Bergaul dengan Orang Tua untuk Tuntaskan Buta Huruf
Muridnya juga diberikan keterampilan komputer, spa, akuntansi, pajak, yoga, dan kelas Bhagawad Gita.
Putu Dina Yuniarini SE, Ketua Yayasan Widya Sentana, Kerobokan Kaja
KEBANYAKAN orang mungkin menghabiskan masa mudanya untuk jalan-jalan, shopping, dan nongkrong. Sebaliknya, Putu Dina Yuniarini SE, 22, karena ingin mengabdikan diri di dunia pendidikan. Kesehariannya lebih banyak mengurus lembaga pendidikan. Sejak tahun 2015, Dina mendapat amanah mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Widya Sentana serta mengelola Yayasan Widya Sentana sejak tahun 2016. Pergaulannya pun lebih banyak dengan orang yang usianya lebih tua yang mengalami kendala dalam keaksaraan dan pendidikan.
Yayasan Widya Sentana menaungi PKBM yang mengelola kejar paket A, kejar paket B, dan kejar paket C. Juga terdapat keaksaraan atau buta huruf, PAUD, TPA, TBM, LKP (Lembaga Kursus Pelatihan), maupun pesraman. Yayasan Widya Sentana dirintis oleh ibu kandungnya, Luh Putu Asih Karnadi sekitar tahun 2004. Tak hanya mengurus yayasan, anak pertama dari pasangan Drs I Gede Namarupawan MPd dan Luh Putu Asih Karnadi SE Ak MPd ini juga mengajar keaksaraan bagi mereka yang buta huruf atau belum bisa baca tulis. Selain mengajar di Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung, dara kelahiran 19 Juni 1994 juga mengajar di beberapa tempat. Sebab PKBM Widya Sentana memiliki kelas jauh atau bisa disebut desa binaan yang beralamat di Kuta dan Kampial, Kecamatan Kuta Selatan.
Mengabdikan diri pada dunia pendidikan adalah keinginannya. “Banyak orang di luar sana yang mungkin lebih mampu mengurus yayasan di usia muda seperti usia saya saat ini. Hanya saja sedikit orang yang mau mengurus yayasan,” katanya kepada NusaBali, belum lama ini. Awalnya ia sempat ragu terjun di dunia pendidikan. Di benaknya mengurus pendidikan itu ribet karena banyaknya urusan birokrasi dan administrasi. Seiring berjalannya waktu dan berawal dari terjun langsung mengajar buta huruf, timbul keinginannya menuntaskan buta huruf di Kabupaten Badung dan di Provinsi Bali.
Sebelum dipercaya mengurus yayasan, lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Mahendratta ini sudah mengajar di PAUD Sila Kumara dari tahun 2011. Sampai kemudian mengajar di PKBM Widya Sentana, Dina ikut aktif di berbagai kegiatan workshop, seminar, bahkan perlombaan yang diadakan. Sejak terjun langsung mengabdi di dunia pendidikan, Dina bertekad ingin menjadi orang bermanfaat bagi orang lain. Baginya pendidikan sangat penting. “Pendidikan sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup, meski jaman terus berubah tapi pendidikan itu pasti diperlukan bagi setiap insan. Saya pun termotivasi mengabdi di dunia pendidikan,” terang Dina yang kini tengah mengambil Akta Mengajar IV Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun 2017.
Sejak mengelola Yayasan Widya Sentana, Dina telah melakukan berbagai terobosan baru. Seperti memberikan pembelajaran hard skill agar peserta didiknya siap bekerja di lapangan kerja dan mampu bersaing dengan orang-orang yang bersekolah formal. Mereka tidak hanya diberikan mata pelajaran ujian nasional (UN), tapi juga diberikan keterampilan-keterampilan seperti komputer, spa, berbisnis, akuntan pajak, dan keterampilan pencelupan dupa. Seluruh peserta didik juga diberikan keseimbangan jasmani dan rohani dengan yoga dan pengajaran kelas Bhagawad Gita. “Di Badung sedang digalakkan sekolah berbasis Hindu, jadi harus bisa mencuri start untuk menerapkan itu di yayasan,” ungkap Dina.
Tantangan yang dihadapi dalam mengelola yayasan, ia harus lebih banyak kerjasama dengan orang lebih tua. “Kadang canggung, misal untuk mengingatkan jadwal mengajar, memberikan pekerjaan misalnya menyiapkan RPP, silabus, serta soal. Kadang mau berbicara di depan mereka saat rapat canggung juga,” akunya. Tapi syukurlah hal-hal seperti itu tidak mengganggunya. “Balik lagi itu adalah sebuah tugas dan kewajiban. Untungnya sejauh ini bisa saling menghargai tupoksi (tugas pokok dan fungsi),” imbuh Dina. Selain mengajar, ia juga tengah persiapan mengikuti lomba Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) PAUD dan Dikmas Tahun 2017 di Bengkulu pada pertengahan Juli ini.
