Potret Kematangan Budidaya Stroberi dari Hulu ke Hilir
Berkeliling di Wiwanda Agro Wisata Stroberi Desa Pancasari, Sukasada, Buleleng
Metode budidaya rumah kaca yang digunakan, meskipun lebih mahal, namun metode ini lebih aman dari gempuran cuaca, tertata dan juga lebih kebal hama penyakit
SINGARAJA, NusaBali
Buah stroberi ranum berwarna merah berjejer menggelayut di pohon induknya. Buah-buah mungil ini menggoda setiap pengunjung yang datang. Ribuan buah stroberi di Rumah Kaca Wiwanda Agro menunggu giliran dipetik dan dinikmati perpaduan segar rasa asam dan manis.
Wiwanda Agro Wisata merupakan salah satu dari puluhan tempat budidaya buah strober yang ada di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Ada sebanyak 15 varietas yang dikembangkan. Namun hanya 4 jenis stroberi yang menjadi primadona pengunjung. Sachinoka stroberi asal Jepang menduduki peringkat teratas. Buah jenis ini paling disenangi karena rasanya termanis. Meskipun dari segi fisik tidak menarik karena ukurannya kecil dan warna pucat. Jenis Sachinoka ini pun menjadi andalan dan kebanggaan karena hanya ada di Wiwanda Agro.
Buah stroberi ranum berwarna merah berjejer menggelayut di pohon induknya. Buah-buah mungil ini menggoda setiap pengunjung yang datang. Ribuan buah stroberi di Rumah Kaca Wiwanda Agro menunggu giliran dipetik dan dinikmati perpaduan segar rasa asam dan manis.
Wiwanda Agro Wisata merupakan salah satu dari puluhan tempat budidaya buah strober yang ada di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Ada sebanyak 15 varietas yang dikembangkan. Namun hanya 4 jenis stroberi yang menjadi primadona pengunjung. Sachinoka stroberi asal Jepang menduduki peringkat teratas. Buah jenis ini paling disenangi karena rasanya termanis. Meskipun dari segi fisik tidak menarik karena ukurannya kecil dan warna pucat. Jenis Sachinoka ini pun menjadi andalan dan kebanggaan karena hanya ada di Wiwanda Agro.
Saingan terberatnya yakni stroberi jenis jumbo Bali. Varietas stroberi ini merupakan varietas asli Pancasari, Bali. Seperti namanya, stroberi ini berukuran besar. Paling besar dibanding jenis lainnya. Bahkan maksimal dapat berkembang sekepal tangan orang dewasa. Pesona varietas ini juga terletak pada warna merah merekahnya yang berkilau.
Sedangkan dua varietas lainnya bernama Sweat Star dan Rosalinda. Kedua varietas ini sangat cocok dengan cuaca dan kontur tanah di Pancasari. Jenis ini menjadi dominan dikembangkan petani stroberi di Pancasari. Meski memiliki rasa lebih asam dibanding Sachinoka dan Jumbo Bali, varietas Rosalinda dan Sweet Start unggul di tekstur buah yang lebih berserat dan padat.
Owner Wiwanda Agro Wisata Stroberi, Gede Adi Mustika, Sabtu (20/8) mengatakan cuaca yang sejuk di kawasan puncak Kabupaten Buleleng ini sudah menjadi kawasan budidaya stroberi sejak puluhan tahun lalu. Cuaca sejuk dan tanah yang subur membuat kawasan Pancasari cocok ditanami apa saja. Dia bercerita memulai budidaya stroberi ini sejak tahun 2013 silam. Tanaman buah yang menjadi idola rasa dalam berbagai produk pangan ini, dipilihnya setelah mencoba budidaya bunga krisan dan paprika.
Namun dia merasa paling berjodoh dengan stroberi. Untuk keberlangsungan usaha jangka panjang ayah 4 anak ini mengambil risiko tinggi, berinvestasi dengan rupiah yang lebih besar. Budidayanya menggunakan sistem rumah kaca. Meskipun lebih mahal, namun metode ini lebih aman dari gempuran cuaca, tertata dan juga lebih kebal hama penyakit. Sebagai pengusaha tulen, Adi sejak awal terus memutar otak untuk keberlangsungan usahanya. Modal besar yang ditanam dan menjadi taruhan masa depan keluarganya, harus berhasil. Rumah kaca budidaya stroberi miliknya ditata dengan apik dan bersih. Di beberapa sudut juga ditanami bunga dan tanaman buah langka. Sudut-sudut ini pun menambah daya tarik pengunjung untuk berswafoto.
