Mega Warning Periset BRIN Tak Berpolitik Praktis
Tinjau Kawasan Sains dan Teknologi di Candikuning, Tabanan
Megawati mengingatkan pentingnya hak cipta hasil riset segera diurus, mematenkan riset jauh lebih penting dibanding hanya sekadar dipamerkan ke luar negeri.
TABANAN, NusaBali
Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr (HC) Megawati Soekarnoputri secara tegas memberikan warning (peringatan) kepada seluruh periset di BRIN agar tak berpolitik praktis dalam dunia riset. Menurut Megawati, sebagai seorang periset, yang harus dilakukan adalah politik riset demi kemajuan Bangsa. Bahkan, Megawati secara tegas mengaku tak segan-segan untuk mengeluarkan periset yang ketahuan berpolitik praktis di badan tersebut.
Hal tersebut disampaikan Megawati saat berdialog dengan para periset dengan tema 'Riset dan Inovasi untuk Indonesia Raya' di Gedung Serba Guna Nayaka di lingkungan Kebun Raya Bali di Candikuning, Baturiti, Tabanan, Senin (7/8). Hadir dalam kesempatan itu 127 periset BRIN dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr (HC) Megawati Soekarnoputri secara tegas memberikan warning (peringatan) kepada seluruh periset di BRIN agar tak berpolitik praktis dalam dunia riset. Menurut Megawati, sebagai seorang periset, yang harus dilakukan adalah politik riset demi kemajuan Bangsa. Bahkan, Megawati secara tegas mengaku tak segan-segan untuk mengeluarkan periset yang ketahuan berpolitik praktis di badan tersebut.
Hal tersebut disampaikan Megawati saat berdialog dengan para periset dengan tema 'Riset dan Inovasi untuk Indonesia Raya' di Gedung Serba Guna Nayaka di lingkungan Kebun Raya Bali di Candikuning, Baturiti, Tabanan, Senin (7/8). Hadir dalam kesempatan itu 127 periset BRIN dari berbagai daerah di Indonesia.
Foto: Megawati Soekarnoputri saat berdialog dengan 127 periset BRIN dari berbagai daerah di Indonesia. -IST
"Saya mau lihat satu-satu, apa aja kerja mereka dari di sini (BRIN), enggak ada politik, kalau sudah dengar, satu orang (berpolitik), sudah, saya keluarkan karena dia bermain politik dan mempergunakan BRIN," kata Megawati.
"Nah, aku bilang get out, hati-hati loh. Iya kalau enggak percaya tanya aja. Saya keluarkan, apa memangnya mau berpolitik? Politiknya adalah politik riset, titik," tegas Megawati. Presiden Kelima RI ini juga mengatakan, bahwa sebenarnya dirinya merupakan sosok yang ramah kepada semua orang.
Namun, Megawati menyebut dirinya bisa berubah jika menemukan jajaran strukturalnya tak bekerja untuk kepentingan bangsa dan negara. Terutama, dalam memajukan riset dan inovasi di BRIN. Megawati juga mengaku dirinya tak memiliki beban lagi dalam menjalankan kerja selain demi kemajuan Bangsa seperti harapan Presiden Pertama RI yang juga sang ayahanda, Ir Soekarno atau Bung Karno.
Mega pun mengingatkan para peneliti lembaga tersebut untuk tak menjadikan penerbitan jurnal internasional sebagai target utama riset. Pernyataan Megawati itu berawal dari pernyataan Peneliti dari Pusat Riset Perternakan BRIN Provinsi NTB, Panda Pandjaitan yang menceritakan bagaimana dirinya terus mengembangkan nutrisi atau sumber protein untuk sapi menggunakan lamtoro taramba. Dimana targetnya mendapatkan satu induk satu anak dalam setahun.
Dari hal tersebut 3.000 sampai 4.000 petani sudah mengembangkan hal tersebut. Namun, untuk mencari alternatif lain, maka akan dilakukan dengan memanfaatkan rumput laut, yang paling banyak di NTB. Lalu Kepala Pusat Riset Bio Industri Laut dan Perairan Darat BRIN NTB, Fahrurrozi menjelaskan, pihaknya mengoleksi beberapa mikro dan makro algae di perairan Indonesia, kemudian melakukan hilirisasi dan industrialiasi rumput laut.
Selain itu, lanjut dia, menjadi percontohan untuk 100 hektare untuk budi daya rumput laut yang kemudian berkolaborasi dengan bagian di pertanian, peternakan, perairan, pangan, dan energi sedang berusaha penuh untuk menjalankan program tersebut. Namun, Fahrurrozi menyebut ada hambatan berupaya pembibitan. “Harapan kami pusat riset yang di Lombok itu bisa dijadikan center (pusat) pembibitan rumput laut dan alga,” jelas dia.
Selain itu periset BRIN dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Subekti menyinggung hasil penelitian para peneliti bisa masuk jurnal ilmiah internasional, yang dipandangnya masih sulit. “Biaya untuk publikasi. Saya menyampaikan apa yang dirasakan teman-teman juga, bahwa anggaran untuk itu mungkin belum bisa diberikan langsung atau cepat. Mungkin saya mengusulkan,” jelas Subekti. Saat diberi giliran menanggapi, Megawati mengingatkan, jangan hanya memikirkan bahwa hasil riset mereka hanya untuk diterbitkan di jurnal luar negeri semata. Sebab target yang utama untuk para periset BRIN sebaiknya adalah, bagaimana riset dilakukan untuk memajukan Indonesia.
Jangan menjadi kendor karena masalah jurnal semata. Dia menceritakan percakapannya dengan Presiden Jokowi. “Saya bilang Pak Jokowi, Pak aku tuh dah jengkel loh pak, enggak ada lagi semangat tempurnya. Research-nya hanya mikir (bagaimana) nanti kalau bisa (hasil risetnya) masuk ke jurnal,“ ujar Megawati.
