Menteri ASEAN Hasilkan 12 Kerja Sama Sektor Energi Bersih
MANGUPURA, NusaBali - Menteri Energi ASEAN menghasilkan sebanyak 12 kerja sama sektor energi bersih untuk memperkuat kemitraan guna mendorong interkonektivitas, keberlanjutan, dan inovasi di kawasan Asia Tenggara.
“Kami buka kesempatan kepada swasta untuk berpartisipasi memperluas interkonektivitas energi di kawasan ASEAN,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif di sela penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada pertemuan Menteri Energi ASEAN (AMEM) ke-41 di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Jumat (25/8).
Kerja sama tersebut dilaksanakan oleh ASEAN Center for Energy (ACE) yang berkolaborasi dengan beragam mitra mulai kalangan pemerintah, korporasi hingga akademisi untuk berkontribusi keahlian dan sumber daya mendukung ketahanan energi di ASEAN.
Sebanyak 12 kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pengembangan sektor energi bersih di sela AMEM ke-41 dan Forum Bisnis Energi ASEAN (AEBF) yakni pertama, Interkoneksi Indonesia-Malaysia. Studi Rencana Induk Interkoneksi ASEAN (AIMS) III mengidentifikasi 18 potensi interkoneksi lintas batas dengan kapasitas kumulatif mencapai 33 gigawatt pada 2040 di kawasan itu. Untuk itu, akan dilakukan studi kelayakan di dua lokasi yakni di Sumatera-Semenanjung Malaysia dan Kalimantan-Sabah, Malaysia dengan kolaborasi antara ACE, PLN, Tenaga Nasional Berhad, dan Sabah Electricity. Rencananya, Sumatera-Semenanjung Malaysia akan menjadi interkoneksi lintas batas bawah laut pertama di kawasan tersebut.
Kedua, UNOPS and GIZ. ACE menjalin kemitraan United Nations Office for Project Services (UNOPS), dan Clean, Affordable and Secure Energy for Southeast Asia (CASE), sebuah proyek yang dilaksanakan bersama oleh konsorsium delapan entitas yang dipimpin Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) untuk mengimplementasikan program jaringan pembangkit listrik (APG) dan percepatan integrasi energi terbarukan di ASEAN.
Ketiga, ASEAN-China Clean Energy Cooperation Centre (ACCECC).
ACE dan ACCECC Affairs Managing Agency (AMA) menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi energi bersih antara ASEAN dan China di antaranya penelitian bersama, berbagi pengetahuan, dan inisiatif kerja sama di sektor energi yang telah terjalin sejak 2017.
Keempat, ACE dan Korean Development Bank (KDB) berkolaborasi mendukung mekanisme inovatif untuk pembiayaan efisiensi energi industri di Indonesia.
Kelima, Energy Foundation China (EFC). ACE meningkatkan kemitraan dengan EFC yang sudah berjalan tiga tahun meliputi penelitian bersama, pengembangan kebijakan, dan adopsi teknologi.
Keenam, Japan International Cooperation Agency (JICA). ACE dan JICA bekerja sama untuk mempercepat dekarbonisasi dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan di kawasan ASEAN.
Ketujuh, Asian Development Bank (ADB). ACE dan ADB telah menandatangani MoU untuk berkolaborasi dalam mengembangkan energi bersih dan proyek efisiensi energi, pasar tenaga regional dan pengaturan perdagangan tenaga multilateral, dan interkoneksi kekuatan regional di ASEAN.
Kedelapan, Japan External Trade Organization (JETRO). ACE dan JETRO meningkatkan kolaborasi untuk mendorong transisi energi di negara-negara ASEAN dan memajukan upaya menuju emisi nol karbon.
Kesembilan, National Solar Exchange. ACE dan National Solar Exchange memulai proyek kolaborasi untuk mengembangkan demonstrasi fungsional platform investasi energi regional.
Kesepuluh, Universiti Tenaga Nasional (UNITEN). ACE dan UNITEN bekerja sama untuk mendorong kolaborasi akademik, penelitian, dan industri.
Kesebelas, Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Bali. ACE dan Undiknas berkolaborasi untuk memperkuat upaya penelitian dan pelatihan.
Kedua belas, Waseda University. ACE dan Waseda University menjalin kemitraan untuk mempromosikan penelitian, kegiatan pendidikan, dan pertukaran pengetahuan.
