Disbud Provinsi Bali Gelar Utsawa Dharmagita 2023
Jadi Ajang Seleksi Utsawa Dharmagita Tingkat Nasional
DENPASAR, NusaBali - Dinas Kebudayaan (Disbud) Provinsi Bali akan melaksanakan kegiatan lomba membaca atau melantunkan kidung suci yang dikemas dalam Utsawa Dharmagita XXXI (ke-31) tahun 2023 Tingkat Provinsi Bali pada 4-7 September 2023 di Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center) Denpasar. Pada tahun ini penyelenggaraannya terpisah dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang telah digelar Juni-Juli lalu.
“Utsawa Dharmagita ini merupakan event yang sangat penting. Utsawa Dharmagita itu kan murni lomba, sehingga menjadi contoh yang sangat bagus sekali, sehingga kegiatan ini kita kemas secara khusus,” kata Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha, di sela-sela rapat persiapan di Kantor Dinas Kebudayaan Bali, Niti Mandala, Denpasar, Senin (28/8).
Dikatakannya, Bali selalu mengikuti Utsawa Dharmagitha di tingkat nasional, sehingga ajang ini menjadi persiapan mengikuti ajang yang sama di tingkat nasional yang digelar setiap tiga tahun sekali. Karena itu, Disbud selalu mengadakan seleksi di tingkat Provinsi Bali sebanyak dua kali, kemudian mengikuti lomba di tingkat nasional. “Dulu, alasan didomplengkan di PKB karena tidak ada yang menontonnya,” sebut mantan Rektor ISI Denpasar itu. Akademisi asal Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan ini kemudian menjelaskan, agar ajang ini bisa berdiri sendiri memang harus bisa menggarap penonton dengan serius.
Karena itu, pelaksanaan Utsawa Dharmagita yang akan berlangsung selama tiga hari ini akan melibatkan penyuluh bahasa Bali yang tersebar di seluruh daerah di Bali. “Kita memiliki penyuluh bahasa Bali sebanyak 600 orang tersebar di seluruh Bali itu akan menggarap penontonnya. Mereka kan memiliki banyak anak binaan, baik di SD, SMP ataupun di tingkat SMA. Mereka kami harapkan bisa membantu, sehingga ajang ini bisa menjadi ajang lomba juga pusat pembelajaran Dharmagita,” ujarnya.
Arya Sugiartha mengatakan Utsawa Dharmagita merupakan event yang sangat baik, karena dapat menjadi ajang untuk belajar sastra agama lewat tembang. Bahkan, sangat lengkap, mulai dari sekar alit sampai sekar agung. Termasuk ada palawakya, bahkan menambah nyanyian keagamaan Hindu. “Maka itu, Dharmagita ini event budaya, sehingga kami kemas tersendiri. Artinya tidak berbarengan dengan PKB, justru dibuat berdiri sendiri,” tegasnya. Terkait pembiayaan, dia menjelaskan, Dinas Kebudayaan telah bekerja sama dengan Kementerian Agama, dalam hal ini Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali. “Sebut saja pada dua tahun lalu, ketika Utsawa Dharmagita Nasional yang diadakan di Bali, sehingga kita sharing biaya dengan Kementerian Agama. Kanwil yang membiayai penginapannya, Disbud membiayai tenaga pelatihnya, termasuk menerjunkan lembaga bahasa dan Widyasabha ke kabupaten/kota,” jelasnya.
"Nanti juga di tingkat nasional akan koordinasi dengan Kementerian Agama. Mungkin saja, hotelnya Kementerian Agama yang tanggung, transportnya Disbud atau transport sama hotelnya Kementerian Agama, sementara Disbud menyiapkan orangnya melalui lomba ini. Hal itu bisa saja sebagai bentuk kerja sama," sambungnya.
Kegiatan Utsawa Dharmagita dipusatkan di Taman Budaya dengan total lomba 34 tangkai. Berbeda dari tahun sebelumnya hanya 30 tangkai. “Sekarang kita bisa 34 tangkai. Dan untuk melibatkan kabupaten/kota, akan melibatkan widyasabha yang biasanya terjun membina dharmagita ke desa-desa. Kita ada widyasabha provinsi dan kabupaten, inilah yang berkoordinasi dengan bupati atau walikota bersangkutan. Dan ini sudah berlangsung," jelas Arya Sugiartha.
Utsawa Dharmagita 2023 mengangkat tema 'Segara Kerthi Samudera Kehidupan Susastra Hindu Bali'. Kegiatan yang dilombakan di antaranya membaca palawakya, membaca dan menghafal sloka dan kidung, membaca kakawin, lomba nyanyian Hindu, dharmawacana (berbahasa Bali dan berbahasa Inggris), dharmawiwada (debat keagamaan Hindu), membaca gaguritan dengan berbagai kategori baik dewasa, remaja, beregu maupun perorangan.
