Pembangunan Shortcut Titik 7D dan 7E Dimulai
Pangkas 4 Tikungan Tajam, Target Rampung Juli 2024
Gubernur Koster juga rancang shuttle bus Singaraja-Denpasar jika shortcut titik 9-10 rampung, warga Buleleng yang bekerja di Denpasar bisa bolak-balik naik shuttle bus
SINGARAJA, NusaBali
Proyek pembangunan jalan baru (shortcut) Singaraja-Mengwitani berlanjut. Pengerjaan titik 7D dan 7E di wilayah Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng resmi dimulai dengan peletakan batu pertama (groundbreaking) oleh Gubernur Bali Wayan Koster bersama unsur Forkopimda, Selasa (29/8) pagi. Dua titik shortcut ini akan memangkas 4 tikungan tajam yang membuat akses jalan lebih aman dan nyaman untuk dilalui.
Hadir dalam acara groundbreaking kemarin Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR Wida Nurfaida, Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali Apri Artoto, Kadis PUPR Provinsi Bali Nusakti Yasa Wedha dan Kajari Buleleng I Putu Gede Astawa.
Gubernur Koster dalam sambutannya mengatakan rencana pembangunan shortcut ini sebenarnya sudah muncul puluhan tahun yang lalu. Rencana ini pun seringkali menjadi isu politik jelang pemilu. Namun realisasi baru dapat terlaksana begitu dia menjabat sebagai Gubernur Bali tahun 2018 lalu. Pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani dimulai sejak tahun 2019 lalu yang diawali dengan pembebasan lahan. Prosesnya pun bertahap karena memerlukan anggaran yang tidak sedikit.
Tahap pertama dibangun shortcut titik 3-4 di wilayah Baturiti, Tabanan dan titik 5-6 di wilayah Desa Pegayaman, Buleleng. Dua titik shortcut ini diresmikan tahun 2019. Lalu pada tahun 2020 dilanjutkan dengan pembangunan titik 7A, 7B, 7C dan titik 8 di wilayah Buleleng dan diresmikan awal 2023 lalu.
“Setelah ini akan dilanjutkan ke titik 9-10, ini lahannya sudah dibebaskan. Rancangannya sampai titik 11-12, mudah-mudahan bisa lancar,” ujar Koster.
Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini mengatakan keberadaan shortcut, meskipun belum rampung secara keseluruhan, namun sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pengguna jalur Singaraja-Denpasar via Bedugul saat ini dapat menikmati perjalanan dengan lebih aman dan nyaman. Arus lalu lintas untuk kendaraan penumpang maupun angkutan logistik menjadi lebih lancar.
“Kalau dulu tikungan tajam, salah sedikit bisa berbahaya rawan kecelakaan, sekarang sudah diperbaiki elevasinya. Penumpang juga dulu lewat jalur ini pasti pusing dan mulas. Sekarang sudah beda, bus-bus pariwisata dengan tujuan Bedugul yang biasanya balik ke Denpasar sekarang sudah lewat Buleleng menuju Gilimanuk,” terang mantan Anggota DPR RI ini.
Proyek pembangunan jalan baru (shortcut) Singaraja-Mengwitani berlanjut. Pengerjaan titik 7D dan 7E di wilayah Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng resmi dimulai dengan peletakan batu pertama (groundbreaking) oleh Gubernur Bali Wayan Koster bersama unsur Forkopimda, Selasa (29/8) pagi. Dua titik shortcut ini akan memangkas 4 tikungan tajam yang membuat akses jalan lebih aman dan nyaman untuk dilalui.
Hadir dalam acara groundbreaking kemarin Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR Wida Nurfaida, Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur-Bali Apri Artoto, Kadis PUPR Provinsi Bali Nusakti Yasa Wedha dan Kajari Buleleng I Putu Gede Astawa.
Gubernur Koster dalam sambutannya mengatakan rencana pembangunan shortcut ini sebenarnya sudah muncul puluhan tahun yang lalu. Rencana ini pun seringkali menjadi isu politik jelang pemilu. Namun realisasi baru dapat terlaksana begitu dia menjabat sebagai Gubernur Bali tahun 2018 lalu. Pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani dimulai sejak tahun 2019 lalu yang diawali dengan pembebasan lahan. Prosesnya pun bertahap karena memerlukan anggaran yang tidak sedikit.
Tahap pertama dibangun shortcut titik 3-4 di wilayah Baturiti, Tabanan dan titik 5-6 di wilayah Desa Pegayaman, Buleleng. Dua titik shortcut ini diresmikan tahun 2019. Lalu pada tahun 2020 dilanjutkan dengan pembangunan titik 7A, 7B, 7C dan titik 8 di wilayah Buleleng dan diresmikan awal 2023 lalu.
“Setelah ini akan dilanjutkan ke titik 9-10, ini lahannya sudah dibebaskan. Rancangannya sampai titik 11-12, mudah-mudahan bisa lancar,” ujar Koster.
Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini mengatakan keberadaan shortcut, meskipun belum rampung secara keseluruhan, namun sudah dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pengguna jalur Singaraja-Denpasar via Bedugul saat ini dapat menikmati perjalanan dengan lebih aman dan nyaman. Arus lalu lintas untuk kendaraan penumpang maupun angkutan logistik menjadi lebih lancar.
“Kalau dulu tikungan tajam, salah sedikit bisa berbahaya rawan kecelakaan, sekarang sudah diperbaiki elevasinya. Penumpang juga dulu lewat jalur ini pasti pusing dan mulas. Sekarang sudah beda, bus-bus pariwisata dengan tujuan Bedugul yang biasanya balik ke Denpasar sekarang sudah lewat Buleleng menuju Gilimanuk,” terang mantan Anggota DPR RI ini.
