Lahan Kopi Berkurang Puluhan Hektar
SINGARAJA, NusaBali - Budidaya kopi salah satu komoditas unggulan Kabupaten Buleleng. Luasan tanam kopi di Buleleng pun terbesar di Bali. Hanya saja, puluhan hektare kebun kopi di Buleleng berkurang dan beralih ke komoditas lain.
Data Dinas Pertanian Buleleng, ada dua varietas kopi yang dikembangkan oleh petani di Buleleng. Yakni kopi arabika dan robusta. Pengembangan kopi arabika cukup stabil. Luas tanam kopi arabika tahun 2021 dan 2022 tidak bergeser, yakni 2.854 hektare dengan produktivitas 1.106 ton.
Pengurangan lahan terjadi pada varietas kopi robusta. Pada tahun 2021 jumlah luasan tanam kopi robusta di Buleleng mencapai 10.307 hektare dengan jumlah produksi 5.308 ton. Sedangkan pada tahun 2022 lalu berkurang menjadi 10.272 hektare dengan jumlah produksi 5.255 ton.
Kepala Bidang Perkebunan Made Agus Adnyana seizin Kadis Pertanian I Made Sumiarta menyebut ada pengurangan lahan kopi 95 hektare selama setahun. Namun pengurangan lahan itu dialihkan petani dengan menanam komoditi lainnya seperti durian dan manggis.
“Pengurangan lahan kopi hanya diganti dengan komoditas lain itu terdata ada di Desa Unggahan, Gunung Sari dan di Desa Mayong Kecamatan Seririt,” ucap Agus Adnyana.
Pengurangan lahan terjadi pada varietas kopi robusta. Pada tahun 2021 jumlah luasan tanam kopi robusta di Buleleng mencapai 10.307 hektare dengan jumlah produksi 5.308 ton. Sedangkan pada tahun 2022 lalu berkurang menjadi 10.272 hektare dengan jumlah produksi 5.255 ton.
Kepala Bidang Perkebunan Made Agus Adnyana seizin Kadis Pertanian I Made Sumiarta menyebut ada pengurangan lahan kopi 95 hektare selama setahun. Namun pengurangan lahan itu dialihkan petani dengan menanam komoditi lainnya seperti durian dan manggis.
“Pengurangan lahan kopi hanya diganti dengan komoditas lain itu terdata ada di Desa Unggahan, Gunung Sari dan di Desa Mayong Kecamatan Seririt,” ucap Agus Adnyana.
Secara umum lahan kopi di Buleleng cukup stabil dengan dominasi kopi robusta. Dinas Pertanian Buleleng sejauh ini terus melakukan pendampingan kepada petani. Terutama dalam pengendalian hama penyakit dan cara berbudidaya yang baik dan benar.
“Sekolah lapang salah satu cara kami mengedukasi petani kopi. Tidak hanya diberikan pengetahuan cara berbudidaya yang baik, cara memelihara tanaman kopi mereka, tetapi juga mengidentifikasi usaha tani mereka apakah sudah mendatangkan keuntungan atau tidak,” imbuh dia.
Hasil sekolah lapang yang terselenggara ini akan dijadikan acuan petani mengevaluasi budidaya yang dilakukan kedepannya untuk lebih efektif dan efisien. Sejumlah Kelompok Tani Ternak (KTT) yang menggeluti kopi juga terus didorong untuk pengembangan usaha produk olahan, untuk meningkatkan nilai jual.7 k23
1
Komentar