Gempa 5,1 SR Guncang Banyuwangi, Tak Dirasakan di Bali
MANGUPURA, NusaBali - Gempa bumi dengan kekuatan 5,1 Skala Richter (SR) terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur pada Senin (7/8) subuh.
Dari analisa, jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menujam ke dalam Lempeng Eurasia. Dalam catatan Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, terjadi 22 kali gempa susulan, namun seluruhnya tidak dirasakan di Pulau Dewata.
Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wirajaya, menjelaskan kejadian gempa bumi yang tercatat di kantor BBMKG Wilayah III Denpasar itu pada Senin subuh pukul 03.40 Wita. Dari pemodelan awal, gempa tersebut terjadi 170 km Barat Daya Kuta Selatan, 172 km Barat Daya Jembrana dan 179 km Barat Daya Denpasar. Namun, setelah dilakukan pemutakhiran, gempa tersebut terjadi pada koordinat 9,64° LS ; 114,08° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 84 km arah Selatan Tegaldlimo, Banyuwangi, Jawa Timur pada kedalaman 40 km.
“Kejadian dan parameter gempa bumi itu terjadi di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa, Banyuwangi, Jawa Timur,” kata Wirajaya, Senin (7/8).
Masih menurut Wirajaya, dari hasil analisa menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo (M) 5,0. Adapun jenis dan mekanisme gempa dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menujam ke dalam Lempeng Eurasia. “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau biasa disebut thrust fault,” jelasnya.
Berdasarkan estimasi peta guncangan, gempa bumi ini menimbulkan guncangan di daerah Tegaldlimo dan Purwoharjo, Banyuwangi dengan skala intensitas II - III MMI dan daerah Tempurejo, Jember dengan skala intensitas II MMI. Yang mana, dua wilayah itu getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Sementara, untuk pulau Dewata, lanjut Wirajaya, getarannya sama sekali tidak rasakan. Gempa bumi ini juga tidak menimbulkan tsunami. “Masyarakat Bali tidak merasakan getaran atau dampak gempa. Dari hasil analisa, tidak berpotensi tsunami,” tegasnya.
Hingga Senin sore pukul 15.00 Wita, sudah ada 22 kali gempa bumi susulan dengan kekuatan terbesar 4,6 SR dan gempa bumi dengan kekuatan terkecil 2,6 SR. Dari total keseluruhan gempa susulan itu, tidak ada yang dirasakan oleh masyarakat.
“Untuk gempa susulan terbanyak pada pukul 03.40 Wita hingga pukul 06.00 Wita tercatat 14 kali. Kemudian, pukul 05.00 Wita hingga pukul 09.00 Wita tercatat 4 kali. Sementara pukul 09.00 Wita hingga 12.00 Wita ada satu kali dan pada pukul 12.00 Wita hingga 15.00 Wita tercatat 3 kali,” kata Wirajaya. 7 dar
Kepala Bidang Data dan Informasi BBMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wirajaya, menjelaskan kejadian gempa bumi yang tercatat di kantor BBMKG Wilayah III Denpasar itu pada Senin subuh pukul 03.40 Wita. Dari pemodelan awal, gempa tersebut terjadi 170 km Barat Daya Kuta Selatan, 172 km Barat Daya Jembrana dan 179 km Barat Daya Denpasar. Namun, setelah dilakukan pemutakhiran, gempa tersebut terjadi pada koordinat 9,64° LS ; 114,08° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 84 km arah Selatan Tegaldlimo, Banyuwangi, Jawa Timur pada kedalaman 40 km.
“Kejadian dan parameter gempa bumi itu terjadi di wilayah Samudera Hindia Selatan Jawa, Banyuwangi, Jawa Timur,” kata Wirajaya, Senin (7/8).
Masih menurut Wirajaya, dari hasil analisa menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo (M) 5,0. Adapun jenis dan mekanisme gempa dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menujam ke dalam Lempeng Eurasia. “Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik atau biasa disebut thrust fault,” jelasnya.
Berdasarkan estimasi peta guncangan, gempa bumi ini menimbulkan guncangan di daerah Tegaldlimo dan Purwoharjo, Banyuwangi dengan skala intensitas II - III MMI dan daerah Tempurejo, Jember dengan skala intensitas II MMI. Yang mana, dua wilayah itu getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Sementara, untuk pulau Dewata, lanjut Wirajaya, getarannya sama sekali tidak rasakan. Gempa bumi ini juga tidak menimbulkan tsunami. “Masyarakat Bali tidak merasakan getaran atau dampak gempa. Dari hasil analisa, tidak berpotensi tsunami,” tegasnya.
Hingga Senin sore pukul 15.00 Wita, sudah ada 22 kali gempa bumi susulan dengan kekuatan terbesar 4,6 SR dan gempa bumi dengan kekuatan terkecil 2,6 SR. Dari total keseluruhan gempa susulan itu, tidak ada yang dirasakan oleh masyarakat.
“Untuk gempa susulan terbanyak pada pukul 03.40 Wita hingga pukul 06.00 Wita tercatat 14 kali. Kemudian, pukul 05.00 Wita hingga pukul 09.00 Wita tercatat 4 kali. Sementara pukul 09.00 Wita hingga 12.00 Wita ada satu kali dan pada pukul 12.00 Wita hingga 15.00 Wita tercatat 3 kali,” kata Wirajaya. 7 dar
1
Komentar