Stok Babi Melimpah, Kebutuhan Galungan Terpenuhi
GUPBI Bali menyebut jumlah babi masih belum normal, seperti sebelum merebaknya virus ASF. Sebelum virus muncul populasi babi bisa 1 juta ekor.
MANGUPURA, NusaBali
Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali memastikan kebutuhan daging babi jelang Hari Raya Galungan dan Kuningan terpenuhi. Sebab stok babi di Bali sangat aman saat ini.
“Jumlah babi yang sudah siap potong sangat banyak. Jadi kebutuhan daging babi untuk Hari Raya Galungan kali ini dipastikan terpenuhi,” ujar Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa, Senin (31/7).
Meski demikian, Hary Suyasa mengakui jika jumlah babi masih belum seperti situasi normal, dalam arti sebelum merebaknya virus African Swine Fever (ASF). Sebelum virus tersebut muncul, lanjutnya, populasi babi di Bali bisa mencapai 1 juta ekor.
“Kalau dibandingkan sebelum ada virus ASF, ini masih jauh jumlahnya. Tapi walaupun begitu dipastikan mencukupi,” sebut pria asal Abiansemal ini.
Di sisi lain, Hary Suyasa menyayangkan jika harga babi kini masih tergolong merosot yakni Rp 33 ribu sampai 37 ribu per kilogram. Kata dia, dengan range harga tersebut peternak belum mendapatkan keuntungan lebih. Sebab saat ini biaya pakan ternak juga naik. Belum lagi peternak masih terus dihantui dengan adanya virus-virus yang bisa menyerang babi. “Minimal babi dijual dengan harga Rp 40 ribu per kilogram, baru kembali modal. Apalagi saat ini harga pakan terus mengalami peningkatan,” kata dia.
Kendati demikian, GUPBI Bali berusaha untuk menjaga stabilitas harga. Dengan demikian, masyarakat bisa menikmati daging babi saat hari raya.
Tak lupa Hary Suyasa juga meminta agar masyarakat melihat kondisi babi yang dipotong untuk mengantisipasi penyakit menginitis yang diduga karena olahan babi. “Kami mengimbau agar masyarakat melakukan pemeriksaan terhadap babi yang dipotong, sehingga bukan babi yang menjadi sasaran saat ada kasus meningitis,” imbaunya.
Sementara, harga daging babi jelang Hari Raya Galungan di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Badung merangkak naik. Pantauan dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Badung dalam beberapa hari terakhir, harga daging babi dari rata-rata Rp 76.700 per kilogram, kini naik menjadi Rp 77.500 per kilogram.
“Iya, kebutuhan hari raya memang mengalami peningkatan harga. Kenaikan harganya bervariasi untuk masing-masing komoditas,” ujar Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kabupaten Badung I Made Widiana, Minggu (30/7).
Selain daging babi, harga telor ayam maupun daging ayam jelang Galungan juga mengalami kenaikan. “Harga daging ayam ras dari enam pasar di enam kecamatan rata-rata Rp 42.900 per kilogram pada Jumat (28/7). Padahal seminggu sebelumnya harga daging ayam rata-rata Rp 42.950 per kilogram. Sedangkan harga telur ayam ras dari rata-rata Rp 29.700 menjadi Rp 30.300 per kilogram,” jelas Widiana.
Selain itu, lanjut mantan Camat Kuta Selatan ini, harga jeruk lokal juga mengalami kenaikan jelang Galungan, dari harga Rp 15.300 menjadi Rp 15.600 per kilogram, bawang merah dari harga Rp 27.500 menjadi Rp 29.200 per kilogram, bawang putih dari harga Rp 40 ribu meningkat menjadi Rp 42.800 per kilogram. Kemudian harga cabai rawit merah dari rata-rata Rp 28.900 per kilogram meningkat menjadi Rp 39.800. 7 ind
Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali memastikan kebutuhan daging babi jelang Hari Raya Galungan dan Kuningan terpenuhi. Sebab stok babi di Bali sangat aman saat ini.
“Jumlah babi yang sudah siap potong sangat banyak. Jadi kebutuhan daging babi untuk Hari Raya Galungan kali ini dipastikan terpenuhi,” ujar Ketua GUPBI Bali Ketut Hary Suyasa, Senin (31/7).
Meski demikian, Hary Suyasa mengakui jika jumlah babi masih belum seperti situasi normal, dalam arti sebelum merebaknya virus African Swine Fever (ASF). Sebelum virus tersebut muncul, lanjutnya, populasi babi di Bali bisa mencapai 1 juta ekor.
“Kalau dibandingkan sebelum ada virus ASF, ini masih jauh jumlahnya. Tapi walaupun begitu dipastikan mencukupi,” sebut pria asal Abiansemal ini.
Di sisi lain, Hary Suyasa menyayangkan jika harga babi kini masih tergolong merosot yakni Rp 33 ribu sampai 37 ribu per kilogram. Kata dia, dengan range harga tersebut peternak belum mendapatkan keuntungan lebih. Sebab saat ini biaya pakan ternak juga naik. Belum lagi peternak masih terus dihantui dengan adanya virus-virus yang bisa menyerang babi. “Minimal babi dijual dengan harga Rp 40 ribu per kilogram, baru kembali modal. Apalagi saat ini harga pakan terus mengalami peningkatan,” kata dia.
Kendati demikian, GUPBI Bali berusaha untuk menjaga stabilitas harga. Dengan demikian, masyarakat bisa menikmati daging babi saat hari raya.
Tak lupa Hary Suyasa juga meminta agar masyarakat melihat kondisi babi yang dipotong untuk mengantisipasi penyakit menginitis yang diduga karena olahan babi. “Kami mengimbau agar masyarakat melakukan pemeriksaan terhadap babi yang dipotong, sehingga bukan babi yang menjadi sasaran saat ada kasus meningitis,” imbaunya.
Sementara, harga daging babi jelang Hari Raya Galungan di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Badung merangkak naik. Pantauan dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Badung dalam beberapa hari terakhir, harga daging babi dari rata-rata Rp 76.700 per kilogram, kini naik menjadi Rp 77.500 per kilogram.
“Iya, kebutuhan hari raya memang mengalami peningkatan harga. Kenaikan harganya bervariasi untuk masing-masing komoditas,” ujar Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kabupaten Badung I Made Widiana, Minggu (30/7).
Selain daging babi, harga telor ayam maupun daging ayam jelang Galungan juga mengalami kenaikan. “Harga daging ayam ras dari enam pasar di enam kecamatan rata-rata Rp 42.900 per kilogram pada Jumat (28/7). Padahal seminggu sebelumnya harga daging ayam rata-rata Rp 42.950 per kilogram. Sedangkan harga telur ayam ras dari rata-rata Rp 29.700 menjadi Rp 30.300 per kilogram,” jelas Widiana.
Selain itu, lanjut mantan Camat Kuta Selatan ini, harga jeruk lokal juga mengalami kenaikan jelang Galungan, dari harga Rp 15.300 menjadi Rp 15.600 per kilogram, bawang merah dari harga Rp 27.500 menjadi Rp 29.200 per kilogram, bawang putih dari harga Rp 40 ribu meningkat menjadi Rp 42.800 per kilogram. Kemudian harga cabai rawit merah dari rata-rata Rp 28.900 per kilogram meningkat menjadi Rp 39.800. 7 ind
Komentar