Walau tergolong muda, Dina yang juga ditunjuk selaku Koordinator Departemen Organisasi & Kaderisasi Gerakan Pemuda Kabupaten Badung (GARDA) Badung, mengajak generasi muda berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. “Jangan takut untuk memulai sesuatu yang baru karena takut gagal. Sebuah kegagalan itu pasti tapi bisa bangkit dan berusaha lagi itu luar biasa. Melakukan sesuatu yang berbeda dari apa yang orang lain bisa lakukan adalah hal yang luar biasa. Tetap melalukan yang terbaik meski sudah bosan dan jenuh. Rasa bosan pasti ada, tapi tetap melalukannya terus-menerus sampai lupa dengan rasa bosan itu,” pesannya. *ari
KEBANYAKAN orang mungkin menghabiskan masa mudanya untuk jalan-jalan, shopping, dan nongkrong. Sebaliknya, Putu Dina Yuniarini SE, 22, karena ingin mengabdikan diri di dunia pendidikan. Kesehariannya lebih banyak mengurus lembaga pendidikan. Sejak tahun 2015, Dina mendapat amanah mengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Widya Sentana serta mengelola Yayasan Widya Sentana sejak tahun 2016. Pergaulannya pun lebih banyak dengan orang yang usianya lebih tua yang mengalami kendala dalam keaksaraan dan pendidikan.
Yayasan Widya Sentana menaungi PKBM yang mengelola kejar paket A, kejar paket B, dan kejar paket C. Juga terdapat keaksaraan atau buta huruf, PAUD, TPA, TBM, LKP (Lembaga Kursus Pelatihan), maupun pesraman. Yayasan Widya Sentana dirintis oleh ibu kandungnya, Luh Putu Asih Karnadi sekitar tahun 2004. Tak hanya mengurus yayasan, anak pertama dari pasangan Drs I Gede Namarupawan MPd dan Luh Putu Asih Karnadi SE Ak MPd ini juga mengajar keaksaraan bagi mereka yang buta huruf atau belum bisa baca tulis. Selain mengajar di Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Badung, dara kelahiran 19 Juni 1994 juga mengajar di beberapa tempat. Sebab PKBM Widya Sentana memiliki kelas jauh atau bisa disebut desa binaan yang beralamat di Kuta dan Kampial, Kecamatan Kuta Selatan.
Mengabdikan diri pada dunia pendidikan adalah keinginannya. “Banyak orang di luar sana yang mungkin lebih mampu mengurus yayasan di usia muda seperti usia saya saat ini. Hanya saja sedikit orang yang mau mengurus yayasan,” katanya kepada NusaBali, belum lama ini. Awalnya ia sempat ragu terjun di dunia pendidikan. Di benaknya mengurus pendidikan itu ribet karena banyaknya urusan birokrasi dan administrasi. Seiring berjalannya waktu dan berawal dari terjun langsung mengajar buta huruf, timbul keinginannya menuntaskan buta huruf di Kabupaten Badung dan di Provinsi Bali.
Sebelum dipercaya mengurus yayasan, lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Mahendratta ini sudah mengajar di PAUD Sila Kumara dari tahun 2011. Sampai kemudian mengajar di PKBM Widya Sentana, Dina ikut aktif di berbagai kegiatan workshop, seminar, bahkan perlombaan yang diadakan. Sejak terjun langsung mengabdi di dunia pendidikan, Dina bertekad ingin menjadi orang bermanfaat bagi orang lain. Baginya pendidikan sangat penting. “Pendidikan sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup, meski jaman terus berubah tapi pendidikan itu pasti diperlukan bagi setiap insan. Saya pun termotivasi mengabdi di dunia pendidikan,” terang Dina yang kini tengah mengambil Akta Mengajar IV Universitas Mahasaraswati Denpasar tahun 2017.
Sejak mengelola Yayasan Widya Sentana, Dina telah melakukan berbagai terobosan baru. Seperti memberikan pembelajaran hard skill agar peserta didiknya siap bekerja di lapangan kerja dan mampu bersaing dengan orang-orang yang bersekolah formal. Mereka tidak hanya diberikan mata pelajaran ujian nasional (UN), tapi juga diberikan keterampilan-keterampilan seperti komputer, spa, berbisnis, akuntan pajak, dan keterampilan pencelupan dupa. Seluruh peserta didik juga diberikan keseimbangan jasmani dan rohani dengan yoga dan pengajaran kelas Bhagawad Gita. “Di Badung sedang digalakkan sekolah berbasis Hindu, jadi harus bisa mencuri start untuk menerapkan itu di yayasan,” ungkap Dina.
Tantangan yang dihadapi dalam mengelola yayasan, ia harus lebih banyak kerjasama dengan orang lebih tua. “Kadang canggung, misal untuk mengingatkan jadwal mengajar, memberikan pekerjaan misalnya menyiapkan RPP, silabus, serta soal. Kadang mau berbicara di depan mereka saat rapat canggung juga,” akunya. Tapi syukurlah hal-hal seperti itu tidak mengganggunya. “Balik lagi itu adalah sebuah tugas dan kewajiban. Untungnya sejauh ini bisa saling menghargai tupoksi (tugas pokok dan fungsi),” imbuh Dina. Selain mengajar, ia juga tengah persiapan mengikuti lomba Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) PAUD dan Dikmas Tahun 2017 di Bengkulu pada pertengahan Juli ini.
Walau tergolong muda, Dina yang juga ditunjuk selaku Koordinator Departemen Organisasi & Kaderisasi Gerakan Pemuda Kabupaten Badung (GARDA) Badung, mengajak generasi muda berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. “Jangan takut untuk memulai sesuatu yang baru karena takut gagal. Sebuah kegagalan itu pasti tapi bisa bangkit dan berusaha lagi itu luar biasa. Melakukan sesuatu yang berbeda dari apa yang orang lain bisa lakukan adalah hal yang luar biasa. Tetap melalukan yang terbaik meski sudah bosan dan jenuh. Rasa bosan pasti ada, tapi tetap melalukannya terus-menerus sampai lupa dengan rasa bosan itu,” pesannya. *ari
1
Komentar