Sempat Pentas Sebulan Penuh, Meninggal Komplikasi 7 Penyakit
Bintang Drama Gong Ni Putu ‘Liku’ Sulastri Tutup Usia
AMLAPURA, NusaBali - Bintang drama gong Ni Putu ‘Liku’ Sulastri, 64, asal Banjar Kebon Bukit, Desa Bukit, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, tutup usia saat menjalani perawatan di RSUD Sanjiwani, Gianyar, Sabtu (5/8) pukul 04.30 Wita, karena menderita komplikasi 7 penyakit.
Semasa menjalani aktivitas sebagai seniman drama gong, Sulastri yang bergabung di empat sekaa gong, sempat pentas sebulan penuh bahkan sehari pentas dua kali, dengan peran berbeda-beda tergantung cerita. Dia berhenti dari aktivitas manggung sejak jatuh sakit awal 2019.
Suami almarhum, I Wayan Suradnya, 64, saat ditemui di rumah duka, Jalan Ahmad Yani Gang Jempiring, Amlapura, Sabtu (5/8) sore, menuturkan sang istri beraktivitas di drama gong sejak tahun 1976, dan berakhir 2018 sebelum Covid-19.
Suradnya mengaku awalnya sebagai penggemar Ni Putu ‘Liku’ Sulastri, kemudian kenalan saat sedang berhias di belakang panggung sebelum pentas tahun 1982. Sejak itu dirinya terus menonton pentas Ni Putu ‘Liku’ Sulastri, dari desa ke desa.
Sulastri lahir tahun 1959, mulai pentas tahun1976. Setelah terkenal sebagai bintang drama gong, dia menjadi incaran sekaa drama gong yang ada di Bali. Diawali masuk Sekaa Drama Gong Bara Budaya, DKD (Dewan Kesenian Denpasar), Kerti Buana Sari, dan terakhir Sancaya Dwipa.
Suami almarhum, I Wayan Suradnya, 64, saat ditemui di rumah duka, Jalan Ahmad Yani Gang Jempiring, Amlapura, Sabtu (5/8) sore, menuturkan sang istri beraktivitas di drama gong sejak tahun 1976, dan berakhir 2018 sebelum Covid-19.
Suradnya mengaku awalnya sebagai penggemar Ni Putu ‘Liku’ Sulastri, kemudian kenalan saat sedang berhias di belakang panggung sebelum pentas tahun 1982. Sejak itu dirinya terus menonton pentas Ni Putu ‘Liku’ Sulastri, dari desa ke desa.
Sulastri lahir tahun 1959, mulai pentas tahun1976. Setelah terkenal sebagai bintang drama gong, dia menjadi incaran sekaa drama gong yang ada di Bali. Diawali masuk Sekaa Drama Gong Bara Budaya, DKD (Dewan Kesenian Denpasar), Kerti Buana Sari, dan terakhir Sancaya Dwipa.
Foto: Ni Putu ‘Liku’ Sulastri. -IST
Peran yang dibawakan almarhum tergantung alur cerita. Dia bisa berperan sebagai Men Bekung (wanita bersuami namun tidak punya keturunan), Men Dukuh, dan lain-lain.
Mengingat seni drama gong melegenda di masyarakat, almarhum empat pentas satu bulan penuh tidak ada jeda. Bahkan sempat pentas dua kali dalam semalam.
Walau telah menikah tahun 1985, tetap antusias pentas. Usai pentas langsung pulang sehingga tiba di rumah pukul 07.00 Wita, berlanjut mengambil pekerjaan sebagai rumah tangga.
Usai memasak dan menuntaskan urusan rumah tangga, sekitar pukul 14.00 Wita kembali berkemas-kemas untuk berangkat pentas, nyaris tidak ada jam istirahatnya. Sebagai seniman drama karena hobi, dan mendapatkan kepuasan batin, saat mampu membius penonton, dan mampu membuat penonton tertawa.
Suradnya menambahkan, kondisi istrinya mulai kurang sehat sejak awal 2019, selama setahun keluar masuk rumah sakit. Almarhum Sulastri menderita penyakit komplikasi, penurunan fungsi ginjal, paru, jantung, sesak napas, tensi tinggi, maag, dan stroke.
Setelah bolak-balik keluar masuk rumah sakit, hingga dua kali tidak merayakan Galungan, termasuk Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dunggulan, Rabu (2/8).
Selama Juli 2023, tercatat tiga kali masuk rumah sakit, dua kali masuk RS BaliMed Amlapura, selanjutnya dirujuk ke RSUD Sanjiwani Gianyar, Rabu (26/7).
Suradnya menuturkan, saat masuk IRD RSUD Sanjiwani, kondisi istrinya sempat membaik, bisa berkomunikasi, tetapi begitu masuk kamar perawatan kondisinya memburuk, penyakit sesak napas kumat, seharian menangis, hingga akhirnya meninggal pada Sabtu (5/8) pukul 04.30 Wita.
“Pagi itu, saya berupa menelepon keluarga dalam kondisi berlinang air mata, mengabarkan sang istri telah tiada,” ujar Suradnya.
Sebenarnya, lanjut Suradnya, sang istri keturunan pragina drama gong. Ayahnya seorang polisi I Wayan Putu pemain drama, kakak kandungnya Ni Wayan Sukajeng juga pemain drama sebagai liku.
Almarhum merupakan putri kelima dari enam bersaudara, pasangan I Wayan Putu dan Ni Ketut Rai. Almarhum meninggalkan seorang suami I Wayan Suradnya, dua anak Ni Putu Priskayani dan Putu Subagiarta, serta 5 cucu.
Rencananya upacara makingsan ring gni di Setra Desa Adat Galiran, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem pada Anggara Umanis Kuningan, Selasa (8/8).
Sepeninggal almarhum, dari pihak keluarga tidak ada penerusnya, baik anak-anaknya maupun cucu-cucunya.
Putra almarhum, Putu Subagiarta mengaku tidak punya bakat sebagai penari drama gong. “Saat ibu saya pentas, sempat nonton, saat saya masih kecil, tetapi lebih sering diajak di belakang panggung di tempat berhias,” kata Subagiarta.
Selain bermain drama gong, almarhum juga pernah bermain sinetron, Memedi, dan drama klasik bersama Nyonya Putri Suastini Koster. 7 k16
1
Komentar