Natih dan Pokat Melambungkan Nama Made Adryan
Pasca Sukses Tampil di Indonesia’s Got Talent
GIANYAR, NusaBali - Seniman, termasuk seniman Bali, punya banyak momen untuk melambungkan nama hingga dikenal luas oleh publik. Ada yang terkenal melalui nama panggung, tampilan fenomenal, peran, karakter diri, dan lain-lain.
Namun ujung-ujung ketenaran terbaik pada diri seniman adalah karya-karya atau tampilan hingga membuat penonton terpukau. Berkat karya dan tampilan, nama seniman melekat dalam ingatan publik.
Buah dari proses kesenimanan seperti itu membiak manis pada diri seniman ventriloquis, I Made Adryanata alias Adryan, 23. Perlahan namun pasti, nama Adryan makin 'terbang'. Tak hanya sekadar suntuk berkesenian, dia juga berhasil melahirkan sosok baru di luar dirinya, yakni karya-karya berupa puppet (boneka/wayang tiga dimensi). Puppet tersebut, antara lain, Natih (naga putih), Pokat (pocong coklat), Mona, dan Suasana. Publik merekatkan nama Adryan dengan nama-nama puppet-puppet tersebut karena dia salah seorang penampil individu yang berhasil menggetarkan panggung Indonesia’s Got Talent (IGT) 2023 di RCTI, beberapa waktu lalu. Dia bertengger di posisi Top 10 IGT.
Buah dari proses kesenimanan seperti itu membiak manis pada diri seniman ventriloquis, I Made Adryanata alias Adryan, 23. Perlahan namun pasti, nama Adryan makin 'terbang'. Tak hanya sekadar suntuk berkesenian, dia juga berhasil melahirkan sosok baru di luar dirinya, yakni karya-karya berupa puppet (boneka/wayang tiga dimensi). Puppet tersebut, antara lain, Natih (naga putih), Pokat (pocong coklat), Mona, dan Suasana. Publik merekatkan nama Adryan dengan nama-nama puppet-puppet tersebut karena dia salah seorang penampil individu yang berhasil menggetarkan panggung Indonesia’s Got Talent (IGT) 2023 di RCTI, beberapa waktu lalu. Dia bertengger di posisi Top 10 IGT.
Foto: I Made Adryanata bersama puppet Natih (naga putih). -IST
‘’Pasca di IGT itu, saya dapat gambaran bahwa penonton umumnya lebih suka pada Natih. Katanya, Natih ini lebih lucu, unik, atraktif. Tapi, penonton yang punya jiwa-jiwa pengkaji seni, lebih suka dengan Pokat. Katanya, lebih ekspresif, lebih hidup, seperti manusia sungguhan,’’ ujar sarjana IKJ (Institut Kesenian Jakarta) ini, saat ditemui di rumahnya, Banjar Pujung Kaja, Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Rabu (16/8/2023).
Adryan mengaku tidak mau membeda-bedakan antara puppet satu dengan yang lain. Karena semua puppet yang ditampilkan itu adalah terbaik buat dirinya hingga bisa tampil maksimal di panggung IGT. Dia menyadari bahwa sebuah puppet adalah sosok ‘sahabat’ personifikatif. Karena ia (puppet), meskipun hanya boneka biasa, bahkan benda mati. Namun, saat dimainkan di panggung, puppet itu jadi ‘berjiwa’ dan ‘hidup’ sebagaimana dirasakan oleh para juri dan penonton di IGT 2023. ‘’Seperti pada seniman umumnya, apa pun yang ditampilkan, muaranya selalu ada pada otoritas penonton. Penonton punya hak apresisatif tersendiri untuk menilai seni yang disimak. Begitu juga juri,’’ ujarnya.
Apa rahasia puppet hingga bisa menggetarkan panggung IGT? Adryan dengan jujur mengatakan, dalam seni modern, terlebih ventriloquis, hampir tidak ada hasil yang didapat dengan kebetulan. Umumnya, antara hoki, keberuntungan hingga meraih decak kagum panonton, jika di Bali disebut taksu pragina (energi batin seniman) karena ada faktor niskala.
Namun untuk dirinya, dia sependapat dengan pandangan bahwa taksu tak serta-merta muncul hanya karena mapinunas (mohon anugerah). Jauh melampaui itu. Sebagaimana dia pahami dari jejak-jejak para seniman tua zaman ilu (dulu). Caranya, seniman membekali diri dari rekam jejak berkesenian yang relatif panjang dan konsisten. Karena Tuhan mustahil menghadiahkan sesuatu kepada manusia, jika manusia itu sendiri tidak mau memperjuangkan apa yang diinginkan. ‘’Intinya, dari pemahaman itu, saya terus-menerus berlatih. Jangan henti belajar dan berdoa. Mulai dari konsep seni, pemilihan dan penguasaan materi, formulasi dengan skrips yang utuh, pemetaan panggung, hingga celah reportoar, dan lain-lain,’’ ujar putra pasangan I Nyoman Cendikiawan – Ni Putu Sutrepti ini.
