Sebelum Prosesi Pembakaran Jenazah Diawali Pementasan Drama Gong
Upacara Makingsan ring Gni Bintang Drama Ni Putu 'Liku' Sulastri di Setra Banjar Adat Galiran, Karangasem
Ni Putu 'Liku' Sulastri, 64, selama berkiprah hingga akhir hayatnya belum pernah mendapatkan penghargaan dari pemerintah atas dedikasinya di dunia seni drama gong
AMLAPURA, NusaBali
Prosesi upacara makingsan ring gni bintang drama gong Ni Putu 'Liku' Sulastri, 64, digelar di Setra Banjar Adat Galiran, Kelurahan Subagan, Kecamatan/Kabupaten Karangasem pada Anggara Umanis Kuningan, Selasa (8/8) pukul 12.30 Wita. Sebelum prosesi makingsan ring gni digelar diawali dengan pementasan drama gong satu babak.
Pementasan drama gong yang digelar sebelum pembakaran jenazah ini dimainkan oleh Sekaa Drama Gong Sanggar Waisyaka Muni STKIP Hindu Amlapura pimpinan Jro Mangku Kadek Susena. Mereka awalnya hendak mengantar keberangkatan jenazah Ni Putu 'Liku' Sulastri dari rumah duka ke Setra Banjar Adat Galiran namun terlambat, sehingga mereka menyusul datang ke setra. Sekaa Drama Gong Sanggar Waisyaka Muni yang beranggotakan 9 pragina dari 22 pragina yang ada menggelar pentas drama satu babak berjudul ‘Biang Agung Sampun Seda’.
"Kami melayat mengenakan pakaian drama gong untuk menghormati pengabdian almarhum sebagai pemain drama," ujar Jro Mangku Kadek Susena. Sebelumnya, dirinya tidak mengetahui almarhum Ni Putu 'Liku' Sulastri ternyata asal Karangasem. "Kalau saja saya tahu dari Karangasem tentu saja sering minta saran dan masukan terkait teknis bermain drama," tambahnya. Di bagian lain, Ketua Listibiya Karangasem, I Komang Putra Suarjana mengakui selama ini belum pernah mengusulkan bintang drama Ni Putu 'Liku' Sulastri untuk mendapat penghargaan.
"Belum dapat giliran kami usulkan," kata Putra Suarjana. Menurutnya standar pengajuan sebagai seniman tua usianya sudah lanjut dan paling senior di antara seniman yang ada. Di samping kriterianya sejauh mana telah mengabdi di bidang seni, motivasinya terhadap seniman lain di masyarakat, termasuk prestasi dan lain-lain. "Sebab di Karangasem banyak ada seniman tua dari berbagai bidang," tambahnya.
Prosesi upacara makingsan ring gni bintang drama gong Ni Putu 'Liku' Sulastri, 64, digelar di Setra Banjar Adat Galiran, Kelurahan Subagan, Kecamatan/Kabupaten Karangasem pada Anggara Umanis Kuningan, Selasa (8/8) pukul 12.30 Wita. Sebelum prosesi makingsan ring gni digelar diawali dengan pementasan drama gong satu babak.
Pementasan drama gong yang digelar sebelum pembakaran jenazah ini dimainkan oleh Sekaa Drama Gong Sanggar Waisyaka Muni STKIP Hindu Amlapura pimpinan Jro Mangku Kadek Susena. Mereka awalnya hendak mengantar keberangkatan jenazah Ni Putu 'Liku' Sulastri dari rumah duka ke Setra Banjar Adat Galiran namun terlambat, sehingga mereka menyusul datang ke setra. Sekaa Drama Gong Sanggar Waisyaka Muni yang beranggotakan 9 pragina dari 22 pragina yang ada menggelar pentas drama satu babak berjudul ‘Biang Agung Sampun Seda’.
"Kami melayat mengenakan pakaian drama gong untuk menghormati pengabdian almarhum sebagai pemain drama," ujar Jro Mangku Kadek Susena. Sebelumnya, dirinya tidak mengetahui almarhum Ni Putu 'Liku' Sulastri ternyata asal Karangasem. "Kalau saja saya tahu dari Karangasem tentu saja sering minta saran dan masukan terkait teknis bermain drama," tambahnya. Di bagian lain, Ketua Listibiya Karangasem, I Komang Putra Suarjana mengakui selama ini belum pernah mengusulkan bintang drama Ni Putu 'Liku' Sulastri untuk mendapat penghargaan.
