Paceklik Ikan Segar, Pembuat Pindang Beralih ke Ikan Beku
Paceklik ikan menyebabkan pembuat pindang di Banjar Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kecamatan/Kabupaten Tabanan terpaksa gunakan ikan beku atau kastorit untuk usahanya.
TABANAN, NusaBali
Meski prosesnya lebih lama dan risiko kerugianb lebih besar dibanding menggunakan ikan segar, usaha ini tetap dijalani karena permintaan pindang cukup tinggi.
Salah seorang pembuat pindang, Ni Made Sulasih, 38, mengaku sudah sejak 5 bulan lalu gunakan ikan beku untuk buat pindang. Bahkan hampir semua pembuat pindang di kampungnya gunakan kastorit dalam usahanya akibat tidak ada ikan segar. Diakui, proses pembuatan pindang dengan ikan beku lebih lama dibanding ikan segar. Sebab setelah dibuka dari kardus, ikan beku ini harus dicuci menggunakan air bersih agar terlihat lebih segar. Sementara menggunakan ikan segar tinggal dicuci dan direbus. “Pakai ikan segar lebih cepat matang,” terang Sulasih, Jumat (30/6).
Dikatakan, warna ikan segar lebih cerah ketika dipindang. Berbeda dengan ikan beku yang warnanya kurang segar. Dari risiko, penggunaan ikan beku biaya dan kerugian lebih tinggi. Sebab kondisi ikan dalam kardus tidak bisa dicek sebelum dibeli. “Kalau kualitas rasa tak ada beda antara ikan segar dan ikan yang sudah dibekukan,” terangnya. Ikan beku ini ia beli dari pengepul yang ada di kampungnya. Sekali buat pindang, ia menghabiskan 2 kuintal ikan.
Jenis ikan yang dijadikan pindang beragam, ada lemuru, tongkol, suat, dan selungsung. “Pindang ini saya jual di Pasar Kediri,” terang Sulasih. Diakui, 2 kuintal ikan itu ia beli rata-rata Rp 2 juta. Keuntungannya pun rata-rata Rp 2 juta per bulan. “Selisih lebihnya tipis setelah potong biaya pembelian garam dan kayu bakar,” tuturnya. Harga ikan pindang jenis tongkol per ekor Rp 6.000 dan ikan kucing Rp 4.000 per ekor. “Harganya bervariasi, sesuai ukuran ikan,” jelasnya. * d
Meski prosesnya lebih lama dan risiko kerugianb lebih besar dibanding menggunakan ikan segar, usaha ini tetap dijalani karena permintaan pindang cukup tinggi.
Salah seorang pembuat pindang, Ni Made Sulasih, 38, mengaku sudah sejak 5 bulan lalu gunakan ikan beku untuk buat pindang. Bahkan hampir semua pembuat pindang di kampungnya gunakan kastorit dalam usahanya akibat tidak ada ikan segar. Diakui, proses pembuatan pindang dengan ikan beku lebih lama dibanding ikan segar. Sebab setelah dibuka dari kardus, ikan beku ini harus dicuci menggunakan air bersih agar terlihat lebih segar. Sementara menggunakan ikan segar tinggal dicuci dan direbus. “Pakai ikan segar lebih cepat matang,” terang Sulasih, Jumat (30/6).
Dikatakan, warna ikan segar lebih cerah ketika dipindang. Berbeda dengan ikan beku yang warnanya kurang segar. Dari risiko, penggunaan ikan beku biaya dan kerugian lebih tinggi. Sebab kondisi ikan dalam kardus tidak bisa dicek sebelum dibeli. “Kalau kualitas rasa tak ada beda antara ikan segar dan ikan yang sudah dibekukan,” terangnya. Ikan beku ini ia beli dari pengepul yang ada di kampungnya. Sekali buat pindang, ia menghabiskan 2 kuintal ikan.
Jenis ikan yang dijadikan pindang beragam, ada lemuru, tongkol, suat, dan selungsung. “Pindang ini saya jual di Pasar Kediri,” terang Sulasih. Diakui, 2 kuintal ikan itu ia beli rata-rata Rp 2 juta. Keuntungannya pun rata-rata Rp 2 juta per bulan. “Selisih lebihnya tipis setelah potong biaya pembelian garam dan kayu bakar,” tuturnya. Harga ikan pindang jenis tongkol per ekor Rp 6.000 dan ikan kucing Rp 4.000 per ekor. “Harganya bervariasi, sesuai ukuran ikan,” jelasnya. * d
1
Komentar