Ekspor Perikanan Bali 'Bergantung' pada Tuna
Tingginya ekspor tuna tak lepas dari permintaan pasar khususnya Jepang dan Amerika.
DENPASAR, NusaBali
Nilai ekspor perikanan Bali ternyata sangat ‘bergantung’ pada tuna. Hal itu ditunjukkan nilai ekspor tuna selama 7 bulan, Januari-Juli 2023. Berdasar data Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali, nilai ekspor tuna dari Bali dalam kurun waktu tersebut sebesar Rp 38.136.161,47 dollar atau 22,05 persen dari total nilai ekspor hasil pertanian sebesar 72.376.885,55 dollar.
Sedang nilai ekspor komoditas perikanan yang lain, jauh di bawah ekspor tuna. Diantaranya Ikan hias hidup volumenya 628.587 ekor dengan nilai 1.996.298,06 dollar (1,15 persen), kemudian ikan kakap 9.446.000 ekor dengan nilai 56.830,94 dollar (0,03 persen).
Rata-rata dibawah kontribusi ekspor tuna, kurang dari dua digit. Kecuali ekspor ikan yang masuk dalam kelompok lain-lain. Prosenstasenya 13,09 persen. Tetap masih dibawah prosentase ekspor tuna.
Kabid Perdagangan Luar Negeri (PLN) Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Provinsi Bali, Ni Wayan Lestari menyatakan tingginya ekspor tuna Bali, tentu karena faktor buyer, yakni permintaan dari pasar.
“Astungkara, ekspor tuna itu tentu positif bagi perdagangan luar negeri kita (Bali),” ujarnya, Rabu (30/8).
Lanjut Lestari, berdasarkan data ekspor menunjukkan, produk tuna Bali, jelas sangat diminati pasar. Kata dia, itu menunjukkan mutu dari tuna sesuai dengan yang diinginkan pasar.
“Memang sebelumnya, tuna konsisten menunjukkan mendominasi ekspor khususnya untuk komoditas perikanan,” jelasnya. Jepang dan Amerika, menurut Lestari, merupakan diantara pasar ekspor yang banyak menjadi tujuan tuna Bali.
Terpisah Kabid Produksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (PPPHP) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Bali, I Putu Wirawan menyatakan hal senada. Dia mengiyakan, tuna memang mendongkrak produksi dan ekspor perikanan Bali.
“Meskipun mungkin ditangkap di perairan di luar Bali, seperti perairan Sulawesi, namun karena mendarat di Bali, makanya menjadi komoditi ekspor atas nama Bali,” terang Wiwa Wirawan.
Sama dengan rumput laut hasil budidaya petani Bali seperti di Nusa Penida. Karena rumput laut diekspor melalui Surabaya, makanya rumput laut atas nama Surabaya.
“Tentu ada penerimaan negara dari ekspor itu,” ujar Wiwa Wirawan.
Walau penerimaan pendapatan tidak langsung dirasakan Bali, karena masuk ke Pusat. Namun tentu akan didistribusikan ke Bali oleh Pemerintah Pusat, melalui mekanisme bantuan atau pembagian keuangan ke daerah.
Tak hanya tuna, produk perikanan lain juga didorong semakin meningkat volume dan nilai ekspornya. Salah satunya adalah cumi-cumi.
“Itu juga semakin luas pangsa pasarnya,” kata Wiwa Wirawan. K17.
1
Komentar