Barong Bangkung dan Barong Bangkal: Pesona di Panggung Festival Ngelawang Mebarung Padangsambian
DENPASAR, NusaBali.com - Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan kerap dijumpai tradisi ngelawang yang digelar di tepi jalan atau pemukiman warga. Sasaran utama dari tradisi ini adalah untuk mengusir roh jahat yang berusaha mengganggu kedamaian.
Saat ritual ngelawang dijalankan, kelompok yang biasanya didominasi anak-anak hingga remaja putra tersebut berkeliling banjar atau desa sembari memainkan tarian Barong Bangkung. Gamelan batel bebarongan menjadi pengiring dalam langkah-langkah penuh makna.
Barong Bangkal atau Barong Bangkung adalah wujud Barong yang menyerupai hewan babi. Dalam bahasa Bali, babi jantan disebut ‘bangkal’, sementara babi betina disebut ‘bangkung’. Inilah asal mula nama Barong Bangkal.
Selain berperan sebagai ritual, ngelawang mebarung dengan Barong Bangkung dijadikan sebuah pergelaran event seperti yang dilakukan di areal Pasar Desa Adat Padangsambian pada Kamis (10/8/2023) malam.
Ide ini muncul dari hati pemuda-pemuda Desa Padangsambian yang prihatin akan potensi anak muda di desa mereka.
"Saya merasa terinspirasi oleh Tabanan dan melihat minimnya aktivitas festival di desa kami, Padangsambian. Oleh karena itu, saya merasa perlu menggelar festival semacam ini, mengingat banyaknya anak muda di desa kami yang aktif mengelawang saat perayaan Galungan hingga Kuningan," ungkap Anak Agung Kompyang Danendra selaku Ketua Panitia Festival Ngelawang Mebarung.
Antusias peserta tergolong tinggi, bahkan pada saat pendaftaran ada yang ingin menampilkan Barong Ket. Namun panitia tetap mengutamakan Barong Bangkung, sehingga pada pergelaran kali ini sosok Barong Ked tak tampak karena mayoritas peserta lebih memilih menampilkan Barong Bangkung.
"Kami memilih untuk fokus pada Barong Bangkung, mengingat nama acara ini adalah Ngelawang Mebarung, yang mayoritasnya menggunakan Barong Bangkung atau Barong Bangkal," jelas Anak Agung Kompyang Danendra.
Terdapat 15 sekaa barong yang berasal dari Desa Padangsambian,yakni Sekaa Bangkal Pangus, Sekaa Bangkal Sudasadu, Sekaa Bangkal Wiranadhi, Sekaa Bangkal Tebuan, Sekaa Bawi Lemuh, Sekaa Bangkal Swaha, Sekaa Belog polos, Sekaa Bangkal Keten, Sekaa Waksira alit, Sanggar Dharma suci, Sekaa Bangkal Dukuh, Sekaa Waksira, Sekaa Sodara, Sekaa Tapak Dara Pramesti & Rangda, Sekaa Barong Gelang.
Semua menunjukkan aksi yang memukau untuk penonton saat pementasan ngelawang mebarung tersebut, tidak hanya menunjukkan aksi yang memukau namun juga ada beberapa barong bangkung yang terlihat rengas.
Keunikan tak berhenti di situ, Festival Ngelawang Mebarung ini juga menawarkan variasi menarik. Setiap Barong Bangkal memiliki ciri khasnya masing-masing, dari segi ukuran—mulai dari yang mungil hingga big size— begitu juga payasan barong yang diterapkan, dari yang sederhana hingga dihiasi dengan bunga-bunga yang menambah ketaksuan pada barong bangkal atau barong bangkung tersebut
Tidak hanya itu, dalam Festival Ngelawang Mebarung ini terdapat juga penampilan khusus. Sebagian Barong Bangkal disertai oleh sosok Rangda dan Celuluk dari Sekaa Barong Tapak Dara Pramesti.
"Sekaa Barong Tapak Dara Pramesti menghadirkan Barong Sungsungan yang dipersembahkan dalam festival ini, sedangkan Rangda dan Celuluk adalah duo pribadi yang meminta izin untuk berpartisipasi dalam festival ngelawang mebarung," jelas Anak Agung Kompyang Danendra.
Dengan harapan yang tulus, diharapkan festival yang pendanaannya murni disokong Sekaa Barong Gelang ini mendapatkan dukungan penuh dari pihak desa dan mampu bekerja sama untuk mengembangkan seni dan budaya di Desa Padangsambian. *win
Komentar