Sucikan Diri, Warisi Ajaran Danghyang Astapaka
Padiksan Pasangan Guru Agama Hindu di Tianyar
AMLAPURA, NusaBali - Pasangan suami istri walaka mantan guru Agama Hindu, Ida Made Alit,63, - Ida Ayu Made Suryawati,63, menjalani upacara padiksan (menjadi sulinggih), di Griya Buddha Tianyar, Banjar Eka Adnyana, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Karangasem. Upacara ini digelar pada Wraspati Pahing Medangsia, Kamis (24/8).
Dengan upacara tersebut, pasangan ini maari aran (berganti nama) menjadi Ida Pedanda Gede Kerta Yoga Tianyar dan Ida Pedanda Istri Oka Tianyar.
"Selain bertujuan untuk meningkatkan kasucian, nantinya melayani umat sedharma dan mewarisi ajaran suci Danghyang Astapaka," jelas Ida Pedanda Gede Kerta Yoga Tianyar, di Griya Buddha Tianyar, Banjar Eka Adnyana, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Karangasem, Wraspati Paing Medangsia, Sabtu (26/8).
"Selain bertujuan untuk meningkatkan kasucian, nantinya melayani umat sedharma dan mewarisi ajaran suci Danghyang Astapaka," jelas Ida Pedanda Gede Kerta Yoga Tianyar, di Griya Buddha Tianyar, Banjar Eka Adnyana, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Karangasem, Wraspati Paing Medangsia, Sabtu (26/8).
Pasangan sulinggih ini sebenarnya berasal dari Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, dari Brahmana Buddha. Tetapi, pindah berdomisili ke Desa Tianyar.
Sesuai catatan sejarah, Danghyang Astapaka ke Desa Budakeling, awalnya datang ke Bali atas permintaan Raja Gelgel, Klungkung, Ida Dalem Waturenggong, tahun 1530. Kedatangan ini terkait pelaksanaan upacara Yadna Homa (agnihotra).
Usai ritual agnihotra di Kerajaan Gelgel, Danghyang berselisih dengan Patih Agung Raja Gelgel I Gusti Arya Batanjeruk. Lanjut, Danghyang meninggalkan istana menuju arah timur, Karangasem. Kepergian beliau mengikuti cahaya bola api yang muncul secara gaib.Setiba di Desa Budakeling, Danghyang Astapaka menancapkan tongkat terbuat dari kayu Tanjung. Dari tongkat tersebut tumbuh pohon Tunjung hingga keberadaannya tumbuh subur sampai saat ini. Di pohon Tanjung itu, Danghyang membangun pasraman. Guna mengenang pasraman itu maka dibangun Pura Taman Tanjung.
Sedangkan lokasi turunnya bola api secara ajaib, sekitar 500 meter di utara Pura Taman Tanjung, Danghyang Astapaka membangun Pura Merajan, yang selanjutnya bernama Pura Taman Sari. Di Desa Budakeling tersebut Danghyang Astapaka memiliki banyak keturunan hingga kini dikenal dengan Brahmana Buddha. Mereka pun mewarisi ajaran suci leluhur.
Ida Pedanda Gede Kerta Yoga Tianyar menjelaskan, sebagai sulinggih dirinya wajib melaksanakan Nyurwa Sewana atau Arcana. Puja ini memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa setiap pagi, mendoakan semesta agar rahayu. Sebagai sulinggih juga untuk mendalami kitab suci Weda, yang di dalamaya memuat Tatwa, Susila dan Upacara. Sulinggih juga berperan sebagai Adhyapaka yakni mengajarkan kasucian, sebagai tempat penadahan upadesa untuk menuntun umat ke jalan yang benar. Sulinggih juga memberikan catatan tentang dewasa ayu atau hari baik kepada umat khususnya untuk melaksanakan upacara.
"Jadi kan sulinggih sebagai tempat bertanya, mengenai ajaran Agama Hindu. Sebab, ajaran Hindu adalah dharma. Dharma adalah jalan kebenaran," katanya.
Di samping itu, sulinggih berkewajiban untuk memberikan pelayanan kepada umat sedharma. Sebelumnya, Ida Pedanda Gede Kerta Yoga Tianyar sebagai penyuluh agama Hindu melayani umat melalui jalur pemerintah. Beliau pensiun tahun 2020, hingga tetap melayani umat melalui jalan sulinggih.
Dalam melaksanakan upacara Dwijati, atas biaya sendiri. Ida Pedanda Gede Wayan Sogata dari Griya Buddha Tianyar, Banjar Eka Adnyana, Kecamatan Kubu, Karangasem, selaku pamuput upacara Dwijati, untuk Padiksan pasang mantan guru mata pelajaran Agama Hindu tersebut.
Turut menyaksikan upacara itu, Guru Saksi Ida Pedanda Wayan Datah dari Griya Pekarangan, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem. Guru Waktra Ida Pedanda Wayan Demung dari Griya Demung, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem.
Pasangan diksita ini berlatar belakang pendidikan Agama Hindu, alumnus PGAH (Pendidikan Guru Agama Hindu) Karangasem 1981, dan jadi guru SD, kemudian pensiun tahun 2020. Sebelum pensiun Ida Pedanda Gede Kerta Yoga Tianyar sempat jadi penyuluh Agama Hindu 1997-2006 di Desa Tianyar, Kecamatan Kubu.
Sang istri juga alumnus PGAH Karangasem 1981, juga sebelumnya aktif sebagai guru SD mata pelajaran Agama Hindu, pensiun 2020.7k16
1
Komentar