Kebun Kopi Dikembalikan di Pancasari dan Wanagiri
Lahan semusim seperti bunga dan sayuran akan dikembalikan sebagai lahan kopi yang sekaligus mengantisipasi bencana longsor.
SINGARAJA, NusaBali
Wacana untuk mengembalikan sejumlah lahan di Pancasari dan Wanagiri dari lahan semusim menjadi kebun kopi akan direalisasikan tahun ini. Pemkab Buleleng melalui Dinas Pertaniannya sudah menyiapkan puluhan ribu bibit kopi arabika yang siap ditanam di 40 hektare lahan pertanian yang ada di Banjar Dinas Dasong, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Nyoman Swatantra, Minggu (2/7). Pengembalian lahan ke kebun kopi tersebut dipandang perlu dilakukan berdasarkan bencana yang sering terjadi baik tanah longsor dan banjir di wilayah puncak Buleleng. Hal tersebut pun dikatakan disebabkan salah satunya oleh pengalihan lahan yang dulunya kopi menjadi lahan semusim seperti bunga dan sayuran yang dapat dipanen sepanjang tahun.
“Dari hasil evaluasi dan pertemuan dengan beberapa Kelian banjar dan kelompok tani yang baru menyanggupi untuk dikembalikan lagi ke perkebunan kopi baru yang di Dasong, sedangkan yang lainnya masih fokus di tanaman semusim,” kata dia.
Untuk merangsang dan mendukung niat penyelamatan alam dari warga Dasong, Pemkab Buleleng pun sudah menyiapkan 60 ribu pohon bibit kopi arabika. Bibit tersebut pun akan diberikan cuma-cuma kepada petani yang sudah bersedia mengembalikan lahan pertaniannya menjadi perkebunan kopi.
Bahkan persiapan untuk waktu tanam yang akan dilaksanakan pada akhir tahun mendatang sudah dimulai dengan langkah sosialisasi. Swatantra menjelaskan selanjutnya pengembalian perkebunan kopi itu akan menyasar daerah lain di kawasan perbukitan Buleleng. Mengingat selama ini dari sejumlah bencana yang terjadi dinyatakan banyak lahan di sekitarnya yang mengalami perubahan vegetasi.
Sehingga tanah yang dahulu kuat dipegang oleh tanaman orologis seperti kopi menjadi rentan longsor dan banjir saat ditanami tanaman semusim.
Dengan upaya pengembalian lahan perkebunan kopi diharapkan kelestarian alam dimasa yang akan datang dapat terjaga. Swatantra pun menegaskan bahwa petani yang memilih menyanggupi mengembalikan lahan pertaniannya menjadi kebun kopi masih dapat memanfaatkan lahan untuk ditanami tanaman semusim. “Masih bisa ditanami bunga pecah seribu dibawah kopi tinggal diatur jarak tanamnya, sehingga selain menjaga alam petani juga dapat memetik hasil ganda,” kata dia.
Sementara itu bagi sejumlah wilayah yang belum ada kesanggupan pengembalian lahan, pihaknya terus melakukan arahan teknis penananam, kelestarian lahan, pengarahan pembuatan terasering, teras individu dan guludan untuk mengantisipasi longsor. *k23
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Nyoman Swatantra, Minggu (2/7). Pengembalian lahan ke kebun kopi tersebut dipandang perlu dilakukan berdasarkan bencana yang sering terjadi baik tanah longsor dan banjir di wilayah puncak Buleleng. Hal tersebut pun dikatakan disebabkan salah satunya oleh pengalihan lahan yang dulunya kopi menjadi lahan semusim seperti bunga dan sayuran yang dapat dipanen sepanjang tahun.
“Dari hasil evaluasi dan pertemuan dengan beberapa Kelian banjar dan kelompok tani yang baru menyanggupi untuk dikembalikan lagi ke perkebunan kopi baru yang di Dasong, sedangkan yang lainnya masih fokus di tanaman semusim,” kata dia.
Untuk merangsang dan mendukung niat penyelamatan alam dari warga Dasong, Pemkab Buleleng pun sudah menyiapkan 60 ribu pohon bibit kopi arabika. Bibit tersebut pun akan diberikan cuma-cuma kepada petani yang sudah bersedia mengembalikan lahan pertaniannya menjadi perkebunan kopi.
Bahkan persiapan untuk waktu tanam yang akan dilaksanakan pada akhir tahun mendatang sudah dimulai dengan langkah sosialisasi. Swatantra menjelaskan selanjutnya pengembalian perkebunan kopi itu akan menyasar daerah lain di kawasan perbukitan Buleleng. Mengingat selama ini dari sejumlah bencana yang terjadi dinyatakan banyak lahan di sekitarnya yang mengalami perubahan vegetasi.
Sehingga tanah yang dahulu kuat dipegang oleh tanaman orologis seperti kopi menjadi rentan longsor dan banjir saat ditanami tanaman semusim.
Dengan upaya pengembalian lahan perkebunan kopi diharapkan kelestarian alam dimasa yang akan datang dapat terjaga. Swatantra pun menegaskan bahwa petani yang memilih menyanggupi mengembalikan lahan pertaniannya menjadi kebun kopi masih dapat memanfaatkan lahan untuk ditanami tanaman semusim. “Masih bisa ditanami bunga pecah seribu dibawah kopi tinggal diatur jarak tanamnya, sehingga selain menjaga alam petani juga dapat memetik hasil ganda,” kata dia.
Sementara itu bagi sejumlah wilayah yang belum ada kesanggupan pengembalian lahan, pihaknya terus melakukan arahan teknis penananam, kelestarian lahan, pengarahan pembuatan terasering, teras individu dan guludan untuk mengantisipasi longsor. *k23
Komentar