"Belum dapat giliran kami usulkan," kata Putra Suarjana. Menurutnya standar pengajuan sebagai seniman tua usianya sudah lanjut dan paling senior di antara seniman yang ada. Di samping kriterianya sejauh mana telah mengabdi di bidang seni, motivasinya terhadap seniman lain di masyarakat, termasuk prestasi dan lain-lain. "Sebab di Karangasem banyak ada seniman tua dari berbagai bidang," tambahnya.
Suami almarhum, yakni I Wayan Suradnya juga mengakui selama aktif sebagai seniman drama, sang istri Ni Putu 'Liku' Sulastri belum pernah dapat penghargaan dari pemerintah. "Belum pernah ada penghargaan dari pemerintah padahal kiprahnya telah melegenda," ujar Suradnya kepada NusaBali di Setra Banjar Adat Galiran. Almarhum sendiri sebenarnya asalnya dari Banjar Kebon Bukit, Desa Bukit, Kecamatan Karangasem lalu menikah ke Lingkungan Galiran, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem. Almarhum pernah bergabung di empat sekaa gong yang ada di Bali, diawali masuk Sekaa Drama Gong Bara Budaya, BKD (Dewan Kesenian Denpasar), Kerti Buana Sari, dan terakhir Sancaya Dwipa.
Almarhum berhenti beraktivitas sejak jatuh sakit awal tahun 2019 dan meninggal saat menjalani perawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar, Sabtu (5/8) lalu pukul 04.30 Wita, karena menderita komplikasi 7 jenis penyakit.
Foto: Prosesi ambil tulang almarhum saat upacara makingsan ring gni di Setra Banjar Adat Galiran. -NANTRA
Suradnya menuturkan Ni Putu 'Liku' Sulastri lahir tahun 1959 dan mulai pentas drama gong tahun 1976. Setelah terkenal sebagai bintang drama gong, dia pun menjadi incaran sekaa drama gong lainnya yang ada di Bali. Saat berperan sebagai liku, almarhum terkadang membuat penonton tertawa, juga marah, tergantung aktingnya.
Peran almarhum tidak selamanya jadi Liku, tergantung alur cerita, bisa berperan juga sebagai Men Bekung (wanita bersuami tidak punya keturunan), Men Dukuh dan lain-lain. Saat masa jayanya drama gong, almarhum pernah pentas satu bulan penuh tidak ada jeda, bahkan sempat pentas dua kali dalam semalam. Kondisi almarhum mulai kurang sehat sejak awal tahun 2019, selama setahun keluar masuk rumah sakit. Almarhum Ni Putu 'Liku' Sulastri menderita penyakit komplikasi, yakni penurunan fungsi ginjal, paru, jantung, sesak napas, tensi tinggi, maag, dan stroke.
Selama bulan Juli 2023 tercatat tiga kali masuk rumah sakit, dua kali masuk RS BaliMed Amlapura, selanjutnya dirujuk ke RSUD Sanjiwani Gianyar, Rabu (26/7).
Sang istri kata Suradnya merupakan keturunan pragina drama gong, ayahnya seorang polisi I Wayan Putu juga pemain drama dan kakak kandungnya Ni Wayan Sukajeng juga pemain drama sebagai liku. Almarhum merupakan putri kelima dari enam bersaudara, pasangan I Wayan Putu dan Ni Ketut Rai, meninggalkan seorang suami I Wayan Suradnya, dua anak Ni Putu Priskayani dan Putu Subagiarta, serta 5 cucu.
Upacara makingsan ring gni di Setra Banjar Adat Galiran, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem di bawah koordinasi Jro Mangku Komang Pasek. Prosesi upacaranya menggunakan banten narpana alit, durmanggala, pratista, pejati, kakobokan, dan sodaan. Usai tuntas pembakaran jenazah, tulang-tulang kembali diprateka, kemudian menggelar pamuspaan bersama berlanjut nganyut di Pantai Jasri Kelod, Kelurahan Subagan. 7 k16
1
Komentar