Selain itu, Presiden Kelima RI ini juga mengingatkan akan pentingnya hak cipta hasil riset segera diurus oleh para peneliti BRIN. Mematenkan riset itu jauh lebih penting dibanding hanya sekedar dipamerkan ke luar negeri. Sebab jika paten tak diurus, dan hasil penelitian malah dibeli asing, produk yang dihasilkan akan menguntungkan pihak asing saja.
“Ini keputusan saya sebagai ketua dewan pengarah ketika rapat pertama, seluruh yang namanya researcher, kalau mendapatkan hasil, harus dipatenkan. Kalian tahu enggak sih kenapa orang asing itu nyari (hasil riset peneliti Indonesia)? Karena mereka akan jual. Kalau kalian hanya mau duitnya, (riset kalian akan) dibeli, hanya karena mau masuk ke jurnal, terus dia yang menggunakan. (Kalau sudah begitu) kalian tidak akan pernah (benar-benar) terkenal, kecuali di dalam negeri,” ungkap Megawati.
Wakil Presiden kedelapan RI ini juga menyinggung soal tanaman alga yang telah dipatenkan terlebih dahulu oleh Korea untuk mendongkrak perekonomian negara mereka. “Saya tahu research algae itu sekarang diambil sama Korea,” kata Megawati. Dia pun menunjuk peneliti yang menyampaikan soal alga untuk menanyakan kepatenan akan penelitiannya tersebut. “Kamu udah dipatenkan apa belum? Iya atau tidak,” tanya Megawati. Periset asal NTB itu pun menjawab belum. “Nah, nanti kamu rugi sendiri loh,” kata Megawati.
Sementara saat mengunjungi Rumah Kaca Kaktus dan Rumah Anggrek yang berada di lingkungan Kebun Raya Candikuning, Baturiti, Megawati menyoroti tentang pendataan bibit tanaman di Indonesia yang perlu dilakukan secara detail. Dia tidak ingin bibit tanaman, khususnya anggrek, mudah diperjualbelikan kepada pihak asing. BRIN diharapkan bisa berperan dalam pendataan bibit tumbuhan. "Kalau ada orang asing yang ambil, harus diomongkan ke sini (menepuk pundak kepala BRIN). Ndak ada langsung jual beli di sini,” kata Megawati. Megawati saat berada di Rumah Kaca Kaktus dan Rumah Anggrek juga terlihat memperhatikan sebuah tanaman yang berada di pot.
Terkait arahan Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri agar melindungi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dengan mematenkan produk-produk maupun inovasi Indonesia, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan semua itu kini telah difasilitasi melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Bali yang angkanya sudah ada 330 yang disertifikasi.
“Salah satu tupoksi BRIDA di Bali itu adalah memfasilitasi sertifikasi kekayaan intelektual dan dalam empat tahun ini, itu 330 sertifikat kekayaan intelektual yang sifatnya komunal maupun yang individual. Ada kaitannya dengan indikasi geografis, ada merek, ada karya cipta,” kata Koster. Dia menegaskan, selama memerintah di Bali, semua hal tersebut sudah diwadahi dan teroganisir dengan baik.
Kedatangan Megawati beserta rombongan di Kebun Raya Bali, Senin siang pukul 11.30 Wita disambut Gubernur Bali Wayan Koster dan Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya. Bupati/Walikota di Bali juga turut hadir dalam acara tersebut, seperti Bupati Jembrana I Nengah Tamba, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, Bupati Gianyar I Made Mahayastra, Walikota Denpasar IGN Jaya Negara, Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta, Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana, dan Bupati Karangasem I Gede Dana.
Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya mengatakan kedatangan Megawati ke Kebun Raya terkait kunjungan kerja dan memberikan arahan seluruh jajaran BRIN tentang riset dan Inovasi untuk Indonesia Raya terhadap konservasi ilmiah di Bedugul.
"Semua tadi hadir dalam acara kunjungan kerja itu," jelasnya. Dalam kunjungan kerja itu, Megawati dan segenap Dewan Pengarah BRIN menyempatkan untuk meninjau kegiatan riset yang dimiliki oleh Kebun Raya Bedugul, seperti laboratorium Kultur Jaringan, Bank Biji dan Herbarium.
Rangkaian hasil riset dan penelitian di Kebun Raya yang dilakukan oleh BRIN dapat langsung diakses oleh masyarakat umum sebagai kawasan eduwisata yang berfasilitas lengkap, dimulai dari golf car, sepeda listrik dan berbagai fasilitas makanan dan minuman di dalam Kebun Raya Bedugul.
Direktur Kebun Raya.id, Marga Anggrianto mengatakan merasa terhormat Ibu Megawati berkunjung ke Kebun Raya Bali. “Kami merasa sangat terhormat, Ibu Megawati bisa hadir ke Kebun Raya Bedugul untuk meninjau fasilitas riset serta menikmati suasana Kebun Raya Bedugul, perhatian beliau terhadap Kebun Raya serta riset dan kekayaan hayati Indonesia memberi semangat kami untuk terus mengembangkan Kebun Raya di Indonesia," jelasnya.
Total sebanyak 127 periset BRIN yang hadir dalam acara tersebut. Dimana Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dan Wakil Kepala BRIN Laksamana Madya (Laksdya) Amarulla Octavian turut mendampingi. Tak hanya itu, jajaran Dewan Pengarah BRIN hadir lengkap, seperti Sri Mulyani, Soeharso Monoarfa, Bambang Kesowo, hingga Emil Salim. 7 des, k22
1
Komentar