Pariwisata Meningkat, Perumda Jaring Pelanggan Baru
MANGUPURA, NusaBali - Seiring dengan menggeliatnya sektor pariwisata, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung, melakukan pengembangan dan pengadaan jaringan pipa induk ke tiga kecamatan yakni Kuta Utara, Kuta, dan Kuta Selatan.
Perbaikan layanan itu karena tiga wilayah tersebut berpotensi menambah ribuan pelanggan baru, sekaligus mengoptimalkan pelayanan kepada pelanggan yang sudah ada.
Direktur Teknik Perumda Air Minum Tirta Mangutama Made Suarsa, mengatakan wilayah Kuta Utara dan Kuta Selatan menjadi kawasan sangat berkembang dari sektor pariwisata. Hal itu tentu saja berpengaruh terhadap keterserapan suplai air bersih. Potensi itu, kata dia, yang tengah dibidik, sehingga kini merancang pembangunan jaringan induk dan penambahan jaringan untuk mempermudah sambungan baru.
“Pembangunan itu akan disinergikan dengan rencana pengembangan infrastruktur yang dilakukan Dinas PUPR Badung. Kami juga sudah melakukan pembahasan dengan Pemda,” kata Suarsa, Selasa (22/8).
Menurut Suarsa, pengembangan dan penambahan jaringan induk telah masuk dalam APBD Perubahan 2023. Ada 10 titik lokasi yang dibangun jaringan induk di Kuta Utara, yaitu Munduk Catu Canggu, Bumbak Kerobokan, Jalan Pererenan Canggu, Kayu Tulang Canggu, Cemagi sampai Greenlot, Jalan Pantai Berawa Tibubeneng, Sri Kahyangan Canggu, Tegal Gundul, Batu Belig, Banjar Kangkang Pererenan.
Suarsa melanjutkan, 10 kawasan tersebut memang belum banyak terdapat pipa induk, karena semula belum begitu berkembang. Namun seiring dengan pesatnya perkembangan wilayah tersebut, maka perlu diakomodir. “Jangan sampai perkembangan pesat itu justru mengarah kepada penggunaan ABT (Air Bawah Tanah), sehingga harus diantisipasi dengan pengadaan dan pengembangan jaringan. Terlebih sesuai aturan baru, penggunaan air Perumda wajib adanya jika terdapat jaringan pipa induk,” jelas Suarsa.
Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Kuta selatan. Namun hal itu lebih dikhususkan untuk pelayanan kepada masyarakat yang sekaligus akomodasi wisata. Sementara untuk pengembangan yang terbesar nilainya berada di kawasan Jalan Dewi Sri Kuta. “Untuk di Kuta Selatan, kawasan yang banyak dilakukan pengembangan adalah di wilayah lingkungan Mumbul Desa Adat Bualu, Desa Adat Ungasan, dan Desa Adat Pecatu. Jadi ini sebagai upaya perbaikan pelayanan kami kepada masyarakat, sekaligus mengakomodir perkembangan pariwisata di sana,” sebut Suarsa.
Dengan penambahan dan pengembangan jaringan diperkirakan ada ribuan pelanggan yang berpotensi akan dilayani Perumda ke depannya. Penambahan dan pengembangan jaringan sudah diperhitungkan. Saat ini Perumda baru menggunakan sebanyak 391 liters per second (lps), sehingga masih mempunyai sekitar 209 lps yang bisa digunakan. “Sedangkan untuk suplai di Badung Selatan, kami sudah melakukan penambahan produksi di IPA Estuari sebanyak 250 lps, yang diharapkan dapat rampung Oktober ini,” kata Suarsa.
“Sekarang kita juga sudah mulai merencanakan agar tahun depan dapat memanfaatkan air di Tukad Mati,” imbuhnya. 7 dar
Direktur Teknik Perumda Air Minum Tirta Mangutama Made Suarsa, mengatakan wilayah Kuta Utara dan Kuta Selatan menjadi kawasan sangat berkembang dari sektor pariwisata. Hal itu tentu saja berpengaruh terhadap keterserapan suplai air bersih. Potensi itu, kata dia, yang tengah dibidik, sehingga kini merancang pembangunan jaringan induk dan penambahan jaringan untuk mempermudah sambungan baru.
“Pembangunan itu akan disinergikan dengan rencana pengembangan infrastruktur yang dilakukan Dinas PUPR Badung. Kami juga sudah melakukan pembahasan dengan Pemda,” kata Suarsa, Selasa (22/8).
Menurut Suarsa, pengembangan dan penambahan jaringan induk telah masuk dalam APBD Perubahan 2023. Ada 10 titik lokasi yang dibangun jaringan induk di Kuta Utara, yaitu Munduk Catu Canggu, Bumbak Kerobokan, Jalan Pererenan Canggu, Kayu Tulang Canggu, Cemagi sampai Greenlot, Jalan Pantai Berawa Tibubeneng, Sri Kahyangan Canggu, Tegal Gundul, Batu Belig, Banjar Kangkang Pererenan.
Suarsa melanjutkan, 10 kawasan tersebut memang belum banyak terdapat pipa induk, karena semula belum begitu berkembang. Namun seiring dengan pesatnya perkembangan wilayah tersebut, maka perlu diakomodir. “Jangan sampai perkembangan pesat itu justru mengarah kepada penggunaan ABT (Air Bawah Tanah), sehingga harus diantisipasi dengan pengadaan dan pengembangan jaringan. Terlebih sesuai aturan baru, penggunaan air Perumda wajib adanya jika terdapat jaringan pipa induk,” jelas Suarsa.
Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Kuta selatan. Namun hal itu lebih dikhususkan untuk pelayanan kepada masyarakat yang sekaligus akomodasi wisata. Sementara untuk pengembangan yang terbesar nilainya berada di kawasan Jalan Dewi Sri Kuta. “Untuk di Kuta Selatan, kawasan yang banyak dilakukan pengembangan adalah di wilayah lingkungan Mumbul Desa Adat Bualu, Desa Adat Ungasan, dan Desa Adat Pecatu. Jadi ini sebagai upaya perbaikan pelayanan kami kepada masyarakat, sekaligus mengakomodir perkembangan pariwisata di sana,” sebut Suarsa.
Dengan penambahan dan pengembangan jaringan diperkirakan ada ribuan pelanggan yang berpotensi akan dilayani Perumda ke depannya. Penambahan dan pengembangan jaringan sudah diperhitungkan. Saat ini Perumda baru menggunakan sebanyak 391 liters per second (lps), sehingga masih mempunyai sekitar 209 lps yang bisa digunakan. “Sedangkan untuk suplai di Badung Selatan, kami sudah melakukan penambahan produksi di IPA Estuari sebanyak 250 lps, yang diharapkan dapat rampung Oktober ini,” kata Suarsa.
“Sekarang kita juga sudah mulai merencanakan agar tahun depan dapat memanfaatkan air di Tukad Mati,” imbuhnya. 7 dar
Komentar