Warga Gitgit Minta Proyek Shortcut Antisipasi Cemaran Lumpur
SINGARAJA, NusaBali - Di balik suksesnya pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani yang sudah beroperasi ada kekhawatiran tersendiri dari masyarakat sekitar.
Pengelola Pariwisata Air Terjun Gitgit berharap tidak ada lagi dampak cemaran lumpur yang mengganggu kondisi fisik Daya Tarik Wisata (DTW) Air Terjun Gitgit seperti yang terjadi pada pembangunan shortcut sebelumnya.
Pengerukan dan penggalian bukit di kawasan hulu Desa Gitgit pada tahap awal pengerjaan shortcut tahun lalu, sempat membuat kondisi warga desa krodit. Tanah galian habis tergerus hujan deras saat itu. Lumpur dari tanah galian proyek yang dibawa air hujan banyak merusak kebun warga dan juga membuat aliran sungai menjadi sangat keruh. Hal ini pun sangat berdampak pada pariwisata Desa Gitgit yang menjual keindahan dan suasana alam dari air terjunnya.
Ketua Pengelola Objek Wisata Air Terjun Gitgit, Ketut Pasek Arjana, mengkhawatirkan peristiwa cemaran lumpur kembali terjadi di pengerjaan proyek, terutama saat datang musim hujan. Lumpur yang terbawa air hujan selain membuat air menjadi keruh juga membuat pendangkalan. Sehingga kolam-kolam kecil di sekitar air terjun tidak bisa dimanfaatkan untuk berendam oleh wisatawan yang datang.
Wisatawan yang datang untuk mandi dan berendam di air terjun banyak yang komplain. Karena kondisi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang mereka baca di website. Beberapa juga ada yang sampai membatalkan berwisata di Air Terjun Gitgit. Padahal menurut Pasek, Daya Tarik Wisata (DTW) Air Terjun Gitgit merupakan mata pencarian puluhan guide lokal dan pedagang. “Kemarin itu bukan hanya lumpur tetapi juga batu kerikil ukuran besar, tidak bisa dipakai berendam. Pemulihan objek ini yang kami lakukan lama dan agak berat, dengan hanya bergotong-royong saja,” kata Pasek yang juga prajuru Desa Adat Gunung Luwih, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Rabu (30/8).
Dia yang juga prajuru adat sudah sempat berkoordinasi dengan pemerintah desa dan juga rekanan. Hanya saja persoalan ini tidak mendapatkan solusi dan jalan keluar. Pasek berharap di pembangunan proyek kali ini, diharapkan lebih diperhatikan pembuangan tanah hasil galian agar tidak dibuang di daerah aliran sungai.
Hal senada diungkapkan juga oleh Perbekel Gitgit I Putu Arcana. Meskipun faktor penyebab timbulnya dampak lumpur di tahun lalu juga disebabkan oleh alam, musim hujan dengan curah tinggi. “Aliran lumpur dampak disposal yang menjadi lumpur memang sempat berdampak pada kebun warga kami dan juga pariwisata. Ke depan kami akan berkoordinasi lebih intens lagi dengan penyedia proyek. Persoalan kemarin sudah ditangani dengan sangat baik dengan memberikan kompensasi pemilik kebun yang terdampak,” ungkap Arcana.
Pemerintah Desa pun berharap dengan pembangunan shortcut di wilayah desanya dapat meningkatkan pendapatan dan jadi tempat usaha baru bagi warga Gitgit. Arcana juga mengapresiasi penyedia yang sudah komitmen dari awal melibatkan warga desanya sebagai pekerja proyek.
Pengerukan dan penggalian bukit di kawasan hulu Desa Gitgit pada tahap awal pengerjaan shortcut tahun lalu, sempat membuat kondisi warga desa krodit. Tanah galian habis tergerus hujan deras saat itu. Lumpur dari tanah galian proyek yang dibawa air hujan banyak merusak kebun warga dan juga membuat aliran sungai menjadi sangat keruh. Hal ini pun sangat berdampak pada pariwisata Desa Gitgit yang menjual keindahan dan suasana alam dari air terjunnya.
Ketua Pengelola Objek Wisata Air Terjun Gitgit, Ketut Pasek Arjana, mengkhawatirkan peristiwa cemaran lumpur kembali terjadi di pengerjaan proyek, terutama saat datang musim hujan. Lumpur yang terbawa air hujan selain membuat air menjadi keruh juga membuat pendangkalan. Sehingga kolam-kolam kecil di sekitar air terjun tidak bisa dimanfaatkan untuk berendam oleh wisatawan yang datang.
Wisatawan yang datang untuk mandi dan berendam di air terjun banyak yang komplain. Karena kondisi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang mereka baca di website. Beberapa juga ada yang sampai membatalkan berwisata di Air Terjun Gitgit. Padahal menurut Pasek, Daya Tarik Wisata (DTW) Air Terjun Gitgit merupakan mata pencarian puluhan guide lokal dan pedagang. “Kemarin itu bukan hanya lumpur tetapi juga batu kerikil ukuran besar, tidak bisa dipakai berendam. Pemulihan objek ini yang kami lakukan lama dan agak berat, dengan hanya bergotong-royong saja,” kata Pasek yang juga prajuru Desa Adat Gunung Luwih, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Rabu (30/8).
Dia yang juga prajuru adat sudah sempat berkoordinasi dengan pemerintah desa dan juga rekanan. Hanya saja persoalan ini tidak mendapatkan solusi dan jalan keluar. Pasek berharap di pembangunan proyek kali ini, diharapkan lebih diperhatikan pembuangan tanah hasil galian agar tidak dibuang di daerah aliran sungai.
Hal senada diungkapkan juga oleh Perbekel Gitgit I Putu Arcana. Meskipun faktor penyebab timbulnya dampak lumpur di tahun lalu juga disebabkan oleh alam, musim hujan dengan curah tinggi. “Aliran lumpur dampak disposal yang menjadi lumpur memang sempat berdampak pada kebun warga kami dan juga pariwisata. Ke depan kami akan berkoordinasi lebih intens lagi dengan penyedia proyek. Persoalan kemarin sudah ditangani dengan sangat baik dengan memberikan kompensasi pemilik kebun yang terdampak,” ungkap Arcana.
Pemerintah Desa pun berharap dengan pembangunan shortcut di wilayah desanya dapat meningkatkan pendapatan dan jadi tempat usaha baru bagi warga Gitgit. Arcana juga mengapresiasi penyedia yang sudah komitmen dari awal melibatkan warga desanya sebagai pekerja proyek.
Foto: Perbekel Gitgit, I Putu Arcana. -LILIK SURYA ARIANI
Sementara itu Direktur Pembangunan Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Wida Nurfaida mengatakan seluruh ketentuan proses pembangunan shortcut sudah lengkap. Termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) juga sudah memenuhi ketentuan. Terkait kekhawatiran cemaran lumpur akibat disposal, Wida mengatakan penyedia wajib menyiapkan lahan disposal. “Proses pekerjaan harus penuhi spesifikasi, mulai dari pengangkutan, pemadatan itu harus dilakukan penyedia jangan sampai ada masalah,” tegas Wida ditemui usai groundbreaking shortcut titik 7D dan 7E Sukasada, Buleleng, Selasa (29/8). 7 k23
Komentar