Pendangkalan Dermaga LCM Jadi Sorotan
Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Berlakukan Tarif Baru
NEGARA, NusaBali - Kenaikan tarif penyeberangan lintas Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk di Selat Bali, resmi diberlakukan Kamis (3/8) kemarin.
Para sopir logistik berharap kenaikan tarif juga diikuti peningkatkan layanan penyeberangan. Terutama meminta agar ASDP dapat mengatasi soal pendangkalan perairan di Dermaga LCM yang kerap menghambat kelancaran angkutan logistik.
Ketua Umum Sopir Logistik Bali I Putu Oka Marjana, Kamis kemarin, mengatakan sebenarnya kenaikan tarif penyeberangan sekitar 5,93 persen di lintas Selat Bali, cukup memberatkan sopir truk lintas Jawa-Bali. Menurutnya, kenaikan tarif itu terlalu tanggung sehingga tidak memungkinkan dibarengi kenaikan ongkos angkut dan akhirnya berimbas pada uang sangu sopir truk.
"Dari bos (pengirim barang) juga jelas tidak mau naikkan ongkos karena naiknya terlalu nanggung. Beda kalau naiknya sampai di atas 10 persen, mungkin bisa ada tambahan. Sebenarnya kenaikan itu cukup memberatkan kami sehingga harus potong uang sangu," ucap Marjana yang kerap disapa Phelow ini.
Namun secara prinsip, Phelow mengaku, tetap berusaha menerima kenaikan tarif penyeberangan itu. Hanya saja, pihaknya bersama para sopir truk berharap kenaikan tarif itu benar-benar berimbas terhadap pelayanan penyeberangan. Tidak hanya soal keselamatan. Namun diharapkan juga ada peningkatan layanan pendukung kelancaran penyeberangan.
"Setelah kenaikan tarif yang sudah harus berlaku ini, kami harap penyeberangan bisa lebih lancar. Paling tidak dengan kelancaran penyebrangan, uang sangu kami yang harus terpotong karena kenaikan tiket bisa diminimalisir," ujar pria asal Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Jembrana, Jembrana ini.
Phelow mengatakan, salah satu masalah yang masih menjadi catatan para sopir truk di lintas Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk, adalah masalah pendangkalan perairan di Dermaga LCM. Menurutnya, ketika kondisi air surut, Dermaga LCM atau Dermaga Pelengsengan yang menjadi andalan tempat bongkar-muat truk, kerap terhambat karena adanya pendangkalan di perairan setempat.
"Sudah sering kejadian. Apalagi musim air pasang surut seperti pas Purnama, sering kami dengar kapal tidak bisa nyandar di LCM. Dampaknya kita sopir-sopir truk harus antre lebih lama karena harus nunggu air pasang. Kami harap itu bisa dicarikan solusi," ucap Phelow.
Sementara Manager Usaha ASDP Pelabuhan Gilimanuk Djumadi mengatakan, terkait pemberlakuan penyesuaian tarif lintas Ketapang-Gilimanuk sudah berjalan lancar. Pihaknya mengaku tidak ada gejolak ataupun semacam protes dari pengguna jasa. "Sudah diberlakukan per pukul 00.01 hari ini. Semua lancar. Pengguna jasa juga sudah pada tahu karena sudah disosialisasikan," ujarnya.
Disinggung mengenai adanya harapan agar penyeberangan bisa lebih lancar dalam kenaikan tarif saat ini, Djumadi mengaku, itu pun menjadi salah satu pertimbangan sehingga diberlakukan penyesuaian tarif. Dirinya mengaku, saat ini masih dilakukan renovasi penaikan status kapasitas Dermaga Ponton Gilimanuk untuk dijadikan Dermaga MB. "Dengan peningkatan kapasitas dermaga, jelas akan mendukung kelancaran. Itu ditargetkan selesai tanggal 31 November nanti," ujarnya.
Sementara mengenai soal pendangkalan di perairan Dermaga LCM, Djumadi mengaku, sebenarnya sudah rutin dilakukan upaya pengerukan. Termasuk sebelum masa Angkutan Lebaran beberapa waktu lalu, juga sudah dilakukan pengerukan. Namun hasilnya belum terlalu maksimal dan diperkirakan perlu penanganan lebih maksimal karena diduga adanya perubahan kondisi alam.
"Masalah di LCM itu juga menjadi perhatian. Sekarang masih dalam proses survei di lapangan untuk diperbaiki. Dicarikan solusi biar nanti di LCM bisa tetap lancar. Rencanya di pelengsengan (LCM) juga akan dicor lagi," ucap Djumadi. 7ode
Komentar