Untuk seni ventriloquis, Adryan mengaku tak berani bermain dalam ‘wilayah’ hoki-hokian di panggung, sebagaimana misalnya pada tampilan seni Topeng Bondres di Bali. Persoalannya, bukan pada keyakinan dan ketidakpercayaan untuk tampil di panggung. Tapi, lebih pada penanaman sistem ajaran seni pada diri. Sejurus dengan itu, Adryan sangat berpegang teguh pada nilai-nilai kesenimanan yang seturut diajarkan dalam setiap perkuliahan di IKJ. Strateginya, setiap tampilan seni mesti didasari konsep yang jelas, kuat, terlatih, dan otentik.
Strategi berkesenian itu pula berlaku sangat ketat ketika memasuki hajatan seni IGT. Pascalolos audisi, daya kreativitas seni Adryan benar-benar ‘dikawinkan’ melalui tata aturan yang berlaku di panggung IGT yang sedemikian ketat dan pakem. Bentuknya, sebelum sebuah karya seni tampil live di panggung layar kaca itu, sedikitnya dua kali mesti ditampilkan di depan tim kreatif atau sutradara. Selanjutnya, hasil tampilan itu dinilai tim, diberikan pendapat, masukan, sedikit perubahan, dan lain-lain. ‘‘Karena tim kreatif IGT ini tak berani main risiko di pentas live. Apalagi hanya andalkan hoki-hokian untuk dapat lucu,’’ jelasnya.
Sejurus dengan kegigihan berlatih seni, sebagai seniman muda Bali berbasis kearifan tradisi, adat, budaya, dan agama Hindu Bali, Adryan sangat meyakini kehadiran energi Sanghyang Aji Taksu. Karena, terbukti ada banyak plot-plot dialog puppet yang dimainkan di IGT berhasil memancing selera ekspresif penonton yang tanpa nyana. Bahkan, banyak geer, decak tawa, kekaguman, bahkan keprihatinan, hingga ketegangan yang menggempar di luar ekspektasi. Syukurnya, semua itu masih dalam dimensi estetik (bernilai seni), menghibur, tanpa mengurangi nilai-nilai rasionalitas dan etika sosial masyarakat kekinian. ‘’Walaupun hanya soal dunia gaib, berupa pocong. Tapi dalam performance dan dialog puppet ini, saya harus sintesakan dengan dinamika sosial kekinian,’’ tegasnya.
Adryan mengaku makin tertantang untuk menggemakan seni ventriloquis. Masalahnya, seni ini relatif baru dan tak banyak orang tahu, terutama di Indonesia. Bahkan, dari beberapa penonton seni ini di Bali, ada yang menduga Adryan mengisi suara permainan puppetnya dengan hasil rekaman. Hal itu dimaklumi karena ada banyak dialog puppet dengan suara berbeda-beda, tanpa posisi bibir berucap karena efek ventriloquis.
Penempaan talenta seni Adryan makin membuahkan hasil, yakni apresiasi mendalam dari para sahabat seni, pihak akademika IKJ, keluarga, dan masyarakat. Kini, dia menjalani kontrak manggung dengan manajemen RCTI, diawali untuk mengisi acara live puncak ulang tahun RCTI, 23 Agustus 2023. 7i nyoman wilasa
Adryan mengaku tidak mau membeda-bedakan antara puppet satu dengan yang lain. Karena semua puppet yang ditampilkan itu adalah terbaik buat dirinya hingga bisa tampil maksimal di panggung IGT. Dia menyadari bahwa sebuah puppet adalah sosok ‘sahabat’ personifikatif. Karena ia (puppet), meskipun hanya boneka biasa, bahkan benda mati. Namun, saat dimainkan di panggung, puppet itu jadi ‘berjiwa’ dan ‘hidup’ sebagaimana dirasakan oleh para juri dan penonton di IGT 2023. ‘’Seperti pada seniman umumnya, apa pun yang ditampilkan, muaranya selalu ada pada otoritas penonton. Penonton punya hak apresisatif tersendiri untuk menilai seni yang disimak. Begitu juga juri,’’ ujarnya.
