Pura Hindu Akan Berdiri di IKN, PHDI: Kembali ke Umah Wayah
IKN Nusantara
Nusantara
Penajam Paser Utara
Kalimantan Timur
PHDI Pusat
Ditjen Bimas Hindu
Ari Dwipayana
Wisnu Bawa Tenaya
I Nengah Duija
PENAJAM, NusaBali.com - Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimas Hindu Kemenag RI dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat melaksanakan upacara matur piuning dan nuasen lahan yang akan didirikan pura di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Minggu (6/8/2023).
Upacara matur piuning dan nuasen ini dipimpin langsung oleh Dharma Adhyaksa PHDI Pusat Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba. Di mana, dewasa yang diambil adalah Redite Wage Kuningan atau bertepatan dengan rahina Ulihan, enam hari sebelum Hari Raya Kuningan.
"Matur piuning dan nuasen ini merupakan upacara memohon izin kepala alam agar proses (pembangunan pura) esok berjalan lancar," jelas Direktur Jenderal (Dirjen) Bimas Hindu I Nengah Duija di sela pelaksanaan upacara.
Lanjut Duija, upacara yang biasa dilakukan setiap memulai suatu pekerjaan dengan harapan kesuksesan ini tidak semata-mata soal pendirian pura. Upacara juga dimaksudkan sebagai doa untuk pembangunan IKN yang ditarget jadi lokasi upacara HUT Ke-79 Kemerdekaan RI tahun 2024 nanti.
Ketua Umum Harian PHDI Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (WBT) menuturkan, pembangunan tempat ibadah Hindu di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur ini seperti kembali ke masa lalu. Di mana, awal mula peradaban Hindu Nusantara berawal di Kutai pada abad ke-4 Masehi.
"Kita seakan-akan kembali ke umah wayah (tempat lahir leluhur). Ada Raja Mulawarman (dari Kerajaan Kutai) di Kalimantan Timur," kata WBT di sela pelaksanaan upacara pada Minggu.
Berdasarkan catatan sejarah, Kerajaan Kutai dipercaya sebagai kerajaan bercorak Hindu tertua di tanah air. Kemudian, muncul Kerajaan Tarumanegara di tepi barat Pulau Jawa hingga Kerajaan Singasari di Jawa Timur sebagai cikal bakal Kerajaan Majapahit dan peradaban Hindu Bali saat ini.
WBT yang sempat menjabat Kasdam VI/Mulawarman ini berharap, keberadaan pura di 'titik nol' peradaban Hindu Nusantara bisa bermanfaat bagi kemajuan negara. Selain itu, diharapkan mampu menguatkan sradha bhakti umat Hindu di Kalimantan Timur dan sekitarnya.
"Pura ini juga kami harapkan bisa menjadi tempat simakrama (silaturahmi) umat Hindu dengan berbagai umat lain di kompleks tempat ibadah Kota Nusantara," imbuh WBT yang juga mantan Danjen Kopassus.
Di samping konteks ritual, upacara matur piuning dan nuasen pura di IKN juga membawa pesan pelestarian lingkungan. Sebab, terdapat prosesi mendem (mengubur) piranti banten yang di atasnya ditanami bibit pohon nagasari usai pelaksanaan upacara tuntas.
Purnawirawan TNI asal Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung ini mengatakan, upacara awal untuk menyongsong pembangunan pura ini sebagai implementasi nilai Tri Hita Karana dan sila pertama Pancasila. Ada unsur ketuhanan, kemanusiaan, dan lingkungan terakomodir.
Sementara itu, Dharma Adhyaksa PHDI Pusat Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba menambahkan, penguburan piranti banten itu merupakan prosesi nasarin mandala. Persembahan ditujukan kepada Ibu Pertiwi.
"Ada nasarin mandala (berbeda dengan nasarin parahyangan) untuk Ibu Pertiwi. Besok-besok kalau sudah rata baru dimulai lagi nasarin, macaru, malaspas, mapedagingan, dan seterusnya," papar Ida Pedanda.
Untuk diketahui, pura di IKN ini direncanakan bakal berdiri di atas lahan seluas dua hektare. Berdasarkan visual vlog Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana yang hadir saat upacara, kontur lahan tampak belum rata dan masih rimbun dengan pohon kelapa sawit produksi.
Akses jalan menuju titik pendirian pura pun masih belum rata dan sukar diakses kendaraan roda empat. Oleh karena itu, rombongan Ditjen Bimas Hindu, PHDI, dan Ari Dwipayana, dan ormas Hindu harus turun dari kendaraan untuk menyusuri jalan setapak dari akses jalan utama.
