Permainan Tradisional Kembali Dimasyarakatkan
Pengenalan Dini bagi Siswa PAUD
SINGARAJA, NusaBali - Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng kembali mengupayakan pengenalan permainan tradisional kepada anak-anak usia sekolah.
Pengenalan permainan tradisional ini dikemas dalam lomba engklek yang melibatkan siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se-Buleleng. Pemasyarakatan permainan tradisional ini dilakukan sebagai upaya pembentukan karakter di tengah gempuran digitalisasi dan pengaruh global.
Lomba permainan tradisional engklek dilangsungkan di lapangan Ngurah Rai Singaraja, Senin (14/8) pagi. Ada 45 orang peserta perwakilan 9 kecamatan di Buleleng yang beradu kelincahan dan keterampilan bermain engklek.
Kepala Disdikpora Buleleng Made Astika mengungkapkan permainan tradisional ini sudah ditinggalkan oleh anak-anak saat ini. Pesatnya pengaruh teknologi dan digitalisasi membuat mereka memilih untuk bermain gadget yang membatasi ruang gerak secara fisik. Kondisi ini pun disebutnya sebagai ancaman khusus jika terus terjadi. Sebab dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada anak dan kendala dalam sosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya.
“Di setiap permainan tradisional itu ada nilai-nilai yang terkandung dan juga strategi bermainnya. Sehingga ini dapat mengasah kemampuan anak berpikir, mencari solusi, bekerjasama dan bonusnya adalah kebugaran fisik. Nilai dan karakter ini yang ingin kita bangun kembali melalui permainan tradisional,” ucap Astika.
Disdikpora Buleleng saat ini juga sudah menyurati seluruh PAUD dan Sekolah Dasar (SD) di Buleleng untuk memasukkan permainan tradisional dalam ekstra kurikuler di sekolah. Di tempat dan waktu yang sama juga dikenalkan permainan tradisional masepit-sepitan.
Sementara lomba digelar juga dimaksudkan untuk mencetak bibit-bibit atlet sejak dini. Sebab setahun terakhir permainan tradisional ini mulai dilombakan pemerintah pusat secara berjenjang. Pemenang lomba kali ini disebut Astika akan dibina lebih lanjut untuk disiapkan mewakili Buleleng di setiap event yang sama di tingkat provinsi dan pusat. 7k23
Lomba permainan tradisional engklek dilangsungkan di lapangan Ngurah Rai Singaraja, Senin (14/8) pagi. Ada 45 orang peserta perwakilan 9 kecamatan di Buleleng yang beradu kelincahan dan keterampilan bermain engklek.
Kepala Disdikpora Buleleng Made Astika mengungkapkan permainan tradisional ini sudah ditinggalkan oleh anak-anak saat ini. Pesatnya pengaruh teknologi dan digitalisasi membuat mereka memilih untuk bermain gadget yang membatasi ruang gerak secara fisik. Kondisi ini pun disebutnya sebagai ancaman khusus jika terus terjadi. Sebab dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada anak dan kendala dalam sosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya.
“Di setiap permainan tradisional itu ada nilai-nilai yang terkandung dan juga strategi bermainnya. Sehingga ini dapat mengasah kemampuan anak berpikir, mencari solusi, bekerjasama dan bonusnya adalah kebugaran fisik. Nilai dan karakter ini yang ingin kita bangun kembali melalui permainan tradisional,” ucap Astika.
Disdikpora Buleleng saat ini juga sudah menyurati seluruh PAUD dan Sekolah Dasar (SD) di Buleleng untuk memasukkan permainan tradisional dalam ekstra kurikuler di sekolah. Di tempat dan waktu yang sama juga dikenalkan permainan tradisional masepit-sepitan.
Sementara lomba digelar juga dimaksudkan untuk mencetak bibit-bibit atlet sejak dini. Sebab setahun terakhir permainan tradisional ini mulai dilombakan pemerintah pusat secara berjenjang. Pemenang lomba kali ini disebut Astika akan dibina lebih lanjut untuk disiapkan mewakili Buleleng di setiap event yang sama di tingkat provinsi dan pusat. 7k23
Komentar