Jawara Silat Tidak Lulus Jalur Prestasi, Rumah Dekat Sekolah Tak Lulus Zonasi
Pengumuman hasil seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) khususnya jalur lingkungan lokal di SMAN 4 Denpasar menuai protes.
Kekecewaan Orangtua Siswa saat Pengumuman PPDB
DENPASAR, NusaBali
Salah satu orangtua calon siswa, Kadek Eli Yanti, merasa keberatan lantaran jalur zonasi ini dinilai tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yakni berdasarkan radius jarak terdekat antara rumah dengan sekolah.
Hal yang membuatnya kecewa, adalah diduga ada permainan untuk memuluskan beberapa calon siswa masuk ke sekolah favorit tersebut meski dengan jarak yang cukup jauh dari sekolah. Pasalnya, ada calon siswa yang diterima padahal jarak rumahnya berkisar 1.000 meter (lingkungan Banjar Bhuana Kubu) dari sekolah. Padahal jarak rumah Eli (lingkungan Banjar Bhuana Merta) dari Foursma (sebutan SMAN 4 Denpasar) hanya sekitar 200 meter. Kedua calon murid baru ini sama-sama tercantum dalam kartu keluarga (KK) Kota Denpasar. Pun dari segi hasil nilai UN, Eli mengungkapkan nilai anaknya lebih tinggi dibanding anak tersebut.
Tidak diterimanya sang anak, Putu Elza Yuliastuti, di sekolah incaran tersebut membuat Eli langsung emosi. Apalagi dari pihak sekolah yang sempat didatangi pagi-pagi saat pengumuman hasil seleksi PPDB kemarin, seolah lepas tangan.
“Saya sudah tanya ke pihak SMAN 4 Denpasar, namun dikatakan bahwa jalur lokal itu sudah menjadi wewenang kepala desa. Padahal di sini ada tiga anak yang jarak rumahnya dekat dengan sekolah,” kata Eli saat disambangi di kediamannya di Jalan Gunung Batok Gang IV, Monang-Maning, Sabtu (1/7) sore.
Eli menduga, beberapa anak yang diterima karena orangtuanya memiliki jabatan di desa, salah satunya diduga adalah anak Kepala Desa Tegal Harum. “Lho kenapa anak yang rumahnya jauh malah diterima. Sedangkan yang dekat dari sekolah, ada beberapa anak yang tidak masuk. Padahal di peraturan zonasi itu, sudah jelas bahwa ditentukan berdasarkan radius jarak terdekat. Pun jika jaraknya sama, maka umur dipakai untuk menentukan,” tuturnya dengan nada tinggi.
“Kalau kriteria dilakukan dengan benar, yaitu berdasarkan jarak, kami tak bisa menuntut. Tapi kalau jadi begini, yang jaraknya dekat nggak dapat, malah yang jauh yang dapat, kami protes,” tandasnya.
Padahal dengan adanya jalur lingkungan lokal, pihaknya merasa mendapat kesempatan untuk bersaing mencari sekolah negeri. Apalagi selama ini untuk menjadi murid di SMAN 4 Denpasar tergolong sulit karena bersaing. “Mungkin saya tidak berpengaruh ‘kali ya, sebagai masyarakat biasa. Tapi kalau begini caranya, apa ini jalur zonasi atau jatah?” ucapnya.
Tak habis akal, Eli dan suaminya langsung mempertanyakan ke kepala Desa Tegala Harum. Namun sayangnya, Kepala Desa Tegal Harum I Wayan Sunarta tidak ada di rumah dari pagi sampai sore. Puncaknya, Eli akhirnya meluapkan kekecewaannya di media sosial facebook dengan akun atas nama Eli Yanti, hingga menuai berbagai macam komentar.
Sementara NusaBali sempat menghubungi nomor telepon Kades Tegal Harum I Wayan Sunarta, namun tidak ada jawaban. Kepala SMAN 4 Denpasar I Wayan Rika, juga sempat disambangi ke sekolah namun tidak ada di tempat. Pun saat coba dihubungi, nomor yang dihubungi tidak aktif.
Di tempat berbeda, pengumuman hasil seleksi di SMPN 1 Denpasar, Sabtu kemarin, juga menuai kekecewaan orangtua calon siswa. Khaidir Noval Gibran, juara pencak silat tak lolos di SMPN 1 Denpasar. Nurul Haidah, ibu Gibran saat itu datang membawa sertifikat yang diraih anaknya. “Saya pagi-pagi datang ke sini, lihat papan pengumuman terus tak ada nama anak saya. Gibran langsung nangis dan saya lemas,” ceritanya.
Nurul pun memperlihatkan piagam yang berhasil diraih Gibran, di antaranya Juara I Kelas A Putra Walikota Cup XVI Denpasar 2015. Yang paling membanggakan, Gibran berhasil meraih Juara 1 Kela A Putra Tingkat SD di Jakarta Open Pencak Silat Championship 2017, Juara 1 Kelas A Putra Tingkat SD, dan Kejuaraan Pencak Silat UNJ Open antar pelajar tingkat SD, SMP, SMA. Selain itu Juara I Tanding Kelas A Putra kejuaraan Pencak Silat Pendekar Cup XVIII 2016 PSPS Bakti Negara Kota Denpasar, dan Juara I Kelas A Putra Pekan Olahraga Pelajar (Porjar) Kota Denpasar.
Meski menurut pengakuan guru penguji yang didengarnya, Gibran berhasil mendapat nilai tertinggi, namun ternyata anaknya tidak ada dalam daftar hasil seleksi PPDB SMPN 1 Denpasar jalur prestasi. “Saya langsung mencari kepala sekolah dan bertanya kenapa anak saya tidak lolos. Kasek hanya menjawab itu wewenang penguji,” tuturnya.
“Saat saya antar waktu ujian, saya lihat orangtua dan peserta tak ada yang bawa piagam. Ada yang membawa piagam walikota cup. Anak saya juga punya. Sebenarnya saya terima saja. Tapi, ipar saya yang juga pelatih silat tak terima,” imbul Nurul.
Kepala SMPN 1 Denpasar AA Gede Rimbya, menerangkan, hasil ujian pencak silat, ada yang nilainya lebih besar dari Gibran. Pihaknya mengaku pasti memilih yang lebih baik. “Namanya orangtua kan pasti mengatakan anaknya yang terbaik. Rankingnya di bawah dia. Dia kan tidak tahu, dikira dia saja yang terbaik,” ujarnya.
Disinggung mengenai hasil ujian Pencak Silat dan nilai-nilai para peserta, Rimbya mengaku itu tak bisa dipublikasikan, karena hal tersebut bersifat rahasia. Sementara dia memberikan solusi kepada Gibran harus sekolah di SMP yang lain terlebih dahulu dan setelah enam bulan baru bisa pindah. *in
1
Komentar