“Kolaborasi ini mempertegas komitmen ACE untuk mendorong perubahan positif di sektor energi di seluruh ASEAN. Selain itu, keterlibatan perguruan tinggi juga dalam melakukan kajian, penelitian serta pertukaran pengetahuan dengan perguruan tinggi di Indonesia,” kata Arifin. 7 ant, dar
Kerja sama tersebut dilaksanakan oleh ASEAN Center for Energy (ACE) yang berkolaborasi dengan beragam mitra mulai kalangan pemerintah, korporasi hingga akademisi untuk berkontribusi keahlian dan sumber daya mendukung ketahanan energi di ASEAN.
Sebanyak 12 kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pengembangan sektor energi bersih di sela AMEM ke-41 dan Forum Bisnis Energi ASEAN (AEBF) yakni pertama, Interkoneksi Indonesia-Malaysia. Studi Rencana Induk Interkoneksi ASEAN (AIMS) III mengidentifikasi 18 potensi interkoneksi lintas batas dengan kapasitas kumulatif mencapai 33 gigawatt pada 2040 di kawasan itu. Untuk itu, akan dilakukan studi kelayakan di dua lokasi yakni di Sumatera-Semenanjung Malaysia dan Kalimantan-Sabah, Malaysia dengan kolaborasi antara ACE, PLN, Tenaga Nasional Berhad, dan Sabah Electricity. Rencananya, Sumatera-Semenanjung Malaysia akan menjadi interkoneksi lintas batas bawah laut pertama di kawasan tersebut.
Kedua, UNOPS and GIZ. ACE menjalin kemitraan United Nations Office for Project Services (UNOPS), dan Clean, Affordable and Secure Energy for Southeast Asia (CASE), sebuah proyek yang dilaksanakan bersama oleh konsorsium delapan entitas yang dipimpin Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) untuk mengimplementasikan program jaringan pembangkit listrik (APG) dan percepatan integrasi energi terbarukan di ASEAN.
Ketiga, ASEAN-China Clean Energy Cooperation Centre (ACCECC).
ACE dan ACCECC Affairs Managing Agency (AMA) menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi energi bersih antara ASEAN dan China di antaranya penelitian bersama, berbagi pengetahuan, dan inisiatif kerja sama di sektor energi yang telah terjalin sejak 2017.
Keempat, ACE dan Korean Development Bank (KDB) berkolaborasi mendukung mekanisme inovatif untuk pembiayaan efisiensi energi industri di Indonesia.
Kelima, Energy Foundation China (EFC). ACE meningkatkan kemitraan dengan EFC yang sudah berjalan tiga tahun meliputi penelitian bersama, pengembangan kebijakan, dan adopsi teknologi.
Keenam, Japan International Cooperation Agency (JICA). ACE dan JICA bekerja sama untuk mempercepat dekarbonisasi dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan di kawasan ASEAN.
Ketujuh, Asian Development Bank (ADB). ACE dan ADB telah menandatangani MoU untuk berkolaborasi dalam mengembangkan energi bersih dan proyek efisiensi energi, pasar tenaga regional dan pengaturan perdagangan tenaga multilateral, dan interkoneksi kekuatan regional di ASEAN.
Kedelapan, Japan External Trade Organization (JETRO). ACE dan JETRO meningkatkan kolaborasi untuk mendorong transisi energi di negara-negara ASEAN dan memajukan upaya menuju emisi nol karbon.
Kesembilan, National Solar Exchange. ACE dan National Solar Exchange memulai proyek kolaborasi untuk mengembangkan demonstrasi fungsional platform investasi energi regional.
Kesepuluh, Universiti Tenaga Nasional (UNITEN). ACE dan UNITEN bekerja sama untuk mendorong kolaborasi akademik, penelitian, dan industri.
Kesebelas, Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Bali. ACE dan Undiknas berkolaborasi untuk memperkuat upaya penelitian dan pelatihan.
Kedua belas, Waseda University. ACE dan Waseda University menjalin kemitraan untuk mempromosikan penelitian, kegiatan pendidikan, dan pertukaran pengetahuan.
“Kolaborasi ini mempertegas komitmen ACE untuk mendorong perubahan positif di sektor energi di seluruh ASEAN. Selain itu, keterlibatan perguruan tinggi juga dalam melakukan kajian, penelitian serta pertukaran pengetahuan dengan perguruan tinggi di Indonesia,” kata Arifin. 7 ant, dar
1
Komentar