Perbaikan Pura Jagatnatha Tinggal Atap dan Finishing
DENPASAR, NusaBali - Progres perbaikan Pura Jagatnatha Denpasar sampai saat ini mencapai 65 persen. Bahkan saat ini tinggal pengerjaan kayu, atap, dan finishing untuk mengantisipasi musim hujan.
Pantauan di lapangan, beberapa tukang terlihat melakukan finishing pembuatan kori agung dan beberapa menyelesaikan candi bentar.
Kepala Dinas Perkim Kota Denpasar Gede Cipta Sudewa, Minggu (20/8), mengatakan hingga saat ini progress perbaikan ini sudah mencapai 65 persen. Saat ini pengerjaan tinggal pada penggarapan bangunan yang menggunakan kayu dan atap. Selain itu juga finishing candi bentar dan kori agung Pura Jagatnatha.
“Terjadi deviasi 8 persen, dari target yang seharusnya 57 persen. Yang digarap selanjutnya adalah atap bale pesantian, bale pesandekan, gedong simpen, bale pawedan, bale gong, bale pepelik, bale kukul, kori agung, dan candi bentar finishing,” kata Cipta Sudewa.
Cipta Sudewa menyebut, pengerjaan candi bentar yang memakan waktu cukup lama. Dimana dibutuhkan waktu 2 hingga 3 bulan untuk pengerjaan candi bentar ini. Terkait dengan cuaca hujan, pihaknya melakukan strategi dalam pengerjaannya.
“Kami kerjakan yang tidak kena hujan seperti kayu, juga arsitektur yang boleh kena hujan seperti kolam. Sementara untuk ukiran dan prada akan kami tutup terpal dalam pengerjaannya saat musim hujan tiba,” imbuhnya.
Pekerja yang dilibatkan dalam penggarapan Pura Jagatnatha hingga 60 orang. Mereka terbagi dalam kelompok, seperti pengerjaan tembok penyengker dan bangunan 40 orang, pembuatan candi bentar 10 orang, dan kolam 10 orang.
Perbaikan Pura Jagatnatha ini sudah dimulai sejak Maret 2023 lalu dengan prosesi ngeruak pada 24 Maret 2023. Dari semua pelaksanaan perbaikan tersebut, bangunan padmasana dibiarkan utuh seperti semula karena memiliki nilai historis. Selain itu, bale pawaregan dan perpustakaan juga tak diperbaiki. Sedangkan bangunan lainnya semua dipugar dan diperbaiki total.
“Untuk bangunan mayor kami menggunakan bata merah Tulikup yang kelas satu. Merah sebagai lambang Bhatara Brahma. Sementara ornamen akan menggunakan gaya khas bebadungan,” kata Cipta Sudewa.
Areal depan Pura Jagatnatha yang selama ini digunakan parkir akan ditinggikan dan parkir digeser ke depan Museum Bali. Selain perbaikan bangunan yang ada, ada juga penambahan bale pesantian dan bale pawedaan diperlebar dengan konsep Tri Sadakha sehingga bisa tiga sulinggih sekaligus. 7 mis
Kepala Dinas Perkim Kota Denpasar Gede Cipta Sudewa, Minggu (20/8), mengatakan hingga saat ini progress perbaikan ini sudah mencapai 65 persen. Saat ini pengerjaan tinggal pada penggarapan bangunan yang menggunakan kayu dan atap. Selain itu juga finishing candi bentar dan kori agung Pura Jagatnatha.
“Terjadi deviasi 8 persen, dari target yang seharusnya 57 persen. Yang digarap selanjutnya adalah atap bale pesantian, bale pesandekan, gedong simpen, bale pawedan, bale gong, bale pepelik, bale kukul, kori agung, dan candi bentar finishing,” kata Cipta Sudewa.
Cipta Sudewa menyebut, pengerjaan candi bentar yang memakan waktu cukup lama. Dimana dibutuhkan waktu 2 hingga 3 bulan untuk pengerjaan candi bentar ini. Terkait dengan cuaca hujan, pihaknya melakukan strategi dalam pengerjaannya.
“Kami kerjakan yang tidak kena hujan seperti kayu, juga arsitektur yang boleh kena hujan seperti kolam. Sementara untuk ukiran dan prada akan kami tutup terpal dalam pengerjaannya saat musim hujan tiba,” imbuhnya.
Pekerja yang dilibatkan dalam penggarapan Pura Jagatnatha hingga 60 orang. Mereka terbagi dalam kelompok, seperti pengerjaan tembok penyengker dan bangunan 40 orang, pembuatan candi bentar 10 orang, dan kolam 10 orang.
Perbaikan Pura Jagatnatha ini sudah dimulai sejak Maret 2023 lalu dengan prosesi ngeruak pada 24 Maret 2023. Dari semua pelaksanaan perbaikan tersebut, bangunan padmasana dibiarkan utuh seperti semula karena memiliki nilai historis. Selain itu, bale pawaregan dan perpustakaan juga tak diperbaiki. Sedangkan bangunan lainnya semua dipugar dan diperbaiki total.
“Untuk bangunan mayor kami menggunakan bata merah Tulikup yang kelas satu. Merah sebagai lambang Bhatara Brahma. Sementara ornamen akan menggunakan gaya khas bebadungan,” kata Cipta Sudewa.
Areal depan Pura Jagatnatha yang selama ini digunakan parkir akan ditinggikan dan parkir digeser ke depan Museum Bali. Selain perbaikan bangunan yang ada, ada juga penambahan bale pesantian dan bale pawedaan diperlebar dengan konsep Tri Sadakha sehingga bisa tiga sulinggih sekaligus. 7 mis
1
Komentar