“Respons dari bawah sudah bagus. Hanya saja, sebagian besar tak bisa mengikuti secara penuh atau keseluruhan lomba. Sebut saja, Kabupaten Buleleng yang sama sekali tak mengirim pesertanya, padahal potensinya sangat besar,” pungkas Arya Sugiartha. 7 cr78
Dikatakannya, Bali selalu mengikuti Utsawa Dharmagitha di tingkat nasional, sehingga ajang ini menjadi persiapan mengikuti ajang yang sama di tingkat nasional yang digelar setiap tiga tahun sekali. Karena itu, Disbud selalu mengadakan seleksi di tingkat Provinsi Bali sebanyak dua kali, kemudian mengikuti lomba di tingkat nasional. “Dulu, alasan didomplengkan di PKB karena tidak ada yang menontonnya,” sebut mantan Rektor ISI Denpasar itu. Akademisi asal Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan ini kemudian menjelaskan, agar ajang ini bisa berdiri sendiri memang harus bisa menggarap penonton dengan serius.
Karena itu, pelaksanaan Utsawa Dharmagita yang akan berlangsung selama tiga hari ini akan melibatkan penyuluh bahasa Bali yang tersebar di seluruh daerah di Bali. “Kita memiliki penyuluh bahasa Bali sebanyak 600 orang tersebar di seluruh Bali itu akan menggarap penontonnya. Mereka kan memiliki banyak anak binaan, baik di SD, SMP ataupun di tingkat SMA. Mereka kami harapkan bisa membantu, sehingga ajang ini bisa menjadi ajang lomba juga pusat pembelajaran Dharmagita,” ujarnya.
Arya Sugiartha mengatakan Utsawa Dharmagita merupakan event yang sangat baik, karena dapat menjadi ajang untuk belajar sastra agama lewat tembang. Bahkan, sangat lengkap, mulai dari sekar alit sampai sekar agung. Termasuk ada palawakya, bahkan menambah nyanyian keagamaan Hindu. “Maka itu, Dharmagita ini event budaya, sehingga kami kemas tersendiri. Artinya tidak berbarengan dengan PKB, justru dibuat berdiri sendiri,” tegasnya. Terkait pembiayaan, dia menjelaskan, Dinas Kebudayaan telah bekerja sama dengan Kementerian Agama, dalam hal ini Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali. “Sebut saja pada dua tahun lalu, ketika Utsawa Dharmagita Nasional yang diadakan di Bali, sehingga kita sharing biaya dengan Kementerian Agama. Kanwil yang membiayai penginapannya, Disbud membiayai tenaga pelatihnya, termasuk menerjunkan lembaga bahasa dan Widyasabha ke kabupaten/kota,” jelasnya.
"Nanti juga di tingkat nasional akan koordinasi dengan Kementerian Agama. Mungkin saja, hotelnya Kementerian Agama yang tanggung, transportnya Disbud atau transport sama hotelnya Kementerian Agama, sementara Disbud menyiapkan orangnya melalui lomba ini. Hal itu bisa saja sebagai bentuk kerja sama," sambungnya.
Kegiatan Utsawa Dharmagita dipusatkan di Taman Budaya dengan total lomba 34 tangkai. Berbeda dari tahun sebelumnya hanya 30 tangkai. “Sekarang kita bisa 34 tangkai. Dan untuk melibatkan kabupaten/kota, akan melibatkan widyasabha yang biasanya terjun membina dharmagita ke desa-desa. Kita ada widyasabha provinsi dan kabupaten, inilah yang berkoordinasi dengan bupati atau walikota bersangkutan. Dan ini sudah berlangsung," jelas Arya Sugiartha.
Utsawa Dharmagita 2023 mengangkat tema 'Segara Kerthi Samudera Kehidupan Susastra Hindu Bali'. Kegiatan yang dilombakan di antaranya membaca palawakya, membaca dan menghafal sloka dan kidung, membaca kakawin, lomba nyanyian Hindu, dharmawacana (berbahasa Bali dan berbahasa Inggris), dharmawiwada (debat keagamaan Hindu), membaca gaguritan dengan berbagai kategori baik dewasa, remaja, beregu maupun perorangan.
“Respons dari bawah sudah bagus. Hanya saja, sebagian besar tak bisa mengikuti secara penuh atau keseluruhan lomba. Sebut saja, Kabupaten Buleleng yang sama sekali tak mengirim pesertanya, padahal potensinya sangat besar,” pungkas Arya Sugiartha. 7 cr78
Komentar