'Spreading Vines' Merambat Jadi Harmoni
Pameran Mahendra Mangku di Komaneka Ubud
GIANYAR, NusaBali - Kehidupan itu sesungguhnya nyata nan damai. Memang, kerap bertebar perbedaan pandangan, pro-kontra, bahkan konflik Namun, semua itu hanya sebuah bunga-bunga dari realitas kehidupan yang amat dinamis.
Perupa I Made Mahendra Mangku alias Mahendra Mangku mengungkapkan pemaknaan tentang kedamaian hidup itu melalui pameran lukisannya ‘Spreading Vines’ di Komaneka Fine Art Gallery, Jalan Monkey Forest, Ubud, Gianyar, Minggu (20/8).
Pameran dibuka oleh Owner Komaneka Fine Art Gallery Koman Wahyu Suteja itu akan berlangsung sampai sebulan ke depan. Pembukaan pameran diisi bincang seni oleh Mahendra Mangku dan penarasi pameran Dewa Gde Purwita Sukahet.
Purwita Sukahet mencatatkan karya Mahendra Mangku sebagai ungkapkan imanijasi tentang realitas kehidupan sosial yang sedemikian ritmis dan kompleks. Ada semacam pendekatan ekologis. Karena ‘Spreading Vines’ sebagai metafor tentang bagaimana sebuah tanaman yang hidupnya menjalari berbagai media rambat. Pergerakan tumbuhnya adalah sesuatu yang natural melalui sifat organiknya. Ketika tanaman itu mengisi celah-celah ruang pada media rambatnya, maka tanaman tersebut merambat dan menjalar dengan daya hidupnya. Semua akan membentuk komposisi alami.
Dengan metafor itu, Mahendra Mangku melihat bahwa keharmonisan terjadi akibat adanya benturan, pertentangan, bahkan ketegangan, yang berjalan beriringan dan saling mengisi. ‘’Maka, keadaan itu seperti tanaman yang merambat secara organik hingga membentuk suatu persepsi yang berjalan beriringan,’’ jelasnya.
Menurut Purwita Sukahet, perupa asal Banjar Tebuana Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar ini, mengalami dan kemudian mengamati fenomena-fenomena kehidupan sosial-budaya masyarakat sekitar. Di dalamnya selalu ada sajian pro dan kontra hingga hadir menjadi lingkaran kehidupan masyarakat. Narasi-narasi pertentangan, sebagaimana terkonsepsikan dalam oposisi biner, hadir saling melengkapi dan tak terpisahkan. Sebab ia adalah kesatuan realitas, pro dan kontra keduanya merambati realita kehidupan sosial-budaya. Keduanya berdampingan menuju satu wujud harmonisasi.
Fenomena atau realitas yang dialami dan diamati tersebut dipahami Mahendra Mangku sebagai relasi terhadap unsur harmoni dalam lukisan abstrak. Antara lain, bagaimana percampuran warna terjadi secara organik melalui konteks medium cat air. Inti yang tak kalah esensial, bagaimana warna membentuk komposisinya secara natural dengan
belobor. Dimana meluasnya sesuatu yang bersifat cair baik berupa tinta atau warna pada kertas atau kain. Ini sebagai fakta yakni merambatnya pigmen warna di dalam permukaan suatu bidang yang disebabkan oleh bentuk kecelakaan saat penggunaan. Fenomena ini bersifat atau dapat dipandang sebagai sesuatu yang merusak, namun menyemburkan aspek estetik. Uniknya, estetika itu muncul tanpa kesengajaan dan seturut kemudian disadari sebagai sebuah kekuatan.
Dalam pameran tersebut terungkap bahwa Mahendra Mangku mewujudkan karya - karya lukisannya melalui harmoni atas kekuatan tiga aspek penting, yakni pikiran, tangan, dan rasa. Harmonisasi tercapai karena titik keseimbangan trilogi tersebut larut bersamaan menuju rencana yang telah dirancang secara klise di dalam pikiran. Imaji-imaji yang hadir melalui pikirannya itu dinyatakan sebagai rancangan kasar, namun harus dinyatakan melalui tindakan hingga menjadi lukisan. ‘’Dengan kata lain, peran mata dan rasa, membuahkan sesuatu yang tidak kalah penting hingga mencapai kesatuan harmoni,’’ ujarnya.
Koman Wahyu Suteja menyampaikan, dalam ‘Spreading Vines’ ini, Mahendra Mangku menghadirkan 48 karya lukis cat air. Menurutnya, lukisan-lukisan ini kemudian menjadi media untuk menyuguhkan bagaimana harmonisasi terjadi melalui sublimasi atas pemahamannya tentang lingkar pro-kontra kehidupan sosial budaya masyarakat. Hal itu terhubung atas efek-efek visual melukis abstrak.7lsa
1
Komentar