Foto: Lokasi proyek shortcut titik 7D dan 7E di wilayah Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng. -LILIK SURYA ARIANI
Ketua DPD PDIP Bali ini juga merancang shuttle bus Singaraja-Denpasar jika titik 9-10 sudah rampung dikerjakan. Penyiapan alat transportasi umum ini dirancang untuk mengurangi migrasi penduduk dan mengurangi kepadatan di Denpasar. “Perantau paling banyak di Denpasar itu dari Buleleng dan Karangasem. Kalau shortcut jadi yang dari Buleleng tidak perlu tinggal di Denpasar lagi. Bekerja bisa dari Buleleng dengan naik shuttle bus,” kata Koster.
Shuttle bus listrik yang disiapkan dikelola oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Bali yang akan beroperasi pada berangkat dan pulang kerja. Pemerintah juga akan menyiapkan subsidi untuk tarif bus.
Koster juga mengingatkan kepada penyedia Sinar Bali-Agung KSO yang kembali memenangkan tender setelah menuntaskan proyek shortcut sebelumnya untuk tidak terlena dengan keadaan. Dia meminta penyedia proyek agar bekerja lebih keras tanpa menunda-nunda waktu. “Kontraktor saya minta jangan lagi seperti dulu (3 bulan belum ada progres). Sekarang langsung saja kerjakan bila perlu pagi sampai malam jangan tunggu-tunggu lagi karena di sini cuacanya sering mendung, agar bisa selesai tepat waktu,” pesan Koster.
Sementara itu Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR, Wida Nurfaida menjelaskan proyek pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani ini dari titik 3-4, 5-6, titik 7A, 7B, 7C dan 8 sudah menghabiskan anggaran Rp 396 miliar lebih. Untuk pembangunan titik 7D dan 7E saat ini akan dikerjakan oleh Sinar Bali-Agung KSO selama 360 hari kalender dengan nilai kontrak Rp 82.090.682.000. Seluruh proyek ditarget tuntas pada 18 Juli 2024 mendatang.
“Titik 7D panjangnya 340 meter, titik 7E 215 meter, jadi kalau dibandingkan dengan jalan eksisting 603 meter akan menjadi 555 meter. Dari 8 tikungan akan dipangkas menjadi 4 tikungan yang juga akan diturunkan kelandaiannya. Selain jalan juga akan dibangun jembatan di titik 7D sepanjang 155 meter dan dititik 7E sepanjang 400 meter,” terang Wida. Komisaris Sinar Bali-Agung KSO, Putu Laksmi yang juga ditemui di lapangan, mengaku optimis pengerjaan dapat diselesaikan tepat waktu. Apalagi saat ini cuaca sangat mendukung. “Kalau proyek sebelumnya awal-awal memang lambat karena terkendala cuaca. Sekarang cuaca bagus tentu kami optimis,” terang Laksmi.
Dia menyebut dari awal dokumen pembangunan masuk dilelang, perusahaannya gencar berupaya untuk memenangkan tender. “Karena sebagian alat pendukung kami sudah siap di sini, selain juga agar anak-anak (karyawan) tetap ada pekerjaan. Bagaimanapun kami sebagai perusahaan lokal Bali sebagian pekerja adalah anak-anak asal Bali,” tutur dia. 7 k23
TAHAPAN PROYEK SHORTCUT SINGARAJA-MENGWITANI
Q Dimulai sejak tahun 2019 lalu yang diawali dengan pembebasan lahan. Tahap pertama dibangun shortcut titik 3-4 di wilayah Baturiti, Tabanan dan titik 5-6 di wilayah Desa Pegayaman, Buleleng. Dua titik shortcut ini diresmikan tahun 2019.
Q Tahun 2020 dilanjutkan dengan pembangunan titik 7A, 7B, 7C dan titik 8 di wilayah Buleleng dan diresmikan awal 2023 lalu.
Q Proyek pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani berlanjut pada titik 7D dan 7E di wilayah Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Gorundbreaking 29 Agustus 2023 dan ditarget tuntas Juli 2024.
Q Akan dilanjutkan lagi ke titik 9-10 yang saat ini lahannya sudah dibebaskan. Bahkan rancangannya sampai titik 11-12. Rancangannya pada tahun 2024-2025 pada titik 9 dan 10 dan tahun 2026 dibangun titik 11 dan 12.
Q Proyek pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani dari titik 3-4, 5-6, titik 7A, 7B, 7C dan 8 sudah menghabiskan anggaran Rp 396 miliar lebih. Untuk pembangunan titik 7D dan 7E saat ini dengan nilai kontrak Rp 82.090.682.000 (Rp 82 miliar lebih).
Q Proyek pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani berlanjut pada titik 7D dan 7E di wilayah Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Gorundbreaking 29 Agustus 2023 dan ditarget tuntas Juli 2024.
Q Akan dilanjutkan lagi ke titik 9-10 yang saat ini lahannya sudah dibebaskan. Bahkan rancangannya sampai titik 11-12. Rancangannya pada tahun 2024-2025 pada titik 9 dan 10 dan tahun 2026 dibangun titik 11 dan 12.
Q Proyek pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani dari titik 3-4, 5-6, titik 7A, 7B, 7C dan 8 sudah menghabiskan anggaran Rp 396 miliar lebih. Untuk pembangunan titik 7D dan 7E saat ini dengan nilai kontrak Rp 82.090.682.000 (Rp 82 miliar lebih).
1
Komentar