Berdasarkan keterangan petugas Kementerian PUPR yang mendampingi Ditjen Bimas Hindu dan PHDI di lokasi pendirian pura, pengerjaan tempat ibadah umat Hindu Nusantara itu tinggal menunggu anggaran dan perintah pembangunan. *rat
"Matur piuning dan nuasen ini merupakan upacara memohon izin kepala alam agar proses (pembangunan pura) esok berjalan lancar," jelas Direktur Jenderal (Dirjen) Bimas Hindu I Nengah Duija di sela pelaksanaan upacara.
Lanjut Duija, upacara yang biasa dilakukan setiap memulai suatu pekerjaan dengan harapan kesuksesan ini tidak semata-mata soal pendirian pura. Upacara juga dimaksudkan sebagai doa untuk pembangunan IKN yang ditarget jadi lokasi upacara HUT Ke-79 Kemerdekaan RI tahun 2024 nanti.
Ketua Umum Harian PHDI Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (WBT) menuturkan, pembangunan tempat ibadah Hindu di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur ini seperti kembali ke masa lalu. Di mana, awal mula peradaban Hindu Nusantara berawal di Kutai pada abad ke-4 Masehi.
"Kita seakan-akan kembali ke umah wayah (tempat lahir leluhur). Ada Raja Mulawarman (dari Kerajaan Kutai) di Kalimantan Timur," kata WBT di sela pelaksanaan upacara pada Minggu.
Berdasarkan catatan sejarah, Kerajaan Kutai dipercaya sebagai kerajaan bercorak Hindu tertua di tanah air. Kemudian, muncul Kerajaan Tarumanegara di tepi barat Pulau Jawa hingga Kerajaan Singasari di Jawa Timur sebagai cikal bakal Kerajaan Majapahit dan peradaban Hindu Bali saat ini.
WBT yang sempat menjabat Kasdam VI/Mulawarman ini berharap, keberadaan pura di 'titik nol' peradaban Hindu Nusantara bisa bermanfaat bagi kemajuan negara. Selain itu, diharapkan mampu menguatkan sradha bhakti umat Hindu di Kalimantan Timur dan sekitarnya.
"Pura ini juga kami harapkan bisa menjadi tempat simakrama (silaturahmi) umat Hindu dengan berbagai umat lain di kompleks tempat ibadah Kota Nusantara," imbuh WBT yang juga mantan Danjen Kopassus.
Di samping konteks ritual, upacara matur piuning dan nuasen pura di IKN juga membawa pesan pelestarian lingkungan. Sebab, terdapat prosesi mendem (mengubur) piranti banten yang di atasnya ditanami bibit pohon nagasari usai pelaksanaan upacara tuntas.
Purnawirawan TNI asal Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung ini mengatakan, upacara awal untuk menyongsong pembangunan pura ini sebagai implementasi nilai Tri Hita Karana dan sila pertama Pancasila. Ada unsur ketuhanan, kemanusiaan, dan lingkungan terakomodir.
Sementara itu, Dharma Adhyaksa PHDI Pusat Ida Pedanda Gede Bang Buruan Manuaba menambahkan, penguburan piranti banten itu merupakan prosesi nasarin mandala. Persembahan ditujukan kepada Ibu Pertiwi.
"Ada nasarin mandala (berbeda dengan nasarin parahyangan) untuk Ibu Pertiwi. Besok-besok kalau sudah rata baru dimulai lagi nasarin, macaru, malaspas, mapedagingan, dan seterusnya," papar Ida Pedanda.
Untuk diketahui, pura di IKN ini direncanakan bakal berdiri di atas lahan seluas dua hektare. Berdasarkan visual vlog Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana yang hadir saat upacara, kontur lahan tampak belum rata dan masih rimbun dengan pohon kelapa sawit produksi.
Akses jalan menuju titik pendirian pura pun masih belum rata dan sukar diakses kendaraan roda empat. Oleh karena itu, rombongan Ditjen Bimas Hindu, PHDI, dan Ari Dwipayana, dan ormas Hindu harus turun dari kendaraan untuk menyusuri jalan setapak dari akses jalan utama.
Berdasarkan keterangan petugas Kementerian PUPR yang mendampingi Ditjen Bimas Hindu dan PHDI di lokasi pendirian pura, pengerjaan tempat ibadah umat Hindu Nusantara itu tinggal menunggu anggaran dan perintah pembangunan. *rat
1
Komentar