Foto Bermodel Bayi Baru Lahir Jadi Tren
Tetaplah Jaga Kenyamanan dan Privasi Bayi!
Sangat penting bagi orangtua untuk tetap bijaksana dalam berbagi dan menggunakan foto bayi. Dengan demikian, dampak kejiwaan akibat foto itu tetap positif dan seimbang
DENPASAR, NusaBali
Fotografi jadi bidang yang terus berkembang seiring waktu. Akses terhadap teknologi fotografi dan meningkatnya kemampuan ekonomi juga mengakibatkan fotografi semakin 'personal'.
Sejak 2005 mulai banyak pasangan calon pengantin mengabadikan momen berharga ke dalam bentuk foto prewedding. Dalam perjalanannya bukan hanya momen pernikahan yang diabadikan, lebih lanjut momen mengandung buah hati hingga masa-masa awal kelahirannya juga tidak ingin lewat mendapat bidikan kamera.
Pia Siagian salah satu pengelola jasa fotografi khusus bayi di Kota Denpasar mulai berkecimpung dalam fotografi bayi sejak tahun 2014 hingga kini. Menurutnya warga Kota Denpasar dan sekitarnya mulai aware dengan fotografi anak. Dalam sebulan rata-rata 20an customer memakai jasanya. Fotografi yang ditawarkan juga memiliki tema sendiri termasuk bertemakan adat Bali. Dengan tarif mulai Rp 1-5 juta per paket foto, merupakan bisnis yang menjanjikan.
"Awalnya kami melakukan fotografi fashion, tapi sejak 2014 mulai fokus di fotografi anak. Customer selain dari Kota Denpasar dan Badung juga sampai Tabanan dan Gianyar," ujar Tia kepada NusaBali, Sabtu (5/8).
Akademisi fotografi ISI (Institut Seni Indonesia) Denpasar Dr I Made Bayu Pramana SSn MSn, menjelaskan fotografi bayi merupakan peluang bisnis baru yang merupakan kelanjutan dari fotografi pernikahan atau prewedding.
Fotografer yang sebelumnya mengerjakan foto prewedding masih berhubungan baik dengan kliennya. Klien juga biasanya mencari fotografer yang sudah telanjur nyaman dan puas dengan hasil jepretannya. Sehingga setelah menikah, pasangan pengantin pada umumnya berlanjut membuat foto maternity (mengandung buah hati) hingga foto saat newborn (bayi baru lahir).
Fotografi jadi bidang yang terus berkembang seiring waktu. Akses terhadap teknologi fotografi dan meningkatnya kemampuan ekonomi juga mengakibatkan fotografi semakin 'personal'.
Sejak 2005 mulai banyak pasangan calon pengantin mengabadikan momen berharga ke dalam bentuk foto prewedding. Dalam perjalanannya bukan hanya momen pernikahan yang diabadikan, lebih lanjut momen mengandung buah hati hingga masa-masa awal kelahirannya juga tidak ingin lewat mendapat bidikan kamera.
Pia Siagian salah satu pengelola jasa fotografi khusus bayi di Kota Denpasar mulai berkecimpung dalam fotografi bayi sejak tahun 2014 hingga kini. Menurutnya warga Kota Denpasar dan sekitarnya mulai aware dengan fotografi anak. Dalam sebulan rata-rata 20an customer memakai jasanya. Fotografi yang ditawarkan juga memiliki tema sendiri termasuk bertemakan adat Bali. Dengan tarif mulai Rp 1-5 juta per paket foto, merupakan bisnis yang menjanjikan.
"Awalnya kami melakukan fotografi fashion, tapi sejak 2014 mulai fokus di fotografi anak. Customer selain dari Kota Denpasar dan Badung juga sampai Tabanan dan Gianyar," ujar Tia kepada NusaBali, Sabtu (5/8).
Akademisi fotografi ISI (Institut Seni Indonesia) Denpasar Dr I Made Bayu Pramana SSn MSn, menjelaskan fotografi bayi merupakan peluang bisnis baru yang merupakan kelanjutan dari fotografi pernikahan atau prewedding.
Fotografer yang sebelumnya mengerjakan foto prewedding masih berhubungan baik dengan kliennya. Klien juga biasanya mencari fotografer yang sudah telanjur nyaman dan puas dengan hasil jepretannya. Sehingga setelah menikah, pasangan pengantin pada umumnya berlanjut membuat foto maternity (mengandung buah hati) hingga foto saat newborn (bayi baru lahir).
Di sisi lain, Bayu juga melihat adanya pengaruh peningkatan ekonomi masyarakat, sehingga berminat untuk membuat fotografi tahap-tahapan kehidupan yang bermakna.
Selain itu, kata Bayu, foto prewedding, maternity, dan newborn, juga menjadi bukti kreativitas para fotografer memanfaatkan peluang.
Kreativitas, sebut Bayu, terlihat dari konsep-konsep yang melatar belakangi foto bayi. Beragam konsep mulai dari modern, adat Nusantara termasuk adat Bali biasa digunakan sebagai properti foto bayi. Penggunaan atribut budaya Bali, seperti pakaian adat Bali, alat musik Bali, ataupun topeng-topeng Bali menurut Bayu juga sah-sah saja dalam fotografi bayi ini.
"Kalau orang tuanya punya konsep ingin sesuatu yang beda biasanya request. Biasanya disiapkan dengan biaya tambahan atau mungkin orang tuanya sendiri yang membuatkan propertinya," ungkap Bayu.
Dia mengungkapkan, para fotografer biasanya bekerja sama dengan perawat bayi sebagai pengarah gaya. Perawat tersebut berperan agar bayi tidak rewel, menangis, ataupun posisinya tidak mengganggu kenyamanan dan kesehatan anak seusianya.
"Teknologi cetak juga memungkinkan mencetak satu foto yang besar. Kalau dulu dengan kamera film mahal sekali biayanya," jelas akademisi asal Kesiman, Denpasar ini.
Sementara itu, akademisi bidang Kedokteran Jiwa Universitas Udayana Denpasar, Dr dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana SpKJ menyatakan fotografi bayi dapat memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan bayinya. Selain itu hasil jepretan di masa kecil membantu mengabadikan momen berharga, dan memberikan kenangan yang indah di masa mendatang. Namun, ia mengingatkan, ada potensi dampak negatif yang juga perlu diperhatikan.
Orang tua, misalnya, dapat saja berharap berlebihan untuk mendapatkan hasil gambar yang sempurna hingga mengabaikan kenyaman bayinya sendiri. Setelah besar nanti, privasi bayi juga akan terganggu jika fotonya disebar luaskan tanpa alasan yang kuat dari orang tua bayi. "Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk tetap bijaksana dalam berbagi dan menggunakan foto bayi. Dengan demikian, dampak kejiwaan akibat foto itu tetap positif dan seimbang," tekannya.7cr78
1
Komentar