Apa rahasia puppet hingga bisa menggetarkan panggung IGT? Adryan dengan jujur mengatakan, dalam seni modern, terlebih ventriloquis, hampir tidak ada hasil yang didapat dengan kebetulan. Umumnya, antara hoki, keberuntungan hingga meraih decak kagum panonton, jika di Bali disebut taksu pragina (energi batin seniman) karena ada faktor niskala.
Namun untuk dirinya, dia sependapat dengan pandangan bahwa taksu tak serta-merta muncul hanya karena mapinunas (mohon anugerah). Jauh melampaui itu. Sebagaimana dia pahami dari jejak-jejak para seniman tua zaman ilu (dulu). Caranya, seniman membekali diri dari rekam jejak berkesenian yang relatif panjang dan konsisten. Karena Tuhan mustahil menghadiahkan sesuatu kepada manusia, jika manusia itu sendiri tidak mau memperjuangkan apa yang diinginkan. ‘’Intinya, dari pemahaman itu, saya terus-menerus berlatih. Jangan henti belajar dan berdoa. Mulai dari konsep seni, pemilihan dan penguasaan materi, formulasi dengan skrips yang utuh, pemetaan panggung, hingga celah reportoar, dan lain-lain,’’ ujar putra pasangan I Nyoman Cendikiawan – Ni Putu Sutrepti ini.
Untuk seni ventriloquis, Adryan mengaku tak berani bermain dalam ‘wilayah’ hoki-hokian di panggung, sebagaimana misalnya pada tampilan seni Topeng Bondres di Bali. Persoalannya, bukan pada keyakinan dan ketidakpercayaan untuk tampil di panggung. Tapi, lebih pada penanaman sistem ajaran seni pada diri. Sejurus dengan itu, Adryan sangat berpegang teguh pada nilai-nilai kesenimanan yang seturut diajarkan dalam setiap perkuliahan di IKJ. Strateginya, setiap tampilan seni mesti didasari konsep yang jelas, kuat, terlatih, dan otentik.
Strategi berkesenian itu pula berlaku sangat ketat ketika memasuki hajatan seni IGT. Pascalolos audisi, daya kreativitas seni Adryan benar-benar ‘dikawinkan’ melalui tata aturan yang berlaku di panggung IGT yang sedemikian ketat dan pakem. Bentuknya, sebelum sebuah karya seni tampil live di panggung layar kaca itu, sedikitnya dua kali mesti ditampilkan di depan tim kreatif atau sutradara. Selanjutnya, hasil tampilan itu dinilai tim, diberikan pendapat, masukan, sedikit perubahan, dan lain-lain. ‘‘Karena tim kreatif IGT ini tak berani main risiko di pentas live. Apalagi hanya andalkan hoki-hokian untuk dapat lucu,’’ jelasnya.
Sejurus dengan kegigihan berlatih seni, sebagai seniman muda Bali berbasis kearifan tradisi, adat, budaya, dan agama Hindu Bali, Adryan sangat meyakini kehadiran energi Sanghyang Aji Taksu. Karena, terbukti ada banyak plot-plot dialog puppet yang dimainkan di IGT berhasil memancing selera ekspresif penonton yang tanpa nyana. Bahkan, banyak geer, decak tawa, kekaguman, bahkan keprihatinan, hingga ketegangan yang menggempar di luar ekspektasi. Syukurnya, semua itu masih dalam dimensi estetik (bernilai seni), menghibur, tanpa mengurangi nilai-nilai rasionalitas dan etika sosial masyarakat kekinian. ‘’Walaupun hanya soal dunia gaib, berupa pocong. Tapi dalam performance dan dialog puppet ini, saya harus sintesakan dengan dinamika sosial kekinian,’’ tegasnya.
Adryan mengaku makin tertantang untuk menggemakan seni ventriloquis. Masalahnya, seni ini relatif baru dan tak banyak orang tahu, terutama di Indonesia. Bahkan, dari beberapa penonton seni ini di Bali, ada yang menduga Adryan mengisi suara permainan puppetnya dengan hasil rekaman. Hal itu dimaklumi karena ada banyak dialog puppet dengan suara berbeda-beda, tanpa posisi bibir berucap karena efek ventriloquis.
Penempaan talenta seni Adryan makin membuahkan hasil, yakni apresiasi mendalam dari para sahabat seni, pihak akademika IKJ, keluarga, dan masyarakat. Kini, dia menjalani kontrak manggung dengan manajemen RCTI, diawali untuk mengisi acara live puncak ulang tahun RCTI, 23 Agustus 2023. 7i nyoman wilasa
1
Komentar