurah Rai, Suwung Kauh Nomor 21 Pemogan.
Emmy menjelaskan, meski peserta yang disasar adalah anak-anak TK dan SD, namun antusias dan partisipasi mereka sangat lah baik. Terbukti peserta dapat mengikuti instruksi yang diberikan oleh panitia dan menyelesaikan ecoprint yang telah mereka buat. Mereka pun tak segan memamerkan karyanya kepada peserta lainnya.
“Mereka sangat antusias, mereka senang sekali. Karena mungkin ini kesempatan pertama kali yang mereka ikut. Beberapa orangtua serta guru juga mengharapkan kalau ada kegiatan serupa bisa dilibatkan kembali. Mungkin untuk memberikan kesempatan bagi murid-murid yang belum ikut pada hari ini,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, narasumber Ecoprint, Isyarotul Khasanah menjelaskan pada pelatihan tersebut, produk pewarnaan yang dihasilkan yaitu kain dan juga tote bag. Ia menjelaskan kali ini pihaknya menggunakan daun dan bunga yang gampang ditemukan seperti daun singkong, daun pepaya, bunga gemitir, dan lainnya. Ia juga menjelaskan teknik yang digunakan adalah teknik pounding.
“Jadi tadi kami menggunakan teknik pounding dengan meletakkan beberapa bunga atau daun di atas kain, kemudian memukulnya menggunakan palu kayu,” terang Ana.
“Mereka sangat antusias, mereka senang sekali. Karena mungkin ini kesempatan pertama kali yang mereka ikut. Beberapa orangtua serta guru juga mengharapkan kalau ada kegiatan serupa bisa dilibatkan kembali. Mungkin untuk memberikan kesempatan bagi murid-murid yang belum ikut pada hari ini,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, narasumber Ecoprint, Isyarotul Khasanah menjelaskan pada pelatihan tersebut, produk pewarnaan yang dihasilkan yaitu kain dan juga tote bag. Ia menjelaskan kali ini pihaknya menggunakan daun dan bunga yang gampang ditemukan seperti daun singkong, daun pepaya, bunga gemitir, dan lainnya. Ia juga menjelaskan teknik yang digunakan adalah teknik pounding.
“Jadi tadi kami menggunakan teknik pounding dengan meletakkan beberapa bunga atau daun di atas kain, kemudian memukulnya menggunakan palu kayu,” terang Ana.
Karena waktu yang terbatas, Ana menerangkan jika para peserta hanya melakukan teknik pounding saja di lokasi. Namun, ia juga membekali mereka satu sendok tawas yang nantinya digunakan untuk merendam kain ecoprint yang telah dipounding.
Ia menjelaskan, untuk merendam kain, peserta harus menuangkan satu sendok serbuk tawas ke dalam 30 mililiter air. Lalu kemudian direndam selama 10 menit agar warna melekat sempurna ke kain. Kemudian, kain dikeringkan di bawah sinar matahari.
“Karena waktunya sedikit, jadi saya bekali mereka peralatan lainnya seperti palu kayu, kain, plastik, dan tote bag untuk mencoba kembali membuat ecoprint di rumah masing-masing. Semoga ke depan ecoprint tidak hanya sekadar suatu kegiatan, tetapi bisa diterapkan di rumah atau mereka bisa menularkan ilmu ini ke teman-teman yang lain,” tutupnya. *ris
Ia menjelaskan, untuk merendam kain, peserta harus menuangkan satu sendok serbuk tawas ke dalam 30 mililiter air. Lalu kemudian direndam selama 10 menit agar warna melekat sempurna ke kain. Kemudian, kain dikeringkan di bawah sinar matahari.
“Karena waktunya sedikit, jadi saya bekali mereka peralatan lainnya seperti palu kayu, kain, plastik, dan tote bag untuk mencoba kembali membuat ecoprint di rumah masing-masing. Semoga ke depan ecoprint tidak hanya sekadar suatu kegiatan, tetapi bisa diterapkan di rumah atau mereka bisa menularkan ilmu ini ke teman-teman yang lain,” tutupnya. *ris
Komentar