Kini rata-rata wisatawan yang datang ke Agro berkisar 80-100 orang per hari. Jumlah kunjungan menjadi 3-5 kali lipat saat puncak libur panjang. Tidak hanya wisatawan lokal yang berkunjung. Tetapi juga wisatawan mancanegara, dari India, Malaysia, China, Arab Saudi, Korea Selatan, Rusia hingga Amerika. “Wisatawan datang setiap hari tidak pernah sepi kecuali saya sedang tutup. Mereka ini dibawa travel-travel agent dan juga driver yang sudah kami ajak kerja sama. Saat ini sudah ada 52 travel dan 3.000 sopir yang kami ajak kerja sama,” kata Adi.
Foto: Salah satu sudut kebun stroberi di rumah kaca Wiwanda Agro. -LILIK SURYA ARIANI
Menjadi Agrowisata yang eksklusif, dia pun tidak ingin mengecewakan pengunjungnya. Setiap pengunjung yang masuk membayar tiket masuk berhak untuk memetik dan makan stroberi sepuasnya. Mereka juga disuguhi segelas jus stroberi segar secara gratis.
Saat memasuki lorong-lorong rumah kaca, pengunjung juga diberikan edukasi kecil terkait buah stroberi. Mereka akan diajak berkeliling untuk mencoba dan membedakan rasa beberapa varietas stroberi yang ada. Semakin bertumbuh dan berkembangnya wisata agro di kawasan Pancasari, membuat Adi Mustika termotivasi menjadikan agro miliknya tetap eksklusif. Terobosan baru yang diluncurkannya tahun ini, dengan memproduksi olahan buah stroberi untuk buah tangan. Saat ini sudah ada 4 varian buah tangan yang disiapkan di meja kasir. Mulai dari buah strober segar kualitas super, selai stroberi, minuman fermentasi dan pizza stroberi.
“Minuman fermentasi ini sebenarnya sudah diproduksi sejak 3 tahun lalu tetapi baru menemukan takaran dan rasa yang pas. Khusus fermentasi ini kami menggunakan sistem pengolahan ala Rusia. Ragi dan serbuk pembening khusus diimpor dari Rusia,” imbuh pria bertato ini. Seluruh keterampilan mengolah buah stroberi didapatkannya melalui pelatihan-pelatihan. Sebagai ikon Agro Wisata di Pancasari, Adi Mustika sering menjadi tempat akademisi di bidang pertanian dan ekonomi untuk melakukan peningkatan kapasitas. Baru-baru ini rumah kacanya didapuk menjadi tempat penelitian dan pelatihan pengolahan buah stroberi menjadi selai istimewa.
“Produk-produk ini kami kembangkan untuk buah tangan pengunjung yang datang. Selain sebagai pengikat emosi dengan pengunjung tentu ini salah satu upaya hilirisasi produk pertanian yang menjadi solusi saat panen raya,” imbuh dia.
Sementara itu untuk menjamin kualitas produk buahnya tetap bagus, Adi Mustika menggunakan lebih banyak pupuk dan nutrisi tanaman organik. Sedangkan untuk memudahkan kerjanya mengelola setengah hektare kebun stroberi dia juga menerapkan teknologi Internet of Thing (IoT) pada jaringan irigasi. Menurutnya teknologi pertanian yang sudah diterapkannya sangat memudahkan dan meringankan kerja. Untuk menyiram seluruh tanaman stroberi di 50 are lahannya hanya memerlukan waktu 30 menit. Inovasi ini pun menjadi solusi, susahnya mencari tenaga kerja.
Hanya saja penggunaan IoT sejauh ini dinilainya belum tepat guna. Terutama pada bagian jaringan penyiraman dari atas yang masih perlu pemantauan manual. Sebab tanaman stroberi tidak cocok jika terlalu banyak kena air. “Karena ini terkoneksi langsung ke handphone, harus menggunakan aplikasi. Kemarin yang sudah terpasang ini aplikasinya berbayar, jadi kami tidak teruskan dan diubah pengendaliannya menggunakan saklar dioperasikan secara manual,” terang dia. 7